Dinamika Regulasi Emosi Para Subjek

g. Emosi Positif

Peningkatan kesadaran, perubahan pemahaman, dan perubahan reaksi yang terjadi dalam diri C membawa C untuk merasakan emosi positif dalam dirinya. Kini C merasa bahwa emosinya lebih stabil daripada dulu. “Mungkin lebih terjaga. Saya juga jarang... bukan tertekan ya? tapi dalam menghadapi hidup ini saya juga jarang malah cenderung lebih.. mungkin ini adalah faktor psikologis. Jadi, tidak bisa terlalu gembira sekali, tapi kalo bersedih malah bisa mungkin. Tapi juga nggak akan terbuai dalam kesedihan.” C, 43.14-20 Oleh karena emosi yang lebih stabil tersebut, C merasa nyaman dan tenang. “Yang penting sehat, slamet jangan salah langkah sampe terlibat riba atau utang piutang. Jadi apa ya? orang jawa yang jelaskan tadi ya nrimo ing pandum tadi, menerima kenyataan dengan rasa syukur apa adanya, itu lebih nyaman.” C,42.1-5 “ada kepuasan-kepuasan sendiri kalo bisa mencoba belajar untuk berbuat untuk orang lain. Itu suatu apa? ketenangan ato hasil daripada kesadaran yang sekarang ini.” C,44.1-4

4. Dinamika Regulasi Emosi Para Subjek

Setelah dilihat lebih mendalam, ketiga subjek yang diambil peneliti masing-masing memiliki keunikan pengalaman tersendiri. Namun, seluruh subjek memiliki kesamaan pola perubahan pada regulasi emosinya. Sebelum mempraktikkan meditasi mindfulness secara rutin, A, B, dan C merupakan orang yang memiliki regulasi emosi maladaptif. Ketiga subjek sering terbawa atau larut oleh amarah mereka. Selain amarah, A juga memiliki keinginan untuk mengatur hal di luar dirinya supaya sesuai dengan keinginannya. Sedangkan B sering mencampuradukkan antara emosi, berpikir, dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, B sering banyak berharap dan menghubungkan suatu hal dengan gaib. B pun makin terlarut dalam kekhawatiran. Berbeda dengan C, ia begitu menyesali dirinya karena ia merasa kurang berhasil dibandingkan dengan teman- temannya. Begitulah keadaan emosi ketiga subjek sebelum rutin bermeditasi. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengenal meditasi dan rutin mempraktikkannya. Alhasil, praktik meditasi membawa perubahan dalam diri ketiga subjek. Mereka lebih dapat aware dengan diri mereka. Kesadaran yang dimiliki berdampak positif terhadap pemahaman A, B, dan C. A menjadi tahu bahwa apapun yang dilihat di dunia ini dipengaruhi oleh persepsi seseorang. Selain itu, A juga menjadi lebih mengenal dirinya dengan baik, ia lebih mengetahui keburukan pada dirinya. B juga merasakan hal serupa, ia menjadi tahu akan ada nya “keakuan” dalam permasalahan yang dihadapi, hakikat kehidupan, dan hakikat suatu masalah. Sedangkan perubahan yang dialami C adalah dimilikinya pemahaman tentang adanya “keakuan” pada permasalahan-permasalahan yang ada. Peningkatan kesadaran dan pemahaman baru tersebut membuat ketiga subjek memiliki regulasi emosi yang lebih adaptif. Hal ini dapat dilihat dari respon pikiran dan emosi para subjek. A kini dapat mengkonfrontasi pemikiran yang salah. Selain itu, ia dapat berpikir lebih sederhana atau berpikir dengan sudut lain saat menghadapi suatu permasalahan. A akan melihat pikirannya sendiri bila ia terlanjur menyalahkan pihak di luar dirinya. Sedangkan subjek B dan C memiliki respon emosi positif yaitu menerima. Selain menerima, C juga dapat bersyukur dengan keadaannya kini. Bila mendapatkan masalah, maka B dan C dapat melihat permasalahan yang ada dengan baik. C juga dapat mempertimbangkan respon yang akan dikeluarkan selektif. Meski telah banyak perubahan positif yang terjadi pada diri ketiganya, mereka masih memiliki regulasi emosi yang maladaptif. Dalam hal ini, A memiliki respon pikiran dan emosi terbanyak. Sampai saat ini, A masih mudah gusar, sehingga ia akan cepat menyalahkan dan larut dalam amarah. Amarah yang muncul dari diri A sebenarnya dipicu oleh hal-hal yang bertentangan dengan pikiran A. Hal ini membuat A merasa terganggu dan terbebani. Setelah reaksi-reaksi emosi negatif tadi keluar, biasanya A akan berpikiran bahwa dirinya tidak benar dan egois. Kemudian A akan merasa malu, kecewa, dan menilai dirinya sebagai meditator yang buruk. Sedangkan, B hingga kini masih merasa kesepian setelah perceraian dengan istrinya. B juga merasa susah untuk mengelola emosinya ini. Di sisi lain, C terkadang merasa khawatir akan masalah yang datang ke diri C. Meskipun demikian, mereka telah merasakan efek positif dari perubahan-perubahan yang ada. A menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi suatu masalah. Selain itu, kini amarah A juga telah berkurang dan merasa lebih rileks. Sedangkan B, merasakan bahwa emosinya kini lebih stabil daripada dulu. Hal ini membuat B merasa tenang dan lega. C juga merasakan hal serupa dengan B yaitu emosi yang lebih stabil. Hal ini membuat C merasa tenang dan nyaman.

D. Pembahasan

Peneliti akan membahas tema-tema umum yang muncul dari ketiga subjek ke dalam 6 bagian. Hal ini dilakukan untuk membahas tema-tema umum yang ada secara terperinci dan mendalam, sehingga dapat diketahui perubahan regulasi emosi yang dialami oleh para meditator. Bagian yang pertama adalah regulasi emosi maladaptif. Kedua, peningkatan awareness. Ketiga, pemahaman positif. Kemudian, bagian yang keempat adalah reaksi pikiran dan emosi positif. Sedangkan, bagian kelima adalah reaksi pikiran dan emosi negatif. Emosi positif pun menjadi bagian yang keenam.

1. Regulasi Emosi Maladaptif

Sebelum rutin melakukan meditasi, umumnya para meditator memiliki emosi negatif yang cukup banyak di dalam diri masing-masing. Emosi-emosi negatif yang ada cukup beragam, seperti amarah, kekhawatiran, dan penyesalan A, wawancara, 8 Agustus, 2012; B, wawancara, 27 Agustus, 2012; C, wawancara,