Lacan Reframed Karya Levine : Lacan di dalam Seni Visual

21 Gaze ,dan teori Empat Wacana. Sehubungan dengan penggunaan teori Lacan dalam penelitian seni visual, maka salah satu referensi yang dipakai adalah buku Lacan Reframed , yang ditulis oleh Steven L. Levine 36 . Buku tersebut memberikan pembahasan yang cukup padat dan terperinci tentang penerapan konsep-konsep psikoanalisa Lacanian dalam seni, khususnya seni visual.

1. Lacan Reframed Karya Levine : Lacan di dalam Seni Visual

Seperti yang seringkali diungkapkan tentang Lacan, “others could be Lacanian if they wished, but he Lacan always affirmed his allegiance to Freud ” 37 , maka pembahasan tentang pemikirannya akan selalu membuka ruang rujukan menuju pada pemikiran-pemikiran dari Freud. Seperti yang diangkat oleh Levine di dalam Lacan Reframed, dalam pengamatan Freud terhadap karya lukisan Da Vinci, yaitu Mona Lisa, penekanan pendapatnya terdapat pada bentuk dari karya visual sebagai suatu sublimasi dan cara desire atau hasrat berperan dalam penciptaan karya seni. Dalam karya Mona Lisa, dapat disebut bahwa hasrat yang dimiliki oleh pelukis yaitu Leonardo Da Vinci, adalah hasrat dari seorang anak akan ibunya. Si pelukis menyampaikan desire ini dalam sebuah keadaan di mana dia melihat atau dilihat ibunya. Anak merupakan subyek yang berhasrat dan ibu merupakan obyek yang hilang, demikian pendapat Freud tentang sublimasi, yang mana dalam kasus ini seni visual yang mengambil perananannya, yaitu sebuah proses yang, renewed linkage of desiring subject and lost object 38 . Dalam pembahasan tentang karya Leonardo Da Vinci, Lacan lebih mengacu kepada karya itu sendiri dari pada kepada seniman penciptanya. Dalam 36 Lihat, S. L. Levine 2008, Lacan Reframed,London:I.B. Tauris and Co.Ltd,. 37 Ibid 38 Ibid.p.4. 22 melihat karya Mona Lisa, Lacan mempertanyakan tentang konsep sublimasi yang diajukan oleh Freud. Bila Freud melihat sublimasi itu sebagai bentuk pengganti kepuasan untuk menyembuhkan rasa kehilangan, maka Lacan melihat sublimasi itu , dalam kaitannya dengan tiga tatanan dasar pembentukan subyek dalam psikoanalisanya yaitu tatanan Imajiner, Simbolik, dan Real. Pada lukisan Da Vinci yang dianalisa Lacan, fokus penjelasannya ada pada identifikasi yang dilakukan subyek atau seorang anak. Identifikasi ini berdasarkan teorinya yaitu fase cermin, di mana anak mendapatkan gambaran dirinya lewat sosok sang ibu. Ini adalah tahap yang disebut tahap Imajiner. Pada tatanan Simbolik terjadi perubahan pada anak atau subyek, yaitu ketika anak mengalami goresan yang merupakan bagian dari proses ini. Pada bagian ini terjadi perpisahan antara mata yang lebih bersifat biologis dan indrawi dengan sebuah mata dari kedirian yang bergerak karena hasrat atau desire yang oleh Lacan disebut Gaze atau tatapan. 39 Sebagai sebuah kesimpulan atas pembacaan Lacan dapat dikatakan bahwa, Lacan melihat seni sebagai sublimasi itu sebagai ,”struktur umum dalam masyarakat di mana dunia Imajiner dari persepsi pengalaman kesekarangan dilindungi oleh jaringan penanda Simbolik yang merujuk pada Real permulaan di masa lalu, serta jalan setapak masa depan menuju pada kematian manusia yang penuh makna. 40 ”. Teori tentang Gaze atau tatapan menjadi salah satu dasar dari pendapat Lacan dalam mengamati lukisan-lukisan karya Leonardo Da Vinci. Di dalam 39 ,S. L. Levine 2008.op.cit.28 40 Ibid 23 Lacan Reframed , penjelasan tentang Gaze dihubungkan dengan sebuah kunci untuk masuk ke dalam pembahasannya tentang seni visual, yaitu ide tentang keterbelahan, split . Levine menjelaskan tentang ide kunci ini, yaitu, “the split between the imaginary eye and the symbolic gaze. 41 ” . Pembahasan tentang Gaze secara khusus dimulai dari argumen Lacan yang menggunakan ide Merleau Ponty tentang pra eksistensi dari wilayah penglihatan. Lacan percaya bahwa pada ide-ide pra eksistensi dari seluruh wilayah penglihatan sampai pada tiap-tiap mata individu yang melihat ke arah bumi. Di mana ketika individu melihat dari titik-titik tertentu pada ruang, maka individu tersebut terbuka untuk dilihat dari sisi mana saja.[...] dalam keadaannya yang terlihat oleh tatapan tak kelihatan invisible gaze dari orang lain, subyek menemukan dirinya sebagai sasaran untuk dipermalukan atau dijelaskan melalui penggambaran yang oleh Lacan dilihat sebagai hal yang sama dengan ketakutan akan pengebirian, atau castartion anxiety dalam bidang visual. 42 Ketakutan akan pengebirian atau castartion anxiety ini muncul ketika subyek merasa dirinya ditatap oleh Liyan. Proses identifikasi subyek yang berkaitan dengan Gaze, adalah ketika subyek melihat sebuah titik pada bidang lihat maka pada saat itu juga dirinya terbuka untuk dilihat dari semua sisi. Hal yang mendasar dari pemikiran tentang Gaze adalah bahwa subyek merupakan bagian dari “objek hilang yang tak kelihatan dari tatapan gaze ibu atau liyan mother yang oleh dorongan scopic dipaksa untuk ditemukan tetapi hanya berhasil berputar-putar di tempat tak adanya objek tersebut.[...] subyek berperan sebagai objek yang hilang dari ibu atau liyan yang merupakan bentuk dasar dari objek „a‟.” 43 Gaze berkaitan erat dengan object „a‟, yang dalam bahasan Levine adalah „penyebab hasrat untuk menemukan tatatpan yang hilang dari sang ibu dan juga penyebab dorongan untuk membingkai ulang gambaran visual dari 41 Ibid.p.11 42 S. L. Levine 2008.op.cit.Hal.69. 43 Ibid. 70. 24 tatapan yang hilang itu ke dalam karya seni. 44 Apa yang dilakukan seniman sehubungan dengan karya mereka adalah mencoba menggambarkan tatapan yang hilang dari sang ibu tersebut, namun apa yang mereka dapatkan bukan sebuah tatapan utuh tetapi jejak- jejak atau objek „a‟ yang membawa mereka mendekati hal yang bagi mereka adalah sebuah kehilangan.

2. Simptom