Arus Jenuh Lalu lintas

22 Sumber : MKJI, 1997 Hal : 2 – 59 b. Waktu hijau gi Waktu hijau untuk masing-masing fase : gi = Cua-LTI x PRi detik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2 Dengan : gi = Tampilan waktu hijau pada fase i PRi = Rasio fase FR ΣFR Sumber : MKJI, 1997 Hal : 2 – 60 c. Waktu siklus yang disesuaikan c c = Σg+ LTI detik . . . . . . . . . . . . . . .2.3 Sumber : MKJI, 1997 Hal : 2 – 60

2.7.2 Arus Jenuh Lalu lintas

Arus lalu lintas untuk setiap gerakan belok kiri, lurus, dan belok kanan dikonversi dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang smp per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang emp untuk masing-masing pendekat terlindung dan terlawan. Nilai konversi untuk setiap jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut. Tabel 2.2 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang. Jenis Kendaraan Terlindung Terlawan Kendaraan ringan LV 1 1 Kendaraan berat HV 1.3 1.3 Sepeda motor MC 0.2 0.4 Sumber : MKJI, 1997 Hal : 2 – 10 23 Rumus yang digunakan dari MKJI 1997 untuk menghitung arus jenuh lalu lintas adalah sebagai berikut : 1. Menentukan arus jenuh dasar So untuk setiap pendekat, untuk pendekat tipe P arus terlindung. So = 600 x We. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 dengan : We = Lebar efektif Sumber : MKJI, 1997 Hal : 2 – 49 2. Menghitung nilai arus jenuh S yang dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar untuk keadaan standar, dengan faktor penyesuaian F untuk penyimpangan dari kondisi sebenarnya, dari suatu kondisi-kondisi yang telah ditetapkan : S = SO x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT . . . . . . . . . . . . . . . 2.5 Sumber : MKJI, 1997 Hal: 2 – 56 Dengan : SO = Arus jenuh dasar FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota FSF = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor FG = Faktor penyesuaian untuk kelandaian 24 FP = Faktor penyesuaian parkir FRT = Faktor penyesuaian belok kanan FLT = Faktor penyesuaian belok kiri Dengan nilai faktor penyesuaian sebagai berikut ini. a. Faktor penyesuaian ukuran kota FCS Faktor penyesuaian ini dibagi menjadi 5 macam menurut jumlah penduduk dan diperoleh dari tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota. Ukuran kota Jumlah penduduk Faktor penyesuaian cs juta ukuran kota F CS Sangat kecil 0.1 0.82 Kecil 0.1 – 0.5 0.88 Sedang 0.5 – 1.0 0.94 Besar 1.0 – 3.0 1 Sangat besar 3.0 1.05 Sumber : MKJI, 1997 Hal : 2 – 53 b. Faktor penyesuaian hambatan samping FSF Faktor penyesuaian hambatan samping ditentukan dari tabel 2.4 sebagai fungsi dari jenis lingkungan jalan, tingkat hambatan samping dan rasio kendaraan tak bermotor seperti pada tabel 2.4. 25 Tabel 2.4 Faktor Hambatan Samping Fase Terlindung F SF Tipe Hambatan Rasio Kendaraan Tak Bermotor Lingkungan Samping 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Tinggi 0.93 0.91 0.88 0.87 0.85 0.81 Sedang 0.94 0.92 0.89 0.88 0.86 0.82 Komersial Rendah 0.95 0.93 0.9 0.89 0.87 0.83 Tinggi 0.96 0.94 0.92 0.89 0.86 0.84 Sedang 0.97 0.95 0.93 0.9 0.87 0.85 Pemukiman Rendah 0.98 0.93 0.94 0.91 0.88 0.86 Tinggi Akses terbatas Sedang Rendah 1 0.98 0.95 0.93 0.9 0.88 Sumber: MKJI, 1997 Hal : 2 – 53 c. Faktor penyesuaian parkir FP Faktor penyesuain parkir dapat dihitung dari rumus berikut, yang mencakup pengaruh panjang waktu hijau : Sumber : MKJI, 1997 Hal : 2 – 54 d. Faktor penyesuaian belok kanan FRT Faktor penyesuain belok kanan ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan, dihitung dengan rumus : 26 FRT = 1,0 + PRT x 0,26 Sumber : MKJI,1997 Hal : 2 – 55 e. Faktor penyesuaian belok kiri FLT Faktor penyesuain belok kiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus hanya berlaku untuk pendekat tipe terlindung P tanpa LTOR: FLT = 1,0 – PLT x 0,16 Sumber : MKJI,1997 2 – 56 3. Rasio kendaraan belok kiri P LT , dan rasio belok kanan dihitung dengan menggunakan rumus : 4. Rasio kendaraan tak bermotor P UM dihitung dengan membagi arus kendaraan bermotor Q UM kendjam dengan arus kendaraan bermotor Q MV kendjam

2.7.3 Kapasitas.