Analisis Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Tabel 5. Penghitungan Tingkat Asimetri Informasi Lanjutan No Kode Emiten SPREAD 2010 2011 2012 2013 68 VOKS 59.09091 71.87500 86.95652 92.68293 69 YPAS 28.57143 21.53846 10.52632 21.58273 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 4. Penghitungan Tingkat Manajemen Laba Hasil penghitungan tingkat manajemen laba dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6. Penghitungan DA No Kode Emiten DA 2010 2011 2012 2013 1 ADES -0.01591 -0.24427 0.45969 0.27636 2 ALMI -0.23527 -0.24227 0.54211 0.68396 3 AMFG -0.36877 -0.12840 0.51404 0.22281 4 APLI -0.32924 -0.09958 0.51951 0.06376 5 ARGO -0.33494 -0.15513 0.38877 0.48347 6 ASII -0.28615 -0.16369 0.66898 0.26791 7 AUTO -0.35742 -0.16283 0.52441 0.27908 8 BRNA -0.34622 -0.17114 1.86887 0.17457 9 BTON -0.49660 -0.30436 0.50671 0.33866 10 BUDI -0.27725 -0.09091 0.53063 0.24205 11 CEKA 0.12033 -0.16715 0.39451 0.30861 12 CPIN -0.33644 0.11754 0.72577 0.40117 13 DLTA -0.13578 -0.16756 0.54724 0.21171 14 DVLA -0.32131 -0.09739 0.58320 0.30346 15 FASW -0.50952 -0.45094 0.52554 0.33646 16 GDST -0.05627 -0.10665 0.17976 0.18674 17 GGRM -0.27822 -0.00329 0.63622 0.36330 18 GJTL -0.34812 -0.08782 0.46721 0.28207 19 HDTX -0.37150 -0.16097 0.43993 -0.22672 20 ICBP -0.35914 -0.19460 0.53778 0.30900 21 IGAR -0.41019 -0.11007 0.56983 0.28961 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 6. Penghitungan DA Lanjutan No Kode Emiten DA 2010 2011 2012 2013 22 INAF -0.30645 -0.08770 0.61130 0.34437 23 INAI -0.06847 -0.14883 0.76490 0.16116 24 INDF -0.41087 -0.18975 0.56079 0.27776 25 INDS -0.22190 0.11340 0.56861 0.23412 26 INTP -0.32130 -0.15099 0.55429 0.30507 27 JECC -0.36751 -0.13286 0.61500 0.59981 28 JPFA -0.30906 -0.04254 0.68545 0.42282 29 JPRS -0.35149 -0.03117 0.56615 0.04972 30 KAEF -0.34294 -0.11505 0.54142 0.26903 31 KBLI -0.40739 -0.09811 0.66097 0.42694 32 KBLM -0.30577 -0.11198 0.71655 0.48986 33 KBRI -0.31310 -0.08234 0.44613 0.26864 34 KDSI -0.23232 -0.20146 0.50178 0.19874 35 KICI -0.42519 -0.16058 0.49713 0.31040 36 KLBF -0.28640 -0.14421 0.64138 0.43727 37 LION -0.29208 -0.16001 0.57410 0.28493 38 LMPI -0.33854 -0.12631 0.55698 0.32619 39 LMSH -0.29952 -0.03932 0.81886 0.25353 40 LPIN -0.39150 -0.17041 0.51507 0.29952 41 MAIN -0.23904 0.10081 0.59766 0.41556 42 MERK -0.35066 0.04345 0.59188 0.39180 43 MLBI -0.04038 -0.14740 0.53524 0.56292 44 MRAT -0.23344 -0.09161 0.56134 0.19763 45 MYOR -0.23039 0.14360 0.57620 0.30703 46 MYTX -0.38467 -0.17442 0.44569 0.24883 47 NIPS -0.35738 0.11964 0.54037 0.54130 48 PICO -0.23621 -0.12991 0.55749 0.28835 49 PRAS -0.54862 -0.16619 0.37731 0.26435 50 RICY -0.35406 -0.16703 0.51967 0.43930 51 RMBA -0.37776 -0.08850 0.28679 0.02429 52 SCPI -0.38384 -0.06855 0.43888 0.54865 53 SIAP -0.30297 -0.07386 0.38648 0.45256 54 SIPD -0.27863 -0.09584 0.60291 0.28774 55 SMCB -0.30412 -0.17632 0.53241 0.26681 56 SMGR -0.29643 -0.11397 0.54860 0.32590 57 SMSM -0.25608 -0.11531 0.48076 0.28057 Tabel 6. Penghitungan DA Lanjutan No Kode Emiten DA 2010 2011 2012 2013 58 SPMA -0.29384 -0.13133 0.54020 0.30696 59 SRSN -0.30019 -0.18282 0.59696 0.23064 60 SSTM -0.33801 -0.25561 0.37082 0.13774 61 SULI -0.27347 -0.29799 0.37722 0.32627 62 TCID -0.31655 -0.06188 0.45942 0.23822 63 TIRT -0.37348 -0.05053 0.44069 0.11355 64 TOTO -0.24222 -0.10491 0.61761 0.26405 65 TRST -0.31507 -0.15794 0.49862 0.26213 66 TSPC -0.35544 -0.18894 0.55339 0.32360 67 UNIT -0.34953 -0.20104 0.43897 0.33020 68 VOKS -0.40351 -0.18969 0.59077 0.14304 69 YPAS -0.30625 -0.07491 0.69649 0.37304 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Deskripsi Variabel a. Manajemen Laba Berdasarkan data perhitungan manajemen laba pada tabel 6, pada tahun 2010 dan 2011 sebagian besar nilai manajemen laba bernilai negatif. Pada tahun 2012 dan 2013 sebagian besar data manajemen laba bernilai positif. Manajemen laba negatif berarti perusahaan melakukan penurunan laba minimization income dan manajemen laba positif berarti perusahaan melakukan peningkatan laba maximization income. Berikut ini histogram untuk melihat sebaran data manajemen laba. Gambar 2. Histogram Data Mentah Manajemen Laba PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan gambar 2, dari 276 perusahaan terdapat 132 perusahaan memiliki angka manajemen laba negatif dan sebanyak 144 perusahaan memiliki angka manajemen laba positif. Sumbu horizontal pada gambar 2 merupakan tingkat manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals. Sumbu vertikal menunjukan frekuensi jumlah perusahaan. Manajemen laba berskala rasio, semakin menjauhi 0 berarti tingkat manajemen laba semakin tinggi. Manajemen laba dengan cara minimization income dan maximization income memiliki arah yang berbeda dalam mengukur tingkat manajemen laba. Gambar berikut ini akan mempermudah dalam memahami pengukuran tingkat manajemen laba. Gambar 3. Pengukuran Manajemen Laba -negatif + positif Minimization Income Maximization Income Gambar 3 merupakan gambar garis bilangan yang akan mempermudah dalam memahami perbedaan arah dalam mengukur tingkat manajemen laba. Minimization income terletak pada sisi sebelah kiri - pada garis bilangan, maka semakin kecil angka manajemen laba tingkat manajemen laba semakin tinggi. Maximization income terletak di sisi sebelah kanan + pada garis bilangan, maka semakin besar angka manajemen laba tingkat manajemen laba semakin tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Manajemen laba diklasifikasikan menjadi 3. Pertama klasifikasi manajemen laba menjadi minimization income kategori 0 dan maximization income kategori 1. Kedua klasifikasi manajemen laba dengan minimization income untuk menentukan tingkat manajemen laba. Ketiga klasifikasi manajemen laba dengan maximization income untuk menentukan tingkat manajemen laba. Deskripsi data dan klasifikasi data minimization income dan maximization income akan dijelaskan dalam pembahasan berikut. 1 Minimization Income Deksripsi data minimization income disajikan dalam tabel dan histogram. Berikut ini tabel yang menunnjukan nilai mean, minimum, dan maximum dari minimization income. Tabel 7. Nilai Mean, Minimum, Maximum Minimization Income Minimization Income Valid 132 Missing Mean -0.23064 Minimum -0.54862 Maximum -0.00329 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 7, sebanyak 132 perusahaan dari total 276 perusahaan memiliki nilai manajemen laba negatif. Minimization income dikatakan semakin tinggi apabila angka discretionary accruals semakin negatif menjauhi 0. Nilai terendah menjadi nilai tertinggi dalam minimization income. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Angka terendah perhitungan minimization income tersebut diperoleh dari perhitungan manajemen laba PT Prima Alloy Steel Universal Tbk pada pengamatan tahun 2011. PT Prima Alloy Steel Universal Tbk memiliki data manajemen laba tahun 2010 dan 2011 bernilai negatif, sedangkan tahun 2012 dan 2013 bernilai positif. Pada tahun 2010 tingkat manajemen laba PT Prima Alloy Steel Universal Tbk sebesar -0,54862, dan menurun ditahun 2011 menjadi -0,16619. Nilai tertinggi manajemen laba dengan minimization income sebesar -0,00329. Nilai tersebut merupakan tingkat manajemen laba terendah dalam minimization income. Angka tersebut diperoleh dari perhitungan manajemen laba PT Gudang Garam Tbk pada tahun 2011. PT Gudang Garam Tbk memiliki data manajemen laba pada tahun 2010 dan 2011 bernilai negatif, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 bernilai positif. Pada tahun 2010 tingkat manajemen laba PT Gudang Garam Tbk sebesar -0,27822, sedangkan pada tahun 2011 sebesar -0,00329. Sebagian besar manajemen laba dengan minimization income terjadi pada tahun sebelum IFRS, yaitu pada tahun 2010 dan 2011. Tidak semua perusahaan melakukan minimization income sebelum konvergensi IFRS. Beberapa perusahaan melakukan minimization income dengan pola yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berbeda, antara lain PT Cahaya Kalbar Tbk yang hanya melakukan minimization income pada tahun 2011. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk yang hanya melakukan minimization income pada tahun 2010. PT Pan Asia Indosyntec Tbk yang melakukan minimization income selama 3 tahun, yaitu pada tahun 2010, 2011, dan 2013. Sebaran data minimization income tidak luas, hal tersebut dibuktikan dari selisih nilai tertinggi dan terendah minimization income tidak terlalu tinggi. Berikut ini histogram untuk melihat sebaran data minimization income. Gambar 4. Histogram Minimization Income Berdasarkan gambar 4, sebaran angka manajemen laba terletak di antara 0 hingga -0,6. Sumbu horizontal menunjukkan tingkat manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals. Sumbu vertikal menunnjukan frekuensi jumlah perusahaan. Berdasarkan gambar 4, data minimization income tidak terdistribusi normal, karena terdapat beberapa data yang nilainya kecil yang terletak diantara -0,6 hinga -0,5. Berdasarkan gambar 4, minimization income diklasifikasikan dengan kategori sebagai berikut. -0,15 ≥ X 0 dikategorikan sangat rendah -0,30 ≥ X -0,15 dikategorikan rendah -0,45 ≥ X -0,30 dikategorikan tinggi X -0,45 dikategorikan sangat tinggi Berikut ini adalah tabel klasifikasi minimization income . Tabel 8. Klasifikasi Minimization Income Minimization Income Frequency Percent Sangat Rendah 39 29.5 Rendah 47 35.6 Tinggi 42 31.8 Sangat Tinggi 4 3.0 Total 132 100 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 8, perusahaan yang memiliki kategori minimization income sangat rendah yaitu sebanyak 39 perusahaan atau sebesar 29,5 dari total 132 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori minimization income rendah yaitu sebanyak 47 perusahaan atau sebesar 35,6 dari total 132 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori minimization income tinggi yaitu sebanyak 42 perusahaan atau sebesar 31,8 dari total 132 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori minimization income sangat tinggi yaitu sebanyak 4 perusahaan atau sebesar 3 dari total 132 perusahaan. Berdasarkan tabel 8, kategori minimization income terbanyak terdapat pada kategori rendah, sedangkan kategori minimization income paling sedikit terdapat pada kategori sangat tinggi. 2 Maximization Income Deskripsi data maximization income disajikan dalam tabel dan histogram. Berikut ini tabel yang menunnjukan nilai mean, minimum, dan maximum dari maximization income. Tabel 9. Nilai Mean, Minimum, dan Maximum Maximization Income Maximization Income Valid 144 Missing Mean 0.416145152 Minimum 0.024289031 Maximum 1.868867583 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 9, terdapat 144 maximization income bernilai positif. Berbeda dengan minimization income, dalam maximization income semakin positif menjauhi 0 berarti tingkat manajemen laba dikatakan semakin tinggi. Nilai terendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tingkat manajemen laba dengan maximization income sebesar 0,02429. Angka tersebut diperoleh dari perhitungan manajemen laba PT Bentoel International Investama Tbk pada tahun 2013. Maximization income pada PT Bentoel International Investama Tbk terjadi pada tahun 2012 dan 2013, dan terjadi penurunan pada tahun 2013. Nilai tertinggi tingkat manajemen laba dengan maximization income sebesar 1,86887. Angka tersebut diperoleh dari perhitungan data manajemen laba PT Berlina Tbk pada tahun 2012. Seperti PT Bentoel International Investama Tbk, PT Berlina Tbk juga mengalami penurunan tingkat manajemen laba pada tahun 2013. Secara berturut-turut pada tahun 2012 dan 2013 tingkat maximization income PT Berlina sebesar 1,86887 dan 0,17457. Sebagian besar manajemen laba dengan maximization income terjadi pada tahun 2012 dan 2013 atau tahun sesudah konvergensi IFRS. Berdasarkan data hasil perhitungan manajemen laba pada tabel 6 halaman 62, maximization income terjadi pada tahun 2012 dan sebagian besar mengalami penurunan di tahun 2013. Tahun 2012 adalah tahun awal penerapan IFRS di Indonesia, jadi ada kemungkinan bahwa pada tahun awal penerapan IFRS tingkat manajemen laba mengalami peningkatan. Cara manajemen laba berubah dari minimization income menjadi maximization income. Tidak semua perusahaan dalam populasi sasaran mengalami penurunan maximization income pada tahun 2012 ke tahun 2013. Beberapa perusahaan mengalami peningkatan tingkat manajemen laba, antaralain PT Alumindo Light Metal Industry Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT Nippres Tbk, PT Schering Plough Indonesia Tbk, dan PT Sekawan Inti pratama Tbk. Sebaran data manajemen laba dengan maximization income tidak luas, karena selisih nilai tertinggi dan terendah yang tidak terlalu besar. Berikut akan disajikan gambaran data secara visual dalam bentuk histogram. Gambar 5. Histogram Maximization Income Berdasarkan gambar 5, sebaran angka manajemen laba minimization income terletak di antara 0 hingga 2,0. Sumbu horizontal meunnjukan tingkat manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals. Sumbu vertikal menunnjukkan frekuensi jumlah perusahaan. Berdasarkan gambar 5, data maximization income tidak terdistribusi normal karena terdapat 1 data yang bernilai sangat besar yang selisihnya sangat banyak dengan data yang lain. Gambar histogram 5 menjadi dasar untuk mengklasifikasikan angka maximization income sesuai dengan interval yang disajikan dalam histogram. Kategori pengklasifikasian menjadi seperti berikut ini. 0 ≥ X ≤ 0,25 dikategorikan sangat rendah 0,25 X ≤ 0,50 dikategorikan rendah 0,50 X ≤ 0,75 dikategorikan tinggi X 0,75 dikategorikan sangat tinggi Berikut ini adalah tabel klasifikasi maximization income. Tabel 10. Klasifikasi Maximization Income Maximization Income Frequency Percent Sangat Rendah 26 18.1 Rendah 64 44.4 Tinggi 51 35.4 Sangat Tinggi 3 2.1 Total 144 100 Sumber: data sekunder yang diolah , 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan tabel 10, perusahaan yang memiliki kategori minimization income sangat rendah yaitu sebanyak 26 perusahaan atau sebanyak 18,1 dari total 144 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori minimization income rendah yaitu sebanyak 64 perusahaan atau sebanyak 44,4 dari total 144 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori minimization income tinggi yaitu sebanyak 51 perusahaan atau sebanyak 35,4 dari total 144 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori minimization income sangat tinggi yaitu sebanyak 3 perusahaan dari total 144 perusahaan. Berdasarkan tabel 10, Kategori maximization income terbanyak terdapat pada kategori rendah, sedangkan kategori maximization income paling sedikit terdapat pada kategori sangat tinggi. b. Asimetri Informasi Deskripsi data asimetri informasi disajikan dalam tabel dan histogram. Berikut ini tabel yang menunjukkan nilai mean, minimum, dan maximum asimetri informasi. Tabel 11. Nilai Mean, Minimum, dan Maximum Asimetri Informasi Asimetri Informasi Valid 276 Missing Mean 70.01086 Minimum 3.921569 Maximum 196.0661 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 11, dari 276 perusahaan nilai terendah tingkat asimetri informasi sebesar 3,9216. Nilai terendah tersebut didapat dari perhitungan nilai ask dan bid dari saham PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk pada tahun 2013. Terjadi penurunan tingkat asimetri informasi pada PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk, secara berturut-turut dari tahun 2010 hingga 2012 nilai asimetri informasi sebesar 149,367, 63,946, dan 34,711. Tingkat asimetri informasi yang menurun menandakan bahwa kualitas informasi yang diukur dari harga ask dan bid saham semakin baik. Selain PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk beberapa perusahaan yang juga mengalami penurunan tingkat asimetri informasi di antaranya PT Asahimas Flat Glass Tbk, PT Indospring Tbk, dan PT Mustika Ratu Tbk. Nilai tertinggi tingkat asimetri informasi didapat dari perhitungan nilai ask dan bid dari saham PT Multi Bintang Indonesia Tbk, yaitu sebesar 196,066 pada tahun 2013. Berbeda dengan PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk yang mengalami penurunan tingkat asimetri informasi, PT Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai asimetri informasi yang tidak stabil meningkat maupun menurun setiap tahun. Secara berturut-turut dari tahun 2010 hingga 2012 tingkat asimetri informasi PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 58,99, 38,71, dan 69,336. Tidak hanya penurunan beberapa perusahaan pada populasi sasaran mengalami peningkatan asimetri informasi, antaralain PT Prima Alloy Steel Universal Tbk dan PT Voksel Elektrik Tbk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perhitungan nilai asimetri informasi terendah diperoleh dari perhitungan nilai ask sebesar Rp52,-, dan bid sebesar Rp50,-. Perhitungan nilai asimetri informasi tertinggi diperoleh dari perhitungan nilai ask sebesar Rp74.000,-, dan bid sebesar Rp735,-. Berdasarkan perhitungan nilai ask dan bid, nilai tertinggi diperoleh karena antara nilai ask dan bid memiliki selisih yang sangat banyak. Nilai terendah diperoleh karena antara nilai ask dan bid memiliki selisih yang tidak terlalu tinggi. Sebaran data asimetri informasi sangat luas, hal tersebut dapat dibuktikan dari selisih nilai yang sangat tinggi antara nilai asimetri informasi teringgi dan terendah. Berikut ini histogram sebaran data asimetri informasi. Gambar 6. Histogram Data Mentah Asimetri Informasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan gambar 6, sebaran angka asimetri informasi berada di antara 0 sampai 200. Sumbu horizontal menunjukkan tingkat asimetri informasi yang diproksikan dengan spread. Sumbu vertikal menunjukkan frekuensi jumlah perusahaan. Berdasarkan gambar 6, data simetri informasi tidak terdistribusi normal, karena terdapat beberapa data yang memiliki selisih nilai yang tinggi pada kisaran angka 150 hingga 200. Gambar histogram 6 juga menjadi dasar untuk mengklasifikasikan nilai asimetri informasi menjadi 4 kategori, dengan kriteria sebagai berikut. 0 ≥ X ≤ 50 dikategorikan sangat rendah 50 X ≤ 100 dikategorikan rendah 100 X ≤ 150 dikategorikan tinggi X 150 dikategorikan sangat tinggi Berikut adalah tabel klasifikasi asimetri informasi. Tabel 12. Klasifikasi Asimetri Informasi Asimetri Informasi Frequency Percent Sangat Rendah 84 30.4 Rendah 146 52.9 Tinggi 38 13.8 Sangat Tinggi 8 2.9 Total 276 100 Sumber: data sekunder yang diolah , 2016 Berdasarkan tabel 12, perusahaan yang memiliki kategori asimetri informasi sangat rendah yaitu sebanyak 84 perusahaan atau sebanyak 30,4 dari total 276 perusahaan. Perushaan yang memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kategori asimetri informasi rendah yaitu sebanyak 146 perusahaan atau sebanyak 52,9 dari total 276 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori asimetri informasi tinggi, yaitu sebanyak 38 perusahaan atau sebanyak 13,8 dari total 276 perusahaan. Perusahaan yang memiliki kategori asimetri informasi sangat tinggi yaitu sebanyak 8 perusahaan atau sebanyak 2,9 dari total 276 perusahaan. Berdasarkan tabel 16, kategori asimetri informasi terbanyak terdapat pada kategori rendah, sedangkan kategori paling sedikit terdapat pada kategori sangat tinggi. c. Konvergensi International Financial Reporting Standards Data konvergensi IFRS dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy, dengan 2 kategori 0 dan 1. Kategori 0 berarti perusahaan belum melakukan konvergensi IFRS, sedangkan kategori 1 berarti perusahaan sudah melakukan konvergensi IFRS. Frekuensi jumlah perusahaan yang sudah melakukan konvergensi IFRS dan yang belum melakukan konvergensi IFRS disajikan dalam tabel 13 berikut. Tabel 13. Frekuensi Konvergensi IFRS Konvergensi IFRS Frequency Percent Belum IFRS 138 50 Sudah IFRS 138 50 Total 276 100 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 13, dari total 276 perusahaan terdapat 138 perusahaan atau sebesar 50 dari total 276 perusahaan belum melakukan konvergensi IFRS. Perusahaan yang sudah melakukan konvergensi IFRS, yaitu sebanyak 138 perusahaan atau sebesar 50 dari total 276 perusahaan. Data konvergensi IFRS hanya menggunakan perbedaan tahun dalam menentukan sudah atau belum konvergensi IFRS. Tahun 2010 dan 2011 untuk perusahaan yang belum melakukan konvergensi IFRS, sedangkan untuk perusahaan yang sudah melakukan konvergensi IFRS pada tahun 2012 dan 2013. Proporsi data konvergensi IFRS antara sudah dan belum konvergensi IFRS sama, yaitu sebesar 50-50. 6. Pengklasifikasian Data a. Data Manajemen Laba Tabel di bawah ini merupakan hasil pengklasifikasian data manajemen laba menjadi 2 kategori, minimization income dan maximization income.. Tabel 14. Pengklasifikasian Minimization Income dan Maximization Income No Kode Emiten DA 2010 2011 2012 2013 1 ADES 1 1 2 ALMI 1 1 3 AMFG 1 1 4 APLI 1 1 5 ARGO 1 1 6 ASII 1 1 7 AUTO 1 1 8 BRNA 1 1 9 BTON 1 1 10 BUDI 1 1 11 CEKA 1 1 1 12 CPIN 1 1 1 13 DLTA 1 1 14 DVLA 1 1 Tabel 14. Pengklasifikasian Minimization Income dan Maximization Income Lanjutan No Kode Emiten DA 2010 2011 2012 2013 15 FASW 1 1 16 GDST 1 1 17 GGRM 1 1 18 GJTL 1 1 19 HDTX 1 20 ICBP 1 1 21 IGAR 1 1 22 INAF 1 1 23 INAI 1 1 24 INDF 1 1 25 INDS 1 1 1 26 INTP 1 1 27 JECC 1 1 28 JPFA 1 1 29 JPRS 1 1 30 KAEF 1 1 31 KBLI 1 1 32 KBLM 1 1 33 KBRI 1 1 34 KDSI 1 1 35 KICI 1 1 36 KLBF 1 1 37 LION 1 1 38 LMPI 1 1 39 LMSH 1 1 40 LPIN 1 1 41 MAIN 1 1 1 42 MERK 1 1 1 43 MLBI 1 1 44 MRAT 1 1 45 MYOR 1 1 1 46 MYTX 1 1 47 NIPS 1 1 1 48 PICO 1 1 49 PRAS 1 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 14. Pengklasifikasian Minimization Income dan Maximization Income Lanjutan No Kode Emiten DA 2010 2011 2012 2013 50 RICY 1 1 51 RMBA 1 1 52 SCPI 1 1 53 SIAP 1 1 54 SIPD 1 1 55 SMCB 1 1 56 SMGR 1 1 57 SMSM 1 1 58 SPMA 1 1 59 SRSN 1 1 60 SSTM 1 1 61 SULI 1 1 62 TCID 1 1 63 TIRT 1 1 64 TOTO 1 1 65 TRST 1 1 66 TSPC 1 1 67 UNIT 1 1 68 VOKS 1 1 69 YPAS 1 1 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Keterangan 1 = maximization income 0 = minimization income Data manajemen laba diklasifikasikan lagi untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat manajemen laba dalam suatu perusahaan. Tabel di bawah ini merupakan hasil klasifikasi manajemen laba dengan minimization income. Tabel 15. Pengklasifikasian Minimization Income No Kode Emiten Minimization Income 2010 2011 2012 2013 1 ADES 1 2 2 ALMI 2 2 3 AMFG 3 1 4 APLI 3 1 5 ARGO 3 2 6 ASII 2 2 7 AUTO 3 2 8 BRNA 3 2 9 BTON 4 3 10 BUDI 2 1 11 CEKA 2 12 CPIN 3 13 DLTA 1 2 14 DVLA 3 1 15 FASW 4 4 16 GDST 1 1 17 GGRM 2 1 18 GJTL 3 1 19 HDTX 3 2 2 20 ICBP 3 2 21 IGAR 3 1 22 INAF 3 1 23 INAI 1 1 24 INDF 3 2 25 INDS 2 26 INTP 3 2 27 JECC 3 1 28 JPFA 3 1 29 JPRS 3 1 30 KAEF 3 1 Tabel 15. Pengklasifikasian Minimization Income Lanjutan No Kode Emiten Minimization Income 2010 2011 2012 2013 31 KBLI 3 1 32 KBLM 3 1 33 KBRI 3 1 34 KDSI 2 2 35 KICI 3 2 36 KLBF 2 1 37 LION 2 2 38 LMPI 3 1 39 LMSH 2 1 40 LPIN 3 2 41 MAIN 2 42 MERK 3 43 MLBI 1 1 44 MRAT 2 1 45 MYOR 2 46 MYTX 3 2 47 NIPS 3 48 PICO 2 1 49 PRAS 4 2 50 RICY 3 2 51 RMBA 3 1 52 SCPI 3 1 53 SIAP 3 1 54 SIPD 2 1 55 SMCB 3 2 56 SMGR 2 1 57 SMSM 2 1 58 SPMA 2 1 59 SRSN 3 2 60 SSTM 3 2 61 SULI 2 2 62 TCID 3 1 63 TIRT 3 1 64 TOTO 2 1 65 TRST 3 2 66 TSPC 3 2 67 UNIT 3 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 15. Pengklasifikasian Minimization Income Lanjutan No Kode Emiten Minimization Income 2010 2011 2012 2013 68 VOKS 3 2 69 YPAS 3 1 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 Keterangan 1 = Sangat Rendah 2 = Rendah 3 = Tinggi 4 = Sangat Tinggi Tabel berikut ini merupakan hasil klasifikasi manajemen laba dengan maximization income. Tabel 16. Pengklasifikasian Maximization Income No Kode Emiten Maximization Income 2010 2011 2012 2013 1 ADES 2 2 2 ALMI 3 3 3 AMFG 3 1 4 APLI 3 1 5 ARGO 2 2 6 ASII 3 2 7 AUTO 3 2 8 BRNA 4 1 9 BTON 3 2 10 BUDI 3 1 11 CEKA 1 2 2 12 CPIN 1 3 2 13 DLTA 3 1 14 DVLA 3 2 15 FASW 3 2 16 GDST 1 1 17 GGRM 3 2 18 GJTL 2 2 19 HDTX 2 20 ICBP 3 2 21 IGAR 3 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 16. Pengklasifikasian Maximization Income Lanjutan No Kode Emiten Maximization Income 2010 2011 2012 2013 22 INAF 3 2 23 INAI 4 1 24 INDF 3 2 25 INDS 1 3 1 26 INTP 3 2 27 JECC 3 3 28 JPFA 3 2 29 JPRS 3 1 30 KAEF 3 2 31 KBLI 3 2 32 KBLM 3 2 33 KBRI 2 2 34 KDSI 3 1 35 KICI 2 2 36 KLBF 3 2 37 LION 3 2 38 LMPI 3 2 39 LMSH 4 2 40 LPIN 3 2 41 MAIN 1 3 2 42 MERK 1 3 2 43 MLBI 3 3 44 MRAT 3 1 45 MYOR 1 3 2 46 MYTX 2 1 47 NIPS 1 3 3 48 PICO 3 2 49 PRAS 2 2 50 RICY 3 2 51 RMBA 2 1 52 SCPI 2 3 53 SIAP 2 2 54 SIPD 3 2 55 SMCB 3 2 56 SMGR 3 2 57 SMSM 2 2 58 SPMA 3 2 Tabel 16. Pengklasifikasian Maximization Income Lanjutan No Kode Emiten Maximization Income 2010 2011 2012 2013 59 SRSN 3 1 60 SSTM 2 1 61 SULI 2 2 62 TCID 2 1 63 TIRT 2 1 64 TOTO 3 2 65 TRST 2 2 66 TSPC 3 2 67 UNIT 2 2 68 VOKS 3 1 69 YPAS 3 2 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 Keterangan 1 = Sangat Rendah 2 = Rendah 3 = Tinggi 4 = Sangat Tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Data Asimetri Informasi Tabel di bawah ini merupakan hasil pengklasifikasian data asimetri informasi. Tabel 17. Pengklasifikasian Data Asimetri Informasi No Kode Emiten Asimetri Informasi 2010 2011 2012 2013 1 ADES 4 3 4 4 2 ALMI 3 3 3 1 3 AMFG 4 3 2 1 4 APLI 2 4 2 2 5 ARGO 1 1 1 1 6 ASII 2 2 4 2 7 AUTO 4 4 1 1 8 BRNA 4 1 4 2 9 BTON 3 1 4 2 10 BUDI 1 2 4 1 11 CEKA 2 2 4 2 12 CPIN 4 3 2 3 13 DLTA 3 1 3 1 14 DVLA 3 1 2 4 15 FASW 4 3 3 1 16 GDST 4 2 1 2 17 GGRM 4 3 1 2 18 GJTL 4 2 1 3 19 HDTX 1 1 4 3 20 ICBP 2 1 2 2 21 IGAR 2 4 3 2 22 INAF 1 4 3 4 23 INAI 3 4 2 1 24 INDF 2 2 1 1 25 INDS 4 4 3 1 26 INTP 2 2 1 2 27 JECC 3 2 4 2 28 JPFA 4 3 2 4 29 JPRS 4 3 3 3 30 KAEF 4 4 3 4 31 KBLI 3 2 3 3 32 KBLM 2 1 2 3 Tabel 17. Pengklasifikasian Data Asimetri Informasi Lanjutan No Kode Emiten Asimetri Informasi 2010 2011 2012 2013 33 KBRI 4 3 1 1 34 KDSI 3 2 4 3 35 KICI 4 1 3 2 36 KLBF 4 1 4 1 37 LION 4 2 3 2 38 LMPI 3 3 3 4 39 LMSH 4 1 3 3 40 LPIN 4 3 4 3 41 MAIN 4 4 4 3 42 MERK 2 1 1 2 43 MLBI 2 1 3 4 44 MRAT 3 2 1 1 45 MYOR 4 2 3 3 46 MYTX 2 4 3 4 47 NIPS 4 1 2 4 48 PICO 3 3 3 3 49 PRAS 3 4 4 4 50 RICY 3 3 2 1 51 RMBA 4 1 2 1 52 SCPI 3 2 2 1 53 SIAP 1 3 4 1 54 SIPD 2 2 1 1 55 SMCB 2 1 2 3 56 SMGR 1 1 2 2 57 SMSM 3 1 3 2 58 SPMA 2 3 3 3 59 SRSN 1 1 1 1 60 SSTM 1 4 2 3 61 SULI 4 1 4 3 62 TCID 1 1 1 1 63 TIRT 3 2 3 1 64 TOTO 4 2 4 1 65 TRST 2 4 2 2 66 TSPC 4 3 2 2 67 UNIT 4 4 2 4 68 VOKS 2 3 4 4 69 YPAS 1 1 1 1 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Keterangan 1 = Sangat Rendah 2 = Rendah 3 = Tinggi 4 = Sangat Tinggi 7. Analisis Tabulasi Silang Crosstabs Analisis tabulasi silang pertama dilakukan untuk menentukan hubungan konvergensi IFRS dengan manajemen laba. Variabel konvergensi IFRS dan manajemen laba dalam analisis pertama ini merupakan data nominal. Perhitungan koefisien hubungan menggunakan koefisien Phi dan Cramer’s V. Berikut akan disajikan hasil analisis crosstabs serta pembahasannya. a. Hubungan Konvergensi IFRS dengan Manajemen Laba Berikut ini akan disajikan hasil tabel silang antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba pada tabel 18, serta hasil koefisien hubungan antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba pada tabel 19. Tabel 18. Tabel Silang Konvergensi IFRS dengan Manajemen Laba Konvergensi I IFRS Belum IFRS Sudah IFRS Total M an aj em e n L ab a Minimization Income 131 1 132 Maximization Income 7 137 144 Total 138 138 276 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan tabel 18, dari 276 perusahaan terdapat sebanyak 132 perusahaan melakukan minimization income, dan 144 perusahaan melakukan maximization income. Sebagian besar perusahaan yang belum melakukan konvergensi IFRS melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba. Hal tersebut dapat diketahui dari tabel 18, sebanyak 131 perusahaan melakukan minimization income pada saat belum melakukan konvergensi IFRS, sedangkan yang melakukan maximization income hanya 7 perusahaan. Sebagian besar perusahaan yang sudah melakukan konvergensi IFRS melakukan manajemen laba dengan cara menaikan laba. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 19, yang menunjukkan bahwa terdapat 137 perusahaan yang melakukan maximization income pada saat sudah melakukan konvergensi IFRS, sedangkan yang melakukan minimization income hanya ada 1 perusahaan. Berdasarkan tabel 18, perusahaan yang belum melakukan konvergensi IFRS cenderung melakukan manajemen laba dengan minimization income. Perusahaan yang sudah melakukan konvergensi IFRS cenderung melakukan manajemen laba dengan maximization income Kekuatan hubungan antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba diketahui dengan menginterpretasikan koefisien Phi dan Cramers’s V. Berikut akan disajikan hasil perhitungan koefisisen Phi dan Cr amer’s V dalam tabel 19. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 19. Koefisien Hubungan Konvergensi IFRS dengan Manajemen Laba Koefisien Value Phi .943 Cramer’s V .943 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 19, nilai koefisien Phi sebesar 0,943, hal ini berarti terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba. Nilai koefisien Cramer’s V sebesar 0,943, hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba. Angka koefisien Cramer’s V sama dengan koefisien Phi, denagn arah hubungan positif. Arah hubungan positif bearti apabila konvergensi IFRS meningkat, maka manajemen laba juga meningkat. b. Hubungan Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba Analisis tabulasi silang kedua dilakukan untuk menentukan hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba dilakukan dengan menguji tiga hubungan. Pertama hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba minimization income dan maximization income. Kedua hubungan asimetri informasi dengan minimization income. Ketiga hubungan asimetri informasi dengan maximization income. 1 Hubungan Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba Maximization Income dan Minimizastion Income Berikut ini akan disajikan hasil analisis tabulasi silang asimetri informasi dengan manajemen laba minimization income dan maximization income pada tabel 20, serta koefisien hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba pada tabel 21. Tabel 20. Tabel Silang Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba Minimization Income dan Maximization Income I Manajemen Laba Minimization Income Maximization Income Total Asime tr i In for m asi Sangat Rendah 33 51 84 Rendah 71 75 146 Tinggi 26 12 38 Sangat Tinggi 2 6 8 Total 132 144 276 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 20, pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah terdapat 33 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 51 melakukan maximization income. Pada kategori tingkat asimetri informasi rendah terdapat 71 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 75 melakukan maximization income. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi terdapat 26 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 12 perusahaan melakukan maximization income. Pada kategori tingkat asimetri informasa sangat tinggi terdapat sebanyak 2 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 6 perusahaan melakukan maximization income. Berdasarkan tabel 20, tingkat asimetri informasi tidak menentukan cara manajemen laba. Tingkat asimetri informasi dalam suatu perusahaan tidak menentukan cara perusahaan dalam melakukan manajemen laba minimization income dan maximization income. Terdapat perbedaan jumlah yang tidak menentu dari setiap kategori asimetri informasi dalam kaitannya dengan manajemen laba minimization income dan maximization income, maka tingkat asimetri informasi tidak memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi pola manajemen laba minimization income dan maximization income. Kekuatan hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba minimization income dan maximization income diukur dengan koefisien Lambda. Berikut ini hasil perhitungan koefisien Lambda pada tabel 21. Tabel 21. Koefisien Hubungan Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba Minimization Income dan Maximization Income Value Lambda Asimetri Dependent .000 Manajemen Laba Dependent .106 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan tabel 21, besarnya koefisien lambda jika manajemen laba sebagai variabel dependen didapat hasil 0,106. Hal tersebut berarti tingkat asimetri informasi dapat meningkatkan prediksi atas manajemen laba sebesar 10,6. Jika asimetri informasi sebagai variabel dependen, akan diperoleh koefisien lambda sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa variabel manajemen laba tidak dapat memprediksi tingkat asimetri informasi, atau dapat dikatakan memiliki hubungan yang sangat lemah dan positif. 2 Hubungan Asimetri Informasi dengan Minimization Income Berikut ini akan disajikan hasil analisis tabulasi silang asimetri informasi dengan minimization income pada tabel 22, serta koefisien hubungan asimetri informasi dengan minimization income pada tabel 23. Tabel 22. Tabel Silang Asimetri Informasi dengan Minimization Income Minimization Income Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Total Asime tr i in for m asi Sangat Rendah 11 25 2 1 39 Rendah 12 22 12 1 47 Tinggi 10 20 12 42 Sangat Tinggi 4 4 Total 33 71 26 2 132 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 22, ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat rendah jumlah perusahaan yang melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI minimization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 11, 25, 2, dan 1 perusahaan. Pada kategori asimetri informasi sangat rendah perusahaan banyak melakukan minimization income pada kategori rendah. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori rendah jumlah perusahaan yang melakukan minimization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 12, 22, 12, dan 1 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi rendah perusahaan banyak melakukan minimization income pada kategori rendah. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori tinggi jumlah perusahaan yang melakukan minimization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 10, 20, 12, dan 0 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi tidak ada perusahaan yang melakukan minimization income pada kategori sangat tinggi. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi perusahaan banyak melakukan minimization income pada kategori rendah. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat tinggi perusahaan hanya melakukan minimization income pada kategori rendah, yaitu sebanyak 4 perusahaan. Berdasarkan tabel 22, pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah hingga sangat tinggi perusahaan banyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melakukan minimization income dengan kategori rendah. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat asimetri informasi belum tentu tingkat minimization income semakin tinggi pula. Kekuatan hubungan asimetri informasi dengan minimization income diukur dengan menggunakan koefisien Gamma. Berikut ini tabel hasil perhitungan koefisien Gamma hubungan asimetri informasi dengan minimization income. Tabel 23. Koefisien Korelasi Hubungan Asimetri Informasi dengan Minimization Income Koefisien Value Gamma .177 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 23, nilai koefisien gamma sebesar 0,177 yang berarti tingkat asimetri informasi dengan minimization income memiliki hubungan yang sangat lemah dengan arah hubungan positif. Arah hubungan positif berarti apabila tingkat asimetri meningkat maka tingkat minimization income juga akan meningkat. 3 Hubungan Asimetri Informasi dengan Maximization Income Berikut ini merupakan hasil analisis tabulasi silang hubungan asimetri informasi dengan maximization income pada tabel 24, serta koefisien hubungan asimetri informasi dengan maximization income pada tabel 25. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 24. Tabel Silang Asimetri Informasi dengan Maximization Income Maximization Income Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Total Asime tr i In for m asi Sangat Rendah 15 20 16 51 Rendah 9 38 26 2 75 Tinggi 2 4 5 1 12 Sangat Tinggi 2 4 6 Total 26 64 51 3 144 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 24, ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat rendah jumlah perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 15, 20, 16, dan 0 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori rendah. Pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah tidak ada perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat tinggi. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori rendah jumlah perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 9, 38, 26, dan 2 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi rendah perusahaan banyak melakukan maximization income pada kaetgori rendah. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori tinggi jumlah perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 2, 4, 5, dan 1 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori tinggi. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat tinggi perusahaan hanya melakukan maximization income pada kategori rendah dan tinggi, yaitu sebanyak 2 dan 4 perusahaan. Berdasarkan tabel 24, pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah dan rendah perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori rendah. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi dan sangat tinggi perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori tinggi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat asimetri informasi belum tentu tingkat maximization income semakin tinggi pula. Kekuatan hubungan asimetri informasi dengan maximization income diukur dengan menggunakan koefisien Gamma. Berikut ini tabel hasil perhitungan koefisien Gamma hubungan asimetri informasi dengan maximization income. Tabel 25. Koefisein Korelasi Hubungan Asimetri Informasi dengan Maximization Income Koefisien Value Gamma .292 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 25, nilai koefisien gamma sebesar 0,292 yang berarti tingkat asimetri informasi dengan maximization income memiliki hubungan yang lemah dengan arah hubungan positif. Arah hubungan positif berarti apabila tingkat asimetri informasi meningkat, maka tingkat maximization income juga meningkat.

B. Pembahasan

1. Hubungan Konvergensi IFRS dengan Manajemen Laba Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan hubungan konvergensi IFRS dengan manajemen laba minimization income dan maximization income sangat kuat dengan arah hubungan positif. Arah hubungan positif berarti apabila konvergensi IFRS meningkat maka tingkat manajemen laba juga akan meningkat. Hubungan konvergensi IFRS dengan manajemen laba sangat kuat yang dapat disimpulkan bahwa konvergensi IFRS memiliki kecenderungan yang sangat kuat dalam mempengaruhi manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati 2014, Ewert dan Wagenhover 2005, Widyawati dan Anggraita 2015 yang menemukan bahwa konvergensi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI IFRS dapat mengurangi tingkat manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qomariah 2013, Beuren dan Klan 2015, Nundini dan Lastanti 2014 yang menemukan bahwa konvergensi IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum konvergensi IFRS maupun sesudah konvergensi IFRS perusahaan pada populasi sasaran tetap melakukan manajemen laba. Kecenderungan yang sangat kuat yang didapat dari penelitian ini adalah mengenai cara manajemen laba, bukan mengenai tingkat manajemen laba. Hal yang menyebabkan hubungan konvergensi IFRS dengan manajemen laba minimization income dan maximization income sangat kuat, kemungkinan karena masih terdapat standar yang tidak relevan dengan IFRS pada tahun sebelum IFRS hingga setelah IFRS setelah semua standar selesai diterbitkan. Sepanjang tahun 2010 hingga 2011, DSAK-IAI Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia secara bertahap mengadopsi IFRS, hingga 1 Januari 2012 telah menerbitkan semua IFRSIAS kecuali IAS 41 dan IFRS 1 Juan dan Wahyuni, 2012. 2. Hubungan Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba Analisis data asimetri informasi terbagi menjadi tiga bagian untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik mengenai hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba. Berdasarkan analisis data yang pertama diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah dengan arah hubungan positif. Berdasarkan analisis data kedua antara asimetri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI informasi dengan minimization income diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah dengan arah hubungan positif. Berdasarkan analisis data ketiga antara asimetri informasi dengan maximization income diketahui bahwa hubungan kedua variabel lemah dengan arah hubungan positif. Berdasarkan hasil ketiga analisis antara asimetri informasi dengan manajemen laba, dapat ditarik kesimpulan bahwa asimetri informasi tidak memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Restuwulan 2013, Putro 2013, Astuti 2011, Kurniawati 2009 yang menemukan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Firdaus 2013, yang menemukan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal yang menyebabkan asimetri informasi tidak memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi manajemen laba adalah, kemungkinan adanya kesalahan terhadap penyusunan laporan keuangan terdahulu yang tidak sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan. 105

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data pada BAB V kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Hubungan konvergensi IFRS dengan manajemen laba adalah sangat kuat dengan arah hubungan positif. 2. Hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba yang dibagi menjadi tiga bagian menunjukkan hasil: a Hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba minimization income dan maximization income sangat lemah dengan arah hubungan positif. b Hubungan asimetri informasi dengan minimization income sangat lemah dengan arah hubungan positif. c Hubungan asimetri informasi dengan maximization income lemah dengan arah hubungan positif.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya menghitung manajemen laba akrual saja dalam mengukur variabel manajemen laba, sedangkan manajemen laba riil tidak diukur dalam penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Penelitian ini hanya menggunakan bid-ask-spread untuk menghitung data asimetri informasi. 3. Penelitian ini hanya menggunakan perbedaan tahun dalam menentukan perusahaan yang melakukan dan tidak melakukan konvergensi IFRS, yaitu tahun 2010 dan 2011 belum melakukan konvergensi IFRS sedangkan tahun 2012 dan 2013 sudah melakukan konvergensi IFRS. 4. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan go public yang menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang Rupiah.

C. Saran

Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak hanya menghitung manajemen laba berbasis akrual saja, namun juga membandingkan manajemen laba riil. 2. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya menggunakan rumus asimetri informasi yang berbeda dari penelitian ini, seperti Tobins’Q yang juga dapat digunakan sebagai ukuran asimetri informasi dalam suatu perusahaan. 3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya menggunakan kriteria yang lebih jelas dalam menentukan peerusahaan yang melakukan konvergensi IFRS. Misalnya dengan melihat perbedaan pos-pos dalam suatu laporan keuangan atau dengan melihat kriteria suatu perusahaan dikatakan melakukan konvergensi IFRS. 4. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak hanya menggunakan sampel perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah saja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

7 50 87

Pengaruh Pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS) terhadap Kualitas Informasi Akuntansi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 11

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

Hubungan asimetri informasi dan ukuran perusahaan dengan praktik manajemen laba (studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014).

0 0 2

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 15

PENGARUH ADOPSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS) Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 SKRIPSI

0 0 15

Pengaruh Konvergensi International Financial Reporting Standards Terhadap Informasi Asimetris (Studi Kasus Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia) - Ubharajaya Repository

0 0 15

PENGARUH ADOPSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13

PENGARUH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS ( IFRS ) TERHADAP MANAJEMEN LABA ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI ) - Unissula Repository

0 0 11