Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat

(1)

The Influence Of Competence And Independence Auditors of Audit

Quality In BPK West Java Provincial Legislative

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Marthadinata Pratiwi Manullang 21107016

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR

TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

Penelitian ini dilakukan pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Kualitas audit dapat diartikan sebagai kemungkinan (join probability) dimana seorang auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (Kompetensi) sementara tindakan melaporkan tergantung pada independensi auditor.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat baik secara simultan maupun parsial.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kompetensi, independensi auditor dan kualitas audit di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.Pengujian statistik yang digunakan adalah analisis korelasi, analisis regresi berganda, koefisien determinasi dan untuk menguji hipotesis maka yang digunakan adalah uji F dan uji t dengan menggunakan softwareSPSS15.0for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompetensi dan Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan hasil secara parsial menunjukkan bahwa variabel kompetensi dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan koefisien determinasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama kompetensi dan independensi memberikan sumbangan terhadap variabel terikat (Kualitas Audit) sebesar 68,6% sedangkan sisanya 31,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.


(3)

The research was conducted at BPK RI West Java Provincial Legislative Affairs. Quality audits can be interpreted as the likelihood (joint probability) in which an auditor will find the misstatement depends on the quality of the auditor's understanding (competence) while the action depends on the independence auditor.Tujuan reported research was to determine the effect of competence and independence of the auditor to audit the quality of the BPK RI Representative West Java province either simultaneously or partial.

The method used in this study is descriptive and verifikatif. The unit of analysis in this study is competence, auditor independence and audit quality in the BPK RI West Java Provincial Legislative Pengujian Java Provincial Legislative statistic used is the correlation analysis, multiple regression analysis, coefficient of determination and to test the hypothesis it is used is the F test and t test using software SPSS 15.0 for windows.

Results showed that simultaneous competence and independence of the auditor significant effect on audit quality and the results partially show that the variable of competence and independence of the auditor significant effect on audit quality. While the coefficient of determination indicates that together the competence and independence contributed to the dependent variable (Quality Audit) of 68.6% while the remaining 31.4% influenced by other factors outside the model.


(4)

dan kemudahan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul: “PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA BPK-RI

PROVINSI JAWA BARAT”.

Skripsi ini disusun oleh penulis dengan maksud memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti ujian sidang Sarjana (S1) Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si selaku Dosen selaku Dosen Pembimbing telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya diiringi dengan doa dan semangat penulis mampu melewatinya.

Untuk itu dalam kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(5)

sidang sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Surtikanti, SE.,M.Si selaku penguji sidang skripsi peneliti yang telah memberikan saran-saran berharga dan kritik yang membangun selama sidang sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Kepada Kedua Orang Tua Mamah dan Papah tercinta, yang senantiasa tulus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak henti-hentinya mengalir untukku. Atas kemudahan yang aku dapatkan khususnya Kepada Papah atas bantuan dan luangan waktu untuk mengantar ketempat penelitian yang tak sedikit dikeluarkan, tanpa kalian aku bukan apa-apa. 7. Ely Suhayati, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Wali Ak-1 yang selama ini telah

membimbing kami semua dalam menyelesaikan studi di Universitas Komputer Indonesia

8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia. 9. Sekretariat Prodi Akuntansi atas pelayananya selama penulis

kuliah.

10. Kakak-kakakku tersayang yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat selama penulis menyusun.

11. Alfet Halim, yang telah memberi dukungan, semangat dan atas segala perhatian dan kesabarannya yang telah di berikan pada penulis.


(6)

13. Teman-teman seperjuangan (Cici, Ivan, Revy, Dadan, Gita, Amanda), terima kasih atas bantuan,diskusi, tukar pikirannya dan kerjasamanya yang baik. 14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 khususnya Ak-1 yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu, terima kasih atas kerja samanya yang baik dan bantuannya.

Harapan penulis semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya, dan bagi pihak yang membaca pada umumnya. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Baik kekurangan dalam materi maupun kekurangan dalam penggunaan diksi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Pada akhirnya peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bandung, Juli 2011 Penulis

Marthadinata Pratiwi 211.07.016


(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001)

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kekayaan negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan hal ini tertuang dalam Badan Pemeriksaan kuangan Negara (BPK) yang merupakan lembaga tertinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Penyelenggaraan akuntansi pemerintahan yang bertumpu pada sistem Uang yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 217/KMK.03/1990 masih terlalu sederhana. Pemakaian uang yang digunakan dalam proses penyelenggaaraan pemerintahan mengacu pada APBN atau APBD dan


(8)

pertanggungjawabannya hanya menyangkut pada berapa uang yang diterima dan berapa uang digunakan. Jadi, ada suatu kecederungan bahwa penggunaaan dana bertumpu pada proses keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran uang saja.

Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. (Mardiasmo 2005),

Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan. Terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan. (Mardiasmo,2000)


(9)

Dalam melaksanakan audit di sektor publik (pemerintahan) perlu pembentukan suatu lembaga audit yang independen yang benar-benar mempunyai integritas yang bisa dipertanggungjawabkan kepada pihak publik. Oleh karenanya lembaga auditor tersebut setidaktidaknya bernaung di bawah lembaga legislatif negara ataupun merupakan lembaga professional independen yang keberadaan mandiri, seperti akuntan publik. Peraturan yang dikembangkan dalam Standar Auditing Sektor Publik harus terbentuk oleh suatu lembaga ataupun badan yang berdiri sendiri dan terlepas dari praktik pengauditan, sebagai contoh organisasi AAA (AmericanAccountant Association) yang berada di Amerika.

BPK merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance dengan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

Kedudukan BPK sebagai lembaga negara yang bebas dan mandiri dipertegas dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPR RI) Nomor: X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh lembaga- lembaga tinggi negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001 dan Nomor: VI/MPR/2002 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI lembaga tinggi negara pada sidang tahunan MPR RI tahun 2002. Isi ketetapan itu, antara lain menegaskan kembali kedudukan BPK RI sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa


(10)

eksternal keuangan negara. Di samping itu, peranannya yang bebas dan mandiri perlu lebih dimantapkan posisinya.

Saat ini keberadaan BPK ditetapkan dengan UU Nomor 15, Tahun 2006 tentang BPK menggantikan UU Nomor 5, Tahun 1973. Sejalan dengan ditetapkannya undang- undang tersebut, beban dan tanggung jawab yang dihadapi BPK akan semakin besar. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara memerlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sasaran utama pengelolaan sumber daya manusia tersebut adalah menciptakan sistem pemberdayaan personel yang dapat menampilkan kinerja yang produktif. Produktivitas kerja menunjukkan tingkat pegawai dalam mencapai hasil (output) terutama dilihat dari sisi kuantitasnya. Tingkat produktivitas setiap pegawai bisa berbeda, karena tergantung pada tingkat kegigihan dalam menjalankan tugasnya. Produktivitas kerja merupakan kondisi untuk mengukur tingkat kemampuan dalam menjalankan produk, baik secara individu, kelompok, maupun organisasi (Yuniarsih dkk., 2008:156).

Produktivitas ditentukan oleh dukungan semua sumber daya organisasi yang dapat diukur dari segi efektivitas dan efisiensi, yang difokuskan pada aspek-aspek (1) hasil akhir yang dicapai, kualitas dan kuantitasnya, (2) lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai hasil akhir, dan (3) penggunaan sumber daya secara optimal. Keberhasilan BPK dalam mengemban misi pemeriksaan sangat tergantung dari upaya dan kualitas para auditornya.


(11)

Auditor merupakan sebagai ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan semestinya di dukung dengan independensi, kemampuan, kemauan dan pengalaman kerja yang memadai dalam pemeriksaan, serta ditunjang dengan sensitivitas etika profesi auditor. Kemampuan, kemauan dan pengalaman kerja mencerminkan kompetensi auditor, yang selanjutnya disertai dengan kompetensi diharapkan dapat memberikan hasil kerja yang sesuai dengan misi yang diemban oleh BPK sebagai badan pemeriksa eksternal keuangan negara.

Dalam kaitannya sebagai pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara, auditor BPK dalam melaksanakan tugasnya perlu dilandasi dengan sikap, etika, dan moral yang baik sehingga auditor dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara objektif. (Anderson dan Ellyson, 1986 dalam Aziza, 2008)

Kualitas audit yang dihasilkan badap pemeriksaan keuangan (BPK) juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus yang menimpa auditor BPK Bagindo Quirono yang diindikasikan telah melanggar rekonstrksi dugaan penyuapan auditor Badan pemeriksaan keuangan Negara (BPK) sebagai tersangka karena diduga telah menerima suap dari mantan pejabat Depnakertrans Bahrun Effendi sebesar Rp 650.000.000 (Kristianto Purnomo, Kompas.com, 24/2/2009)

Dalam fenomena di atas, memunculkan pertanyaan apakah auditor BPK telah melakukan kode etiknya dengan baik atau tidak. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu melakukan kode etik yang berlaku maka inti permasalahannya


(12)

pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh BPK RI.

Kualitas audit dapat diartikan sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi (auditor De Angelo dalam Kusharyanti 2003:25)

Adapun fenomena yang terkait dalam kompetensi auditor yaitu ditemukannya oleh KPK bahwa auditor BPK melakukan penyimpangan keuangan Negara yang mencapai angka Rp 47 Miliar. (Gabriel, http://beritasore.com, 24/04/2007). Tidak hanya itu adapun ditemukan fenomena khusus yang terjadi di BPK RI Provinsi jawa barat,dari hasil wawancara dengan patner di BPK tentang kompetensi yaitu bahwa kurangnya auditor yang mengikuti Pendidikan Profesional seperti keikutsertaan dalam seminar dan pelatihan audit sedangkan dengan mengikuti pendidikan Profesional ini dapat meningkatkan kualitas audit serta kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.

Kusharyanti (2003:3) menjelaskan bahwa untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industry klien.


(13)

Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.

Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Kemudian Tubbs (1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut. (Kusharyanti 2003:26)

Selain itu untuk meningkatkan kualitas yang baik maka auditor harus bersikap independen. Dalam nilai-nilai dasar yang dianut BPK disebutkan bahwa BPK merupakan lembaga negara yang independen di bidang organisasi, legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya. Auditor secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pemeriksan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta menjunjung tinggi integritas, objektivitas, dan independensi. Auditor harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor mungkin menghadapi tekanan dan atau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa,


(14)

objektivitas dan independensi auditor. Dalam menghadapi tekanan atau konflik tersebut, auditor harus profesional, objektif, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak. Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam melaksanakan pemeriksaannya dengan tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dimuat dalam ketentuan perundang-undangan (BPK RI, 2007).

Pernyataan Standar Umum Kedua dalam SPKN (BPK RI, 2007) menjelaskan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dari sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Sehubungan dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk mempertahankan independensinya sedemikian rupa. Tujuannya adalah agar pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak mana pun. (BPK RI, 2007)

Namun pada kenyataannya terdapat fenomena yang terjadi di BPK RI provinsi jawa barat yaitu tim komisi pemberantas korupsi (KPK) kembali menemukan uang sebesar Rp 100.000.000 uang itu diduga untuk mengamankan laporan keuangan Pemkot bekasi tahun 2009 agar mendapat nilai wajar tanpa pengecualian. (Moksa Hutasoit,detikNews.com, 22/06/2010)


(15)

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kompetensi dan Independensi auditor

terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1) Masih adanya temuan dari KPK bahwa ditemukannya auditor BPK melakukan penyimpangan keuangan Negara yang mencapai angka Rp 47 Miliar.

2) Masih kurangnya keikutsertaan auditor dalam mengikuti seminar pelatihan dan pendidikan profesional tentang audit.

3) Masih adanya temuan kasus suap kepada auditor BPK sebesar Rp 650.000.000 4) Masih adanya temuan tim pemberantas korupsi (KPK) bahwa untuk

mengamankan laporan keuangan pemkot bekasi tahun 2009 auditor BPK mengeluarkan opini yang tidak sesuai yaitu mendapat nilai wajar tanpa pengecualian.


(16)

1.2.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana yang diuraikan diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana Kompetensi auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2) Bagaimana Independensi auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 3) Bagaimana Kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

4) Seberapa besar pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara simultan maupun parsial.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan menganalisis informasi beserta data yang relevan mengenai kompetensi, independensi auditor, dan kualitas audit serta untuk memperoleh gambaran perbandingan antara teori dengan pelaksanaannya di lapangan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui kompetensi pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2) Untuk mengetahui independensi auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa


(17)

3) Untuk mengetahui kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 4) Untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap

kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat baik secara simultan maupun parsial.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Penelitian atas pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan, dan disamping itu, penelitian tersebut dapat memberikan manfaat bagi :

1) Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

2) Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin mengkaji di bidang yang sama.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Kegunaan operasional yang penulis tujukan adalah pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran-saran serta dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam


(18)

1.5Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Moch. Toha No. 164, Bandung Telp.(022) 5207295.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari 2011 sampai dengan September 2011.


(19)

Tabel 1.1

Pelaksanaan Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Feb 2011 Mar 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agst 2011 Sept 2011

I Tahap Persiapan : a. Membuat outline dan

proposal UP

b. Mangambil formulir penyusunan skripsi c. Menentukan tempat

penelitian

II Tahap Pelaksanaan : a. Bimbingan UP b. Acc UP

c. Pendaftaran seminar UP d. Seminar UP

e. Revisi UP f. Acc revisi UP

g. Penelitian perusahaan h. Bimbingan di perusahaan i. Membuat outline dan

proposal skripsi j. Penyusunan skripsi k. Bimbingan skripsi l. Acc skripsi

III Tahap Pelaporan :

a. Menyiapkan draft skripsi b. Sidang akhir skripsi c. Revisi skripsi d. Acc revisi skripsi e. Penyempurnaan laporan

skripsi IV Tahap Akhir :

a. Wisuda


(20)

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Pada Bagian ini penulis akan membahas mengenai pengertian dan pemahaman kompetensi, independensi auditor dan kualitas audit dengan menganalisa data- data maupun teori yang telah dikumpulkan oleh penulis yang berhubungan dengan judul skripsi Pengaruh Kompetensi dan Independensi auditor terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat”.

2.1.1 Auditing

Auditing merupakan proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan orang yang kompeten dan independen.

2.1.1.1Pengertian Auditing

Audit adalah suatu proses yang sistematis tentang akumulasi dan evaluasi

terhadap bukti tentang informasi yang ada dalam suatu perusahaan tertentu.sebagai mana didefinisikan oleh Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati (2010:1) dalam (American Accounting Association (AAA)


(22)

“Auditing is a systematic process of objectivity obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and estabilished criteria and communicating the results to interested users”. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuain antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang diterapkan, serta mengkomonikasikan hasilnya kepada pengguan informasi tersebut.

Menurut Alvin.A.Arens, Randal.J.E, Mark.S.B (2008:23) hakekatnya auditing sebagai berikut :

“The accumulation and evaluation of evidence about information to the termine and report on the degree of correspondence berween the information and established criteria. Auditing should be done by competent, independent person”.

Auditing adalah proses pengumpulan dan penilain bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuain antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan orang yang kompeten dan independen.


(23)

2.1.1.2. Tujuan Audit

Menurut Abdul Halim (2008:147) menjelaskan tujuan audit adalah sebagai berikut :

“Untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum”.

Sedangkan menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasly (2007:218) yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta menyatakan terdapat dua tujuan spesifik audit, yaitu :

1. Tujuan umum berkait saldo.

A. Tujuan umum berkait saldo terdiri dari : 1) Eksistensi

Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka dimasukkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan.

2) Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan memang diikut sertakan secara lengkap.

3) Akurasi

Tujuan akurasi mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar.


(24)

4) Klasifikasi

Klasifikasi digunakkan untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan dalam akun yang benar.

5) Pisah Batas

Tujuannya adalah untuk memutuskan apakah transaksi telah dicatat dalam periode yang tepat.

6) Kecocokan Rincian

Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa rincian dalam daftar memang dibuat dengan akurat, dijumlahkan secara benar dan sesuai dengan buku besar.

7) Nilai Realisasi

Tujuan ini berkaitan dengan apakah suatu saldo akun telah dikurangi untuk penurunan dari biaya historis menjadi realisasi.

8) Hak dan Kewajiban

Tujuan ini merupakan cara akuntan publik memenuhi asersi mengenai hak dan kewajiban.

9) Penyajian dan Pengungkapan

Untuk mencapai tujuan penyajian, akuntan publik melakukan pengujian untuk menyakinkan bahwa semua akun neraca dan laporan laba rugi serta informasi yang berkaitan telah disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.


(25)

2. Tujuan audit umum berkait transaksi.

B. Tujuan audit umum berkait transaksi terdiri dari: 1) Eksistensi

Tujuan ini berkaitan apakah transaksi yang dicatat secara actual memang terjadi.

2) Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang seharusnya ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.

3) Akurasi

Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi

4) Klasifikasi

Transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat

5) Saat Pencatatan

Kesalahan saat pencatatan jika transaksi tidak dicatat pada tanggal transaksi terjadi.

6) Posting Pengikhtisaran

Transaksi yang tercatat secara tepat dimasukkan dalam berkas induk dan di ikhtisarkan dengan benar.


(26)

2.1.1.3 Jenis-jenis audit

Adapun jenis-jenis audit menurut Alvin A. Arens (2007:19) yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta, yaitu :

“Jenis-jenis audit, meliputi :

1. Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta meotde tersebut.

2. Audit kepatuhan adalah menentukan apakah klien (auditee) telah mengikuti prosedur, tata cara serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi.

3. Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menetukan pakaha seluruh laporan keuangan (informasi yang diuji) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.”

Berdasarkan uraian di atas bahwa jenis-jenis audit merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bagian audit. Kriteria yang ditetapkan dari setiap jenis audit memiliki ciri khas sendiri, seperti : (1) Audit atas laporan keuangan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) Audit kepatuhan berdasarkan kebijakan manajemen, hukum, peraturan, atau persyaratan lain pihak ketiga dan (3) Audit operasional berdasarkan penetapan tujuan misalnya, yang dilakukan oleh manajemen atau pihak yang berwenang.

Sedangkan menurut Mulyadi (2009:28) menjelaskan orang atau sekelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi 3 golongan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Auditor independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang atas laporan keuangan yang


(27)

dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, dan instansi pemerintahan.

2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan Negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menetukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menetukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Pada dasarnya layanan yang diberikan oleh para auditor disetiap cabang auditing diatas adalah sama, kini setiap cabang telah terpisah dan mempunyai tanggung jawab beda dengan tingkat kebebasan yang berbeda.


(28)

2.1.1.4 Kode Etik

Yang menjadi landasan dari etika profesional setiap profesi adalah kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi, setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesi, kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi terhadap pelaksanaan audit yang dilakukan oleh anggota profesi tersebut.

2.1.2.1 Pengertian Kode etik

Menurut Alvin A. Arens (2003:110) yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta mendefinisikan Etika itu sendiri adalah sebagai berikut :

“Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prisnsip atau nilai-nilai normal”.

2.1.3 Jenis-jenis Auditor

Jenis-jenis auditor ada empat, yaitu : 1. Auditor Eksternal

2. Auditor Pemerintah 3. Auditor Internal 4. Auditor Pendidik


(29)

Dari jenis audit auditor diatas dapat diuraikan penjelasannya sebagai berikut : 1. Auditor Eksternal

Auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik.

2. Auditor Pemerintah

Auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

3. Auditor Internal

Auditor yng bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai pegawai perusahaan tersebut bertugas membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

4. Auditor Pendidik

Auditor yang bekerja sebagai pendidik.

2.1.4 Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)

Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam nilai-nilai dasar yang dianut BPK disebutkan bahwa BPK merupakan lembaga negara yang independen di bidang organisasi, legislasi, dan anggaran serta


(30)

bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya. Auditor secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pemeriksan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta menjunjung tinggi integritas, objektivitas, dan independensi. Auditor harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan.

Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor mungkin menghadapi tekanan dan atau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan pemerintah, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi objektivitas dan independensi auditor. Dalam menghadapi tekanan atau konflik tersebut, auditor harus profesional, objektif, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak. Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam melaksanakan pemeriksaannya dengan tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dimuat dalam ketentuan perundang-undangan (BPK RI, 2007).

2.1.5 Kompetensi Auditor

2.1.5.1 Pengertian Kompetensi Auditor

Pernyataan standar umum pertama dalam SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan


(31)

dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely suhayati (2009;2) menjelaskan kompetensi adalah sebagai berikut :

“Kompetensi artinya auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambil”

Sedangkan menurut Menurut Wibowo (2007:86) menjelaskan bahwa kompetensi adalah sebagai berikut:

“Suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta dukungan oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan itu tersebut.”

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang memadai dan dapat melakukan audit secara objektif dan cermat..


(32)

2.1.5.2Standar Kompetensi

Dalam Peraturan kepala Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP,2007) yang dimaksud dengan kompetensi :

1. Auditor

2. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) 3. Kompetensi

4. Standar Kompetensi 5. Kompetensi umum 6. Kompetensi teknis

7. Prinsip-prinsip dasar Standar Kompetensi Auditor 8. Standar kompetensi Auditor Terampil

9. Standar Kompetensi Auditor Ahli

Berikut ini akan dibahas secara ringkas rasionalisasi (dasar pemikiran) dari auditor, Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), kompetensi, standar kompetensi, kompetensi umum, kompetensi teknis, prinsip-prinsip dasar kompetensi auditor, standar kompetensi auditor terampil, standar kompetensi auditor ahli.

1. Auditor

Auditor adalah Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pada instansi pemerintah, lembaga atau pihak lain yang didalamnya terdapat kepentingan Negara sesuai dengan peraturan perundang undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

2. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah


(33)

pusat atau pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawasan inter pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan intern pada Badan Hukum lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jawabannya.

4. Standar Kompetensi auditor

Standar Kompetensi auditor adalah ukuran kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan/ keahlian (skill),dan sikap prilaku (attitude) untuk melakukan tugas-tugas dalam Jabatan Fungsional Auditor dengan hasil baik.

5. Kompetensi umum

Kompetensi umum adalah kompetensi yang terkaitan dengan persyaratan umum untuk dapat diangkat sebagai auditor.

6. Kompetensi teknis pengawasan

Kompetensi teknis pengawasan adalah kompetensi yang terkait dengan persyaratan untuk dapat melaksanakan penugasan sesuai dengan jenjang jabatannya.


(34)

7. Prinsip-prinsip dasar Standar Kompetensi Auditor

Prinsip-prinsip dasar Standar Kompetensi Auditor adalah asumsi-asumsi dasar, prinsip-prinsip yang diterima secara umum, dan persyaratan yang digunakan dalam mengembangkan kompetensi auditor sesuai dengan jenjang jabatannya.

8. Standar kompetensi Auditor Terampil

Standar kompetensi Auditor Terampil adalah standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang yang menduduki jabatan pelaksanaan, auditor pelaksana lanjutan, dan auditor penyelia.

9. Standar Kompetensi Auditor Ahli

Standar Kompetensi Auditor Ahli adalah standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang menduduki jabatan pertama, auditor muda, auditor madya, dan auditor utama.

2.1.5.3Karakterisrik Kompetensi

Adapun beberapa karakteristik kompetensi Menurut Lyle dan Spencer yang dikutip Syaiful F Pribadi (2004:92) terdapat lima karakteristik dari kompetensi adalah sebagai berikut:

1. Motif (Motives) 2. Karakterstik (Trains) 3. Pengetahuan (Knowladge) 4. Keterampilan (Skill )

Berikut ini akan dibahas secara ringkas rasionalisasi (dasar pemikiran) dari motif, karakteristik, pengetahuan,dan keterampilan.


(35)

1. Motif (Motives)

Motif adalah hal-hal yang berfikir oleh seseorang untuk berfikir dan memiliki keinginan secara konsisten yang akan dapat menimbulkan tindakan.

3. Karakterstik (Trains)

Karakteristik adalah adalah karakteristik fisik-fisik dan responsrespons yang konsisten terhadap situasi atau informasi.

4. Pengetahuan (Knowladge)

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang-bidang content tertentu.

5. Keterampilan (Skill )

Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas fisik atau mental.

Dari keempat karakteristik diatas, penulis dapat mengungkapkan pendapat tentang pandangan mengenai kompetensi auditor berkenaan dengan masalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki auditor didukung dengan pengetahuan yang bersumber dari pendidikan formal dan disiplin ilmu yang relavan dan pengalaman yang sesuai dengan bidang pekerjaan.

2.1.5.4Indikator Kompetensi Auditor

Adapun komponen-komponen yang harus dimiliki aditor yang kompeten Menurut Siti Rahayu dan Ely suhayati (2010:2) kompetensi adalah sebagai berikut:


(36)

a. Kemampuan (skill) b. Pengalaman. c. Pelatihan. d. Pengetahuan.

2.1.6 Independensi auditor 2.1.6.1Pengertian Independensi

Pada umumnya independensi merupakan sifat seorang auditor yang tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai seorang auditor dalam mengaudit laporan keuangan untuk kepentingan umum.

Menurut Mulyadi (2002:87) menjelaskan bahwa independensi adalah sebagai berikut :

”Independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya”.

Sedangkan menurut Abdul Halim (2008:46) menjelaskan bahwa Independensi adalah sebagai berikut:

“Independensi merupakan suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan audit”.

Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa auditor yang menegakan independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan.


(37)

Ada beberapa definisi lain mengenai independensi di antaranya adalah sebagai berikut:

Menurut Ely Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu (2009:58) ) menjelaskan bahwa Independensi adalah sebagai berikut:

“Independen artinya tidak mudah di pengaruhi, netral karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum”.

Sedangkan menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN,2007) ) menjelaskan bahwa Independensi adalah sebagai berikut:

“Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksa, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.

Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Independensi adalah sikap seorang auditor yang tidak mudah dipengaruhi netral dan tidak berpihak.

Dalam Kode Etik Badan Pemeriksaan Keuangan Negara Republik Indonesia, Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa setiap anggota harus mamatuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, menjunjung tinggi independensinya,intergritas dan profesionalitas, juga menjunjung tinggi martabat,kehormatan citra dan kredibilitas BPK.


(38)

2.1.6.1Macam-Mancam Independensi dalam Auditing

Menurut Hekinus Manao (2002) mengungkapkan ada tiga macam jenis independensi dalam auditing, yaitu :

1. Independensi program 2. Independensi Investigasi 3. Independensi Pelaporan

Berikut ini akan dibahas secara ringkas rasionalisasi (dasar pemikiran) dari independensi program, independensi Investasi, Independensi Pelaporan.

1. Independensi program

Independensi Program adalah kebebasan auditor dari pengaruh dan kendali pihak manapun, termasuk kliennya, dalam penentuan sasaran dan ruang lingkup, prosedur audit, dan teknik audit yang digunakan.

2. Independensi Investigasi

Independensi investigasi adalah kbebasan auditor dari pengaruh atau kendali pihak lain dalam melakukan aktivitas pembuktian,akses sumber data, dukungan teknis pengujian fisik dan perolehan keterangan/informasi dari pihak manapun. 3. Independensi Pelaporan

Independensi pelaporan adalah kebebasan auditor tanpa pengaruh dan kendali dari pihak lain dalam mengemukanan fakta hasil pengujian, kesimpulan, opini dan rekomendasi hasil audit.


(39)

2.1.6.3Jenis – Jenis Independensi

Menurut Alvin A. Arens (2008;60)ada beberapa jenis yang terdapat pada independensi diantaranya yaitu :

1. Independence infact (independensi senyatanya) .

2. independence in appearance (independensi dalam penampilan)

3. Independence in competence (independensi dari keahlian atau kompetensinya.

Berikut ini akan dibahas secara ringkas rasionalisasi (dasar pemikiran) dari independensi senyata, independensi dalam penempilan, independensi dari keahlian atau kompetensinya.

1. Independence infact (independensi senyatanya)

Auditor benar-benar tidak mempunyai kepentingan ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya, misalnya apakah ia sebagai direksi, komisaris, persero, atau mempunyai hubungan keluarga dengan pihak itu semua. 2. independence in appearance (independensi dalam penampilan)

Kebebasan yang dituntut bukan saja dari fakta yang ada, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikanya dalam perusahaan tersebut.

3. Independence in competence (independensi dari keahlian atau

kompetensinya)Independensi dari sudut keahlian berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.


(40)

2.1.6.4 Kode Etik Independensi

Menurut Peratran BPK RI nomor 2 tahun 2007 terdapat kode etik Indepedensi Auditor Yaitu:

1. Menghindari upaya meminta dan/ atau mencari informasi diluar konteks pelaksanaan.

2. Tidak mengkomunikasikan aspek temuan dan/atau hasil audit kepada pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pelaksanaan tugas.

3. Menghindari permintaan pelayanan dan fasilitas kepada auditanbaik kepentingan kolektif maupun bersifat pribadi.

2.1.6.5 Indikator Independensi auditor

Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:30-36) mengemukakan tiga macam gangguan terhadap Independensi yaitu sebagai berikut: 1. Gangguan Pribadi

2. Gangguan ektern 3. Gangguan organisasi

Berikut ini akan dibahas secara ringkas rasionalisasi (dasar pemikiran) dari gangguan organisasi, gangguan ektern, gangguan organisasi.

1. Gangguan Pribadi

Organisasi pemeriksa harus memiliki sistem pengendalian mutu interen untuk membantu menentukan apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi. Organisasi pemeriksa perlu memperhatikan gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara lain :


(41)

a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah atau semenda dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa,dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.

b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.

e. Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kepastian yang dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa keputusan entitas atau program yang diperiksa. Misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau program yang diperiksaatau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas,aktivitas atau program yang diperiksa.Apabila organisasi pemeriksa mengidentifikasi adanya gangguan terhadap independensinya,gangguan tersebut harus diselesaikan secepatnya.Dalam hal gangguan pribadi tersebut hanya melibatkan seseorang pemeriksa dalam suatu pemeriksaan,organisasi


(42)

pemeriksa menghilangkan gangguan tersebut. Misalnya, pemeriksa dapat diminta melepas keterkaitan dengan entitas yang diperiksa yang dapat mengakibatkan gangguan pribadi, atau organisasi pemeriksa dapat tidak mengikutsertakan pemeriksa tersebut dari penugasan pemeriksaan yang terkait dengan entitas tersebut.

2. Gangguan Ektern

Gangguan ektern bagi organisasi pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksannya secara independen dan obyektif.Independensi dan obyektif pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi apabila terdapat :

a. Campur tangan atau pengaruh pihak ektern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.

b. Campur tangan pihak ektern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.

c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suat pemeriksaan. d. Campur tangan pihak ektern mengenai penugasan,penunjukan,dan promosi

pemeriksa.

e. Pembatasan terhadap sumberdaya yang dsediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat berdampak negative terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan.


(43)

f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi petimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.

g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa aau penerapan suatu prinsip akuntansi atau criteria lainnya.

h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksa.

Pemeriksa harus bebas dari tekanan politik agar dapat melaksanakan pemeriksaan dan melaporkan temuan pemeriksaan, pendapat dan simpulan secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tertentu.

3.Gangguan Organisasi

Independensi organisasi pemeriksa dapat dipengarhi oleh kedudukan, fungsi, dan struktur organisasi. Dalam hal melakukan pemeriksaan,organisasi pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi.Pemeriksa yang ditugasi oleh organisasi pemeriksa dapat dipandang bebas dari ganguan terhadap independensi secara organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar entitas ia bekerja.

2.1.7 Kualitas Audit

2.1.7.1 Pengertian Kualitas audit


(44)

“kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temua penganggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan bergantung pada independensi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Sedangkan menurut Sutton (1993) menjelaskan kualitas audit dapat diartikan sebagai berikut:

“Gabungan dari dua dimensi, yaitu dimensi proses dan dimensi hasil. Dimensi proses adalah bagaimana pekerjaan audit dilaksanakan oleh auditor dengan ketaatannya pada standar yang ditetapkan.Dimensi hasil adalah bagaimana keyakinan yang meningkat yang diperoleh dari laporan audit oleh pengguna laporan keuangan”

Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit suatu hal harus diperhatikan agar hasil kerja auditor dapat memberikan hasil yang baik. Tanpa adanya kualitas audit maka pekerjaan auditor kurang memberikan hasil yang optimal.

2.1.7.2 Indikator Kualitas audit

Menurut Pernyataan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:113) menyatakan bahwa sebagai berikut :

1. Tepat Waktu 2. Lengkap 3. Akurat 4. Obyektif 5. Meyakinkan 6. Jelas


(45)

Dari indikator kualitas audit diatas dapat diuraikan penjelasannya sebagai berikut :

1. Tepat Waktu

Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu. Laporan yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat disampaikan, nilainya menjadi kurang bagi pengguna laporan hasil pemeriksaan.Oleh karena itu, pemeriksa harus semestinya dan melakukan pemeriksaan dengan dasar pemikiran tertentu.

Selama pemeriksan berlangsung, pemeriksa harus mempertimbangkan adanya laporan hasil pemeriksaan sementara untk hal yang signifikan kepada pejabat entitas yang diperiksa terkait. Laporan hasil pemeriksaan sementara tersebut bukan merupakan pengganti laporan hasil pemeriksaan terakhir, tetapi mengingatkan kepada pejabat erkait terhadap hal yang membutuhkan perhatian segera dan memungkinkan pejabat tersebut untuk memperbaikinya sebelum laporan hasil pemeriksaan akhir diselesaikan.

2. Lengkap

Agar menjadi lengkap,laporan hasil pemeriksaan harus memuat semua informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil pemeriksaan. Hal ini juga berarti bahwa laporan hasil pemeriksaan harus memasukkan secara memadai.


(46)

Laporan harus memberikan perspektif yang wajar mengenai aspek kedalaman dan signifikansi temuan pemeriksaan, seperti frekuensi terjadinya penyimpangan dibandingkan dengan jumlah kasus atas transaksi yang diuji, serta hubungan antara temuan pemeriksaan dengan kegiatan entitas yang diperiksa tersebut. Hal ini diperlukan agar pembaca memperoleh pemahaman yang benar dan memadai.

Umumnya, satu kasus kekurangan/kelemahan saja tidak cukup untuk mendukung suatu simpulan yang luas dan rekomendasi yang berhubungan dengan simpulan tersebut.Satu kasus ini hanya dapat diartikan sebagai adanya kelemahan, kesalahan atau kekurangan data pendukung oleh karenanya dalam laporan hasil pemeriksaan untuk meyakinkan pengguna laporan hasil pemeriksaan tersebut.

3. Akurat

Akurat berarti bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan tepat.Perlunya keakuratan didasarkan atas kebutuhan untuk memberikan keyakinan kepada pengguna laporan hasil pemeriksaan bahwa apa yang dilaporkan memiliki kreadibilitas dan dapat diandalkan.Satu ketidakakuratan dalam laporan hasil pemeriksaan dapat menimbulkan keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut dan dapat mengalihkan perhatian pengguna laporan hasil pemeriksaan dari pemeriksaan yang tidak akurat dapat merusak kreadibilitas organisasi pemeriksa yang menerbitkan laporan hasil pemeriksaan dan mengurangi efektifitas laporan hasil pemeriksaan.

Laporan hasil pemeriksaan harus memuat informasi, yang didukung oleh bukti yang kompeten dan relevan dalam kertas kerja pemeriksa. Apabila terdapat data


(47)

yang signifikan terhadap temuan pemeriksaan tidak melakukan pengujian terhadap data tersebut, maka pemeriksa harus secara jelas menunjukkan dalam laporan hasil pemeriksanya bahwa data tersebut tidak diperiksa dan tidak membuat temuan atau rekomendasi berdasarkan data tersebut.

Bukti yang dicantumkan dalam laporan hasil pemeriksaan haru masuk akal dan mencerminkan kebenaran mengenai masalah yang dilaporkan. Penggambaran yang benar berarti menjelaskan secara akurat tentng lingkungan dan metodologi pemeriksaan, serta penyajian temuan yang konsisten dengan lingkungan pemeriksaan. Salah satu cara meyakinkan bahwa laporan hasil pemeriksaan telah memenuhi standar pelaporan adalah dengan menggunakan proses pengendalian mutu, seperti proses referensi. Proses Referensi adalah proses dimana seorang pemeriksa yang tidak terlibat dalam proses pemeriksaan tersebut menguji bahwa suatu fakta,angka tanggaltelah dilaporkan dengan benar, bahwa temuan telah didukung dengan dokumentasi pemeriksaan,dan bahwa simpulan dan rekomendasi secara logis didasarkan pada data pendukung.

4. Obyektif

Obyektifitas berarti penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi dan nada. Kreadibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak memihak,sehingga pengguna laporan hasil pemeriksaan dapat diyakinkan oleh fakta yang disajikan.


(48)

melebih-lebihkan kekurangan yang ada. Dalam menjelaskan kekurangan suatu kinerja,pemeriksa harus menyajikan penjelasan pejabat yang bertanggng jawab, termasuk pertimbangan atas kesulitan yang dihadapi entitas yang diperiksa.

5. Meyakinkan

Agar meyakinkan, maka laporan harus dapat menjawab tujuan pemeriksaan, menyajikan temuan,simpulan, dan rekomendasi yang logis. Informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna laporan untuk mengakui validasi temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi.Laporan yang disusun dengan cara ini dapat membantu pejabat yang bertanggung jawab untuk memusatkan perhatiannya atas hal yang memerlukan hal perhatian itu, dan dapat membantu untuk melakukan perbaikan sesuai rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.

6. Jelas

Laporan harus mudah dibaca dan mudah dipahami. Laporan harus ditulis denga bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin. Penggunaan bahasa yang lugas dan tidak teknis sangat penting untuk menyederhanakan penyajian. Jika digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu dikenal, maka ha itu harus didefinisika dengan jelas.

2.1.8 Keterkaitan antara Variabel Penelitian

2.1.8.1Hubungan Kompetensi terhadap Kualitas Audit

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang memadai dan dapat melakukan audit secara objektif


(49)

dan cermat. Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan audit, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor harus berpedoman pada standar auditing.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang baik karena dengan hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya dan akan menghasilkan kualitas yang baik.

Menurut Mulyadi (2008:58) terdapat hubungan antara kompetensi dan kualitas audit antara lain sebagai berikut :

“Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang di berikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti di syaratkan oleh prinsip etika.”

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang kompeten atau yang memiliki pengetahuan, pendidikan, pengalaman dan pelatihan yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah laporan keuangan secara lebih mendalam harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya dan harus mempelajari, mamahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi untuk meningkatkan kualitas audit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin


(50)

tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang diberikan

2.1.8.2Hubungan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Penelitian ini didukung oleh pernyataan Abdul Halim (2008:29) yang menyatakan bahwa:

“Faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah ketaatan auditor terhadap kode etik yang terefleksikan oleh sikap independensi, objektivitas dan integritas”.

Di perkuat oleh Eunike (2007) http://digilib.unnes.ac.id

“Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan”.


(51)

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

2.1.8.3 Kosep Penghubung Kompetensi dan Independensi auditor terhadap Kualitas audit.

Kualitas audit dapat dilihat dari kualitas keputusan-keputusan yang di ambil. Keputusan yang di ambil dilakukan dengan cara membandingkan solusi atau hasil yang dicapai dengan standar hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas jasa audit seseorang adalah tingkat kerumitan pekerjaan yang dihadapi. Dalam arti kata untuk tingkat kerumitan pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi usaha yang dicurahkan auditor.

Menurut Abdul Halim (2008:29) terdapat hubungan antara kualitas audit dengan independensi yaiu:

“Faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah ketaatan auditor terhadap kode etik yang terefleksikan oleh sikap independensi, objektivitas dan integritas”

Sedangkan Menurut Yulius Jogi Crostiawan (2005:83) terdapat hubungan kualitas audit,kompetensi dan independensi yaitu sebagai berikut:

“kualitas audit ditentukan oleh dua faktor yaitu kompetensi dan independensi”. Faktor-faktor terdapat yang menentukan kualitas audit ini harus diperhatikan oleh para auditor, karena terdapat kepercayaan yang besar dari pemakai laporan


(52)

keuangan yang diberikan, pada akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dilaksanakannya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Untuk memenuhi tuntutan akuntabilitas publik dan good governance, diperlukan adanya pemeriksaan. Mardiasmo (2005) mengemukakan bahwa pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi dan independensi untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor yang kompeten adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam hal yang meteril, posisi keuangan dan usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dengan demikian tujuan audit umum akan tercapai bila auditor yang memeriksa adalah auditor yang kompeten. Kompetensi merupakan pencapaian keahlian yang dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit. Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup untuk mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.

Menurut Rahayu dan Suhayati (2010:2) menyatakan bahwa kompetensi adalah sebagai berikut:


(53)

“Suatu kemampuan, keahlian (pendidikan dan pelatihan), dan berpengalaman dalam mamahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.”

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang memadai dan dapat melakukan audit secara objektif dan cermat.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang baik karena dengan hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya dan akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Untuk menghasilkan audit yang berkualitas seorang auditor yang bekerja dalam suatu tim di tuntut untuk memiliki kompetensi yang cukup.

Sebagai auditor maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar auditing. standar yang diterapkan oleh pemerintah adalah Standar Pemeriksa Keuangan Negara, yang selanjutnya disebut dengan Standar Pemeriksaan yaitu patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK.

Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan.


(54)

indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur.Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan.

Kualitas audit menurut De Angelo yang dikutip Alim dkk. (2007) adalah sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Dengan kata lain, kompetensi dan independensi dapat mempengaruhi kualitas audit.

Auditor sebagai ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan semestinya di dukung dengan independensi, kemampuan, kemauan dan pengalaman kerja yang memadai dalam pemeriksaan, serta ditunjang dengan sensitivitas etika profesi auditor. Kemampuan, kemauan dan pengalaman kerja mencerminkan kompetensi auditor, yang selanjutnya disertai dengan kompetensi diharapkan dapat memberikan hasil kerja yang sesuai dengan misi yang diemban oleh BPK sebagai badan pemeriksa eksternal keuangan Negara.

Independensi, kompetensi, dan sensitivitas etika profesi para auditor menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan fungsi pemeriksaan. Hal itu penting karena selain mematangkan pertimbangan dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan juga penting untuk mencapai harapan pemerintahan yang bersih dan transparan.


(55)

Pernyataan Standar Umum Kedua dalam SPKN (BPK RI, 2007) menjelaskan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dari sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Sehubungan dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk mempertahankan independensinya sedemikian rupa. Tujuannya adalah agar pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak mana pun.

2.2.1 Penelitian terdahulu

Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para peneliti-peneliti terdahulu menghasilkan kesimpulan mengenai pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit, yaitu terdapat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Penulis dan Sumber

Judul Kesimpulan/

Hasil

Persamaan Perbedaan

1 Nasrullah Djamil (2003) (sumber; www.freewabs. com,2003 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada sektor publik dan beberapa

karakteristik untuk meningkatkannya.

Kualitas audit pada sektor publik lebih rendah dibandingkan dengan kualitas audit pada sektor swasta.

Rendahnya kualitas audit pada auditor pemerintah,karena meraka dihadapkan pada Sama-sama membahas kualitas audit. Hanya terfokus pada audit kinerja saja.


(56)

litigator risk yang rendah.

2 Eunike

Christina Elfarini (sumber: http://eprint s.undip.ac.i d/8851 “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap kualitas audit”. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa auditor yang memilki kompetensi dan independensi dapat mempengaruhi kualitas audit nya. Sama-sama meneliti kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit. Menitik beratkan pada audit sektor swasta.

3 Aprianti

Deva (Sumber: http://perpu s.uinjkt.ac.i d) Pengaruh kompetensi, independensi, dan keahlian Professional terhadap Kualitas audit dengan etika auditor sebagai variable moderasi (studi kasus pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan) Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variable Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional, dan Etika Auditor berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit, sedangkan secara parsial variable Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, variabel Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, variabel Keahlian Profesional berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, interaksi variabel Kompetensi dan Sama-sama meneliti tentang kompetensi, independensi dan kualitas audit.

1. Variabel X3

berbeda yaitu tentang Keahlian Profesional 2. Variabel Y2

berbeda yaitu tentang Etika auditor.


(57)

Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, interaksi variable Independensi dan Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, dan interaksi variabel Keahlian Profesional dan Etika Auditor berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit

4 Muh Taufiq Efendy (2010) (sumber : http://jurnal skripsi.com, 2010) “Pengaruh Kompetensi, independensi dan motivasi terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan

keuangan Daerah”.

(Studi empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan variabel independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Implikasi temuan penelitian ini bagi upaya terwujudnya audit yang berkualitas adalah perlunya pemberian motivasi kepada auditor tentang urgensi audit yang berkualitas di samping upaya peningkatan kompetensi Sama-sama meneliti tentang kompetensi, independensi dan kualitas audit.

Variabel X3

berbeda yaitu meneliti tentang Motivasi audit.


(58)

melalui pelatihan.

5 Akhmad Samsul Ulum (ISSN2005) Pengaruh Orientasi Etika terhadap Independensi dan Kualitas Audit Auditor BPK RI

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa independensi senyatanya berfungsi sebagai variable intervening yang menjadi penghubung antara variable idealism dengan kualitas audit. Relevansinya berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit auditor BPK, dan tidak melalui variable intervening independensi senyatanya. Sama-sama meneliti Independensi dan kualitas auit pada BPK

Variabel X1

berbeda yaitu meneliti tentang orientasi etika

6 Dodik Ariyanti (2005) (Sumber : http://jurnalsk ripsi.com,200 5) Pengaruh kompetensi,indepen densi dan sensitivitas etika profesi terhadap produktivitas kerja auditor eksternal (Studi kasus pada auditor perwakilan BPK RI Provinsi Bali) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel independensi, kompetensi, dan sensitivitas etika profesi secara simultan berpengaruh terhadap produktivitas kerja auditor eksternal pada Perwakilan BPK RI Provinsi Bali. Secara parsial, ketiga variabel tersebut juga berpengaruh terhadap produktivitas kerja auditor eksternal. Sama-sama meneliti kompetensi dan independensi auditor pada BPK RI

1. Variabel X2

berbeda yaitu meneliti sensitivitas etika profesi 2. Variabel Y

berbeda yaitu meneliti prodktivitas kerja auditor.


(59)

2.2.2. Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Dari kerangka penelitian diatas maka dapat dibuat paradigma penelitian. Dengan paradigma penelitian, penulis dapat menggunakannya sebagai panduan untuk hipotesis penelitian yang selanjutnya dapat digunakan dalam mengumpulkan data dan analisis. Paradigma pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat

Independensi Auditor Kompetensi

Auditor

Kualitas Adit

1. Pengetahuan 2. Pengalaman 3. Pendidikan 4. Pelatihan

1. Gangguan Pribadi 2. Gangguan Ektern 3. Gangguan

Organisasi

1. Tepat waktu 2. Lengkap 3. Akurat 4. Obyektif 5. Meyakinkan 6. Jelas

Kompetensi dan Independensi auditor terhadap Kualitas audit


(60)

Gambar 2.4

Gambar Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ke tiga dalam penelitian. Setelah peneliti mengemukakan Landasan Teori dan Kerangka Berfikir. Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas maka penulis menarik hipotesis penelian bahwa Kompetensi dan Independensi auditor berpengaruh terhadap Kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara parsial dan simultan.

Kompetensi

(X1)

Kualitas audit

(Y)

Independensi auditor


(61)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENULISAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2006:13) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu).”

Berdasarkan pernyataan di atas, objek yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Kompetensi auditor, Independensi auditor, dan kualitas audit. Penelitian ini dilaksanakan pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Pengertian dari metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) adalah sebagai berikut :

“Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”


(62)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada kegiatan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2005:21) adalah sebagai berikut :

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu dan dua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lajut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Mashuri (2008:45) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut :

“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.


(1)

147 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, maka pada bagian akhir ini dapat ditarik kesimpulan sekaligus saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Kompetensi yang dimiliki auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat pada umumnya sudah baik. Sebagian besar auditor pada BPK RI Perwakilan provinsi Jawa Barat memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mendeteksi penyimpangan keuangan negara. Namun sebagian auditor masih jarang yang mengikuti pelatihan dan pendidikan informal yang mendukung pelaksanaan tugas auditnya.

2. Independensi yang dimiliki auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat pada umumnya sudah dapat dikatakan baik dalam melaksanakan tugas auditnya. Namun masih ditemukannya gangguan eksternal dari pihak lain berkaitan dengan tugas audit yang sedang dilaksanakan dan juga sering menghadapi gangguan pribadi karena memiliki hubungan kekerabatan dengan pihak yang diaudit.

3. Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat telah dilaksanakan dengan baik.Dengan mengeluarkan pendapat yang sewajarnya, hal ini terlihat


(2)

dari auditor yang yang berpedoman pada standar auditing yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

4. Tingkat kompetensi dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Kompetensi dan independensi auditor secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 68,6% terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa barat. Sedangka Secara parsial kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan provinsi Jawa Barat, kompetensi auditor memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.Kemudian independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, independensi auditor memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 43,7% terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sisanya 31,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.


(3)

149

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwadimana kompetensi dan independensi auditor telah terbukti berpengaruh dalam menunjang kualitas audit, maka peneliti memberikan sarn sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan masukan yang kepada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

1. Kompetensi auditor seperti dalam hal kemampuan dalam mendeteksi penyimpangan keuangan negara sebaiknya lebih ditingkatkan lagi. Terlebih dalam bentuk pelatihan-pelatihan sebaiknya lebih ditingkatan. untuk itu agar auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dapat mempertahankan kompetensinya sebaiknya mengikuti Pendidikan Profesional Lanjutan (PPL) melalui keikutsertaan dalam seminar atau simposium dan pelatihan-pelatihan telah yang ada.

2. Independensi auditor hendakny hendaknya tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan pada saat melakukan pekerjaannya.

3. Kualitas audit hendaknya ditingkatkan dengan cara seorang auditor mempunyai sikap independen dan kompeten dan tidak berpengaruh oleh pihak-pihak lain terutama dengan mengeluarkan pendapat yang sewajarnya, sesuai dengan standar auditing.


(4)

150

Abdul Halim.2008. Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). UUP STIM.

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley.2007. Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Jakarta : PT. Intermasa.

Arens a. Alvin, Elder j. Randal, Beasley S. Mark. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Edisi Kesembilan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks.

Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik Refleksi Hasil Penelitian Empirik. Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Ida Rosnidah. 2008. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalama Audit dan Risiko Audit dan Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien Terhadap Kualitas Audit dan Implikasinya pada Kepuasan Pengguna Jasa Audit (survei pada Emiten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.) Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad. http://ejournal.unud.ac.id Ida, Sraida. 2005. Uji, Model, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko Audit Terhadap

Skeptisisme Profesional Auditor. Jurnal akuntansi, Bandung.

Kartika Widhi, frianty. 2006. Pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi auditor terhadap kealitas audit (Study Empiris: KAP di Jakarta). Semarang. Skripsi SI: Universitas Dipenogoro. (Tidak dipublikasikan)

Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan topic penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember).

Mulyadi. 2009. Auditing. Cetakan ke-6. Jakarta : Salemba Empat

Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati 2008. Auditing ”Konsep dasar dan pedoman pemeriksaan akuntan publik”. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung; Alfabeta Sugiono, 2010, Metode penelitian bisns.Bandung;Alfabeta.

Sugiono, 2010, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.Bandung:Alfabeta.

Umi Narimawati, Dewi Anggadini, Linna Ismawati, 2010, Penulisan karya Ilmiah: Panduan awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM, Genesis, Bekasi.


(5)

151

Website :

http://www.beritasore.com http://www.detikNews.com http://imanph.brint.com http://www.google.co.id.


(6)

152 DATA PRIBADI

Nama : Marthadinata Pratiwi Manullang

NIM : 21107016

Program Studi : Akuntansi Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 4 Maret 1988

Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl.Holis KPAD blok G 4 No.6 Bandung Email : T_whe04@ymail.com

DATA PENDIDIKAN Pendidikan Formal :

1. Tahun 1995-2001 : SD Sejahtra Lampung 2. Tahun 2001-2004 : SMP Budi Mulia Lampung 3. Tahun 2004-2007 : SMAN 6 Cimahi

4. Tahun 2007-Sekarang : UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia) Bandung Pendidikan Informal :


Dokumen yang terkait

Pengaruh Independensi Dan Standar Auditing Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh

2 52 83

Pengaruh pengalaman, due professional care, dan independensi auditor terhadap kualitas audit (survey pada auditor inspektorat dan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

0 10 1

PENGARUH PENERAPAN NILAI DASAR KODE ETIK BPK RI TERHADAP KINERJA AUDITOR PEMERINTAH : Studi Pada Auditor BPK-RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

1 6 43

Pengaruh Independensi, Profesionalisme, dan Role Stress terhadap Kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

2 5 23

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Kasus Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Bali).

0 0 103

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT INVESTIGATIF PADA KANTOR PERWAKILAN BPK-RI YOGYAKARTA.

0 2 28

PENGARUH INDEPENDENSI, PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Kasus Pada Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

0 0 11

PENGARUH INDEPENDENSI, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, PENERAPAN STANDAR AUDIT, DAN ETIKA AUDIT TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

0 1 11

PENGARUH TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER, KOMPETENSI AUDITOR, INDEPENDENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

1 2 10

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Kasus Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Bali).

0 0 18