Sistem penggarapan tanah ulayat tente teno

B. Sistem penggarapan tanah ulayat tente teno

Berbicara tentang tanah ulayat hampir sama di setiap daerah. Akan tetapi proses menggarap tanah ulayat berbeda-beda di setiap daerah, termasuk istilah budaya yang digunakan dalam kaitan tanah ulayat tersebut. Istilah tanah ulayat di daerah Manggarai dikenal dengan sebutan lingko dan menggarap tanah ulayat lingko dikenal dengan istilah tente teno. Berikut akan diuraikan empat hal penting dalam proses tente teno menurut Nggoro 2006: 179-186. Gambar 2.2 Lingko lodok 1. Arti tente teno Tente teno terdiri dari dua kata yaitu tente yang berarti tanam, menanam dan teno yang berarti nama sejenis kayu yaitu kayu teno. Tente teno memiliki arti membuka kebun bundarkebun ulayat baru oleh sekelompok masyarakat atau suatu warga kampung yang dipimpin oleh tu’a teno. Sinonim kata tente teno adalah lodok uma weru. Lodok berarti sentral tanah ulayat lingko yang akan menjadi titik awal pembagian lahan. Pada lodok inilah diadakan tente teno. Hanya satu lodok untuk satu tanah ulayat. 2. Latar belakang tente teno 2.1. Haju teno kayu teno Ada beberapa keunikan dan kelebihan kayu teno, yaitu: 2.1.1 Bentuk batangnyapohonnya lurus heluk, menurut paham orangmoyang Manggarai bahwa ciri kayu teno yang lurus itu adalah simbol sikap jujur, dapat dipercaya oleh orang lain imbi lata laing. 2.1.2 Kayu teno kurang bercabang toe danga manga panga artinya proses pembagian tanah ulayat lingko dilandasi rasa keadilan. 2.1.3 Bila daunnya gugur, dapat menyuburkan tanah; juga memiliki batang pohon yang halus, lembut hemel. Artinya, kiranya dibutuhkan suasana hati, pikiran, dan perilaku yang penuh demokrasi, sukacita, ada kedamaian, lemah lembut, kesabaran, tidak otoriter, tidak ada rasa dengki, dan tidak cemburu dalam hal membagi tanah. 2.1.4 Memiliki kulit kayu yang tebal loke haju kimpur. Kulit kayu yang tebal itu dapat digunakan sebagi tali rentang batas pembagian tanah setiap peserta yang berhak mendapat pembagian tanah. Makna kulit kayu itu dalam konteks budaya Manggarai adalah agar tanah yang digarap itu dijauhkan dari segala penyakit, hama wereng tanaman, agar kiranya tanah tersebut mendatangkan hasil panen yang berlimpah. 2.2 Ruha manuk kampungbeo telur ayam kampung Menurut tradisi moyang Manggarai, telur itu merupakan simbol dari tuak robo minuman alkohol dari pohon enau yang tersimpan di robo. Dahulu moyang Manggarai memakai robo untuk menyimpan minuman tuak robo itu dan motif robo menyerupai bentuk telur ayam. Tuak robo dalam tente teno dilambangkan sebagai penghormatan, penghargaan terhadap roh-rohjinleluhur yang dianggap empunya tanah, agar mereka dapat memberi berkat, mendatangkan hasil yang berlimpah dari hasil kerja pada tanah ulayat itu. Berkaitan dengan telur ayam yang disajikan waktu membuka kebun bundar adalah harus dari telur ayam kampung yang baik, tidak busuk yang memiliki arti simbol penghormatan harus dari hati yang bersih dan jujur. 2.3 Saung ngelong Saung ngelong adalah daun ngelong yang berciri khas berdaun tipis, kecil, dan tumbuh di tempat-tempat yang lembab, tanah humus, dan subur. Penggunaan saung ngelong ini memiliki arti, kebun yang akan digarap senantiasa subur, berhumus, agar semua tanaman dapat tumbuh dengan subur dan mendatangkan hasil yang berlimpah. 3. Proses tente teno Proses tente teno dimulai dengan menancapkan kayu teno yang memiliki panjang satu meter di atas permukaan tanah, satu butir telur ayam kampung, dan segenggam daun ngelong, kemudian di sekitar kayu teno dibuatkan pagar kecil yang jumlahnya sesuai dengan jumlah peserta yang mendapat pembagian tanah ulayat tersebut. Tali direntangkan dari kayu teno sebagai pilar sentral itu ke setiap pagar- pagar kecil dan panjang pagar kecil itu harus sama dengan panjang kayu teno. Dari tiang kayu teno tersebut direntangkan tali pada setiap pagar kecil itu masing-masing sampai batas terluar area tanah cicing sehingga dengan demikian dapat membentuk area pembagian tanah setiap peserta. 4. Hasil tente teno 4.1 Moso adalah lokasi pembagian tanah yang dimiliki secara perorangan. 4.2 Lodok adalah titik awal membagi tanah ulayat lingko. Hanya satu lodok untuk satu tanah ulayat. Lodok letaknya di tengah area tanah ulayat, diharapkan panjangluas ukuran tanah pembagian setiap orang diupayakan sama ukurannya atau hampir sama. Bisa berbeda apabila bentuk tanahnya tak simetris. Lodok mestinya dikosongkan tidak diolah untuk dijadikan sebagai tempat sesajian. . Moso Cicing Gambar 2.3 Sketsa lingko lodok dan bagian-bagiannya Lodok Galong Banta Langang 4.3 Cicing adalah batas ujung, luar tanah. Pada batas terluar tanah yang dimaksud yakni dibatasi oleh tanah milik pribadi atau tanah ulayat lain. Oleh karena itu, agar tidak terjadi perebutan batas cicing, dan agar tak masuk binatang yang merusak tanaman, maka bagian cicing tanah ulayat harus dibatasi dengan pagar kena dan atau got ngali. 4.4 Banta artinya pematang yang berfungsi untuk menahan erosi, sehingga tanah tetap humus dan subur. 4.5 Galong artinya petak. Galong ialah pecahan-pecahan dari pembagian tanah. Ukuran satu galong hampir sama ukuran atau kapling tanah. Batas antara galong yang satu dengan galong yang lain disebut bantapematang. 4.6 Langang artinya batas. Langang adalah batas area tanah pembagian antara seorang demi orang dalam satu tanah ulayat dan antara seorangtanah ulayat dengan tanah ulayat lainnya. 5. Randang lingko Randang lingko adalah upacara adat persembahan, syukuran, sesajian kepada leluhurroh yang dianggap empunya tanah dengan mengorbankan seekor kerbau jantan dalam hal membuka kebun bundartanah ulayat baru. Pada saat randang lingko juga dihadiri oleh kelompok-kelompok masyarakat sekitarnya batas terdekat tanah ulayat itu. Tujuan kehadiran mereka untuk menyaksikan keabsahan tanah tersebut, dan merekalah saksi jika tanah ulayat lain menyangkut status tanah ulayat itu. Tak semua pembukaan tahan ulayat melaksanakan randang lingko. Semuanya tergantung kesanggupan masyarakat.

C. Etnomatematika