Tingkat Kinerja Lampu Lalu Lintas

10 2. Truk dan bis berjalan lurus Truk dan bis yang menaik-turunkan penumpang tidak pada halte dapat mengurangi besarnya kapasitas. 3. Bis angkutan lokal Bis angkutan yang menaik-turunkan penumpang sembarangan dapat mengurangi besarnya kapasitas jalan. 4. Tolak ukur pengendalian Adalah kepadatan lalu lintas traffic density yaitu jumlah kendaraan rata-rata yang menempati jalan sepanjang 1 mil pada satu periode.

2.2 Tingkat Kinerja

Berbagai ukuran tingkat kinerja menurut MKJI, 1997:2-14 ditentukan berdasarkan pada arus lalu lintas Q, derajat kejenuhan DS, dan waktu sinyal c dan g yaitu : 1. Panjang Antrian Panjang antrian smp pada awal sinyal hijau NQ dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya NQ 1 ditambah jumlah smp yang datang selama fase merah NQ 2 . 2. Angka Henti Angka henti NS, yaitu jumlah berhenti rata-rata per smp termasuk berhenti terulang dalam antrian sebelum melewati simpang. 3. Rasio Kendaraan Terhenti 11 Rasio kendaraan terhenti P SV , yaitu rasio kendaraan yang harus berhenti akibat sinyal merah sebelum melewati suatu simpang. 4. Tundaan Tundaan D pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal, antara lain adalah : 1. Tundaan lalu lintas DT, terjadi karena interaksi lalu lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang. 2. Tundaan Geometri DG, terjadi karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang atau terhenti karena lampu lalu lintas.

2.3 Lampu Lalu Lintas

Satu metode yang paling penting dan efektif untuk mengatur lalu lintas dipersimpangan adalah dengan menggunakan lampu lalu lintas. Clarkson H. Oglesby 1999 menyebutkan bahwa setiap pemasangan lampu lalu lintas bertujuan untuk memenuhi satu atau lebih fungsi-fungsi yang tersebut di bawah ini: 1. Mendapatkan gerakan lalu lintas yang teratur. 2. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada perempatan jalan. 3. Mengurangi frekuensi jenis kecelakaan tertentu. 12 4. Mengkoordinasikan lalu lintas di bawah kondisi jarak sinyal yang cukup baik, sehingga aliran lalu lintas tetap berjalan menerus pada kecepatan tertentu. 5. Memutuskan arus lalu lintas tinggi agar memungkinkan adanya penyebrangan kendaraan lain atau pejalan kaki. 6. Mengatur penggunaan jalur lalu lintas. 7. Sebagai pengendali ramp pada jalan masuk menuju jalan bebas hambatan entrance freeway. 8. Memutuskan arus lalu lintas bagi lewatnya kendaraan darurat ambulance atau pada jembatan gerak. Di lain pihak, Clarkson H. Oglesby 1999 menyebutkan bahwa terdapat hal-hal yang kurang menguntungkan dari lampu lalu lintas, antara lain adalah: 1. Kehilangan waktu yang berlebihan pada pengemudi atau pejalan kaki. 2. Pelanggaran terhadap indikasi sinyal umumnya sama seperti pada pemasangan khusus. 3. Pengalihan lalu lintas pada rute yang kurang menguntungkan. 4. Meningkatkan frekuensi kecelakan, terutama tumbukan bagian belakang kendaraandengan pejalan kaki.

2.4 Simpang Bersinyal