Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengungkapan diri atau self disclosure adalah proses penyampaian informasi yang berhubungan dengan diri sendiri kepada orang lain Jourard, 1964. Menurut Cozby 1973; Derlega dkk., 1993; Altman Taylor 1973, pengungkapan diri mengacu pada pemberian informasi melalui komunikasi verbal atau lisan tentang diri sendiri berupa informasi demografis, pikiran, perasaan dan pengalaman kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Johnson Supratiknya, 1995 mengemukakan bahwa pengungkapan diri adalah proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapannya pada masa kini. Pengungkapan diri memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan seorang individu. Hal ini dikarenakan pengungkapan diri yang tepat merupakan indikasi dari kesehatan mental Jourard Smith dalam Cozby, 1973. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli diantaranya Cahloun Acocella Gainau, 2009 menunjukkan bahwa pengungkapan diri dapat melepas perasaan bersalah dan cemas. Sementara itu, Dindia Allen 1992 menemukan bahwa pengungkapan diri adalah kunci untuk memulai, mengembangkan dan memelihara suatu hubungan. Selain itu, Johnson Supratiknya, 1995 menunjukkan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh individu 2 yang rela mengungkapan diri diantarnya kompeten, ekstrover, fleksibel, adaptif, terbuka, inteligen, dan yakin sebagai ciri-ciri individu yang masak dan bahagia. Disamping itu, sifat-sifat individu yang kurang mampu mengungkapkan diri diantaranya tidak mampu menyesuaikan diri, kurang percaya diri, timbul perasaan takut, cemas, rendah diri dan tertutup. Pada kenyataannya, tidak semua individu memiliki pengungkapan diri yang tepat. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor diantaranya 1 faktor resiko yang diterima dikemudian hari berupa penyalahgunaan informasi pribadi yang penting sehingga mengganggu hubungan interpersonal yang telah terjalin dengan baik; 2 kurangnya rasa aman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri, terjadi jika pengungkapan diri dilakukan pada individu atau kondisi yang tidak tepat sehingga dapat menjadi ancaman bagi individu yang memberikan informasi; 3 kurangnya rasa percaya diri individu dalam mengungkapan tentang dirinya sendiri kepada orang lain. Hal tersebutlah yang menyebabkan mengapa sebagian individu sulit berbagi informasi dengan individu lain, sekali pun informasi tersebut sangat positif bagi dirinya maupun individu lain Papu, 2002. Menurut survei yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa individu dewasa awal mengalami kesulitan atau keengganan dalam mengungkapkan diri. Hasil survei tersebut diketahui bahwa 50 individu dewasa awal tidak memiliki rasa percaya diri untuk mengungkapkan informasi pribadinya, 44 individu dewasa awal merasa kurang aman dan nyaman terhadap lawan bicara dan 25 individu dewasa awal merasa takut akan resiko yang akan diterimanya dikemudian hari. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa 72 individu 3 dewasa awal merasa bahwa pengungkapan diri memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian dan hubungan mereka dengan individu lain. Masa dewasa awal merupakan masa penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan dan harapan sosial yang baru Hurlock, 1980. Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan diri individu membutuhkan keterampilan sosial sehingga dapat menunjang keberhasilannya dalam berinteraksi. Menurut Buhrmester Gainau, 2009 salah satu aspek penting dalam keterampilan sosial adalah pengungkapan diri self disclosure. Dengan adanya keterampilan pengungkapan diri yang dimiliki oleh individu dewasa awal dapat menentukan keberhasilannya dalam berinteraksi. Selain itu, Gainau 2009 menjelaskan bahwa tanpa pengungkapan diri individu cenderung mendapatkan penerimaan yang kurang baik sehingga berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Pengungkapan diri dapat berlangsung secara optimal dalam situasi yang mendukung daripada situasi yang kurang mendukung. Oleh karena itu, Devito 2011 menjelaskan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pengungkapan diri seorang individu. Faktor-faktor tersebut antara lain 1 besar kelompok, 2 perasaan menyukai, 3 efek diadik, 4 kompetensi, 5 kepribadian, 6 topik, 7 jenis kelamingender. Selain itu, Taylor Sari dkk., 2006 menambahkan salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah faktor budaya. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada faktor gender dan budaya. Faktor budaya yang dimaksudkan oleh peneliti yaitu etnis Jawa dan etnis Flores. 4 Gender adalah perilaku dan pola-pola aktivitas yang dianggap cocok atau pantas bagi laki-laki dan perempuan oleh suatu masyarakat atau budaya Dayaksini Yuniardi, 2008. Gender menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pengungkapan diri. Hasil penelitian terdahulu tentang pengungkapan diri dan gender menunjukkan hasil yang masih terus diperdebatkan. Jourard 1971 menemukan bahwa perempuan memiliki tingkat pengungkapan diri yang lebih tinggi daripada laki-laki. Namun terdapat ketidakkonsitenan hasil penelitian terkait pengungkapan diri. Dindia Allen 1992 melakukan meta-analisis dari 205 studi perbedaan jenis kelamin dalam pengungkapan diri menemukan bahwa perempuan mengungkapkan diri lebih sedikit daripada laki-laki. Sementara itu, Jourard Cozby, 1973 mengemukakan bahwa pengungkapan diri yang rendah pada laki-laki berhubungan dengan empati yang kurang, insight atau wawasan, dan umur yang lebih pendek daripada perempuan. Budaya menjadi faktor yang sangat penting dalam pengungkapan diri masing-masing individu. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Jourard Lasakow Cozby, 1973 menunjukkan bahwa pengungkapan diri pada ras berkulit hitam lebih rendah dibandingkan pengungkapan diri pada ras berkulit putih. Sementara itu, Barnlund Kim Dindia, 2008 mengemukakan bahwa orang Amerika dan Jepang memiliki perbedaan komunikasi yang mendalam dalam hubungan interpersonal. Dimana orang Jepang hanya mengungkapkan pemikiran pribadi mereka secara umum, sedangkan orang Amerika mengungkapkan pemikiran pribadi mereka secara lengkap. 5 Pada kenyataannya, peneliti melihat seperti ada perbedaan yang cukup menonjol di antara etnis Jawa dan etnis Flores dalam perilaku pengungkapan diri. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap individu dewasa awal beretnis Jawa dan etnis Flores, peneliti melihat individu yang berasal dari etnis Flores lebih banyak mengungkapan diri daripada individu yang berasal dari etnis Jawa. Perilaku pengungkapan diri ini terlihat sama dalam berbagai situasi dimana individu beretnis Jawa dan Flores itu berada. Individu beretnis Flores cenderung lebih spontan dan banyak mengungkapkan diri dengan mengatakan terus terang apa yang diinginkan. Menurut Sewa 2002, karakteristik dari individu beretnis Flores yaitu cenderung memperlihatkan emosi yang sulit terkendali, banyak bicara dengan suara yang keras dan tidak dapat menahan diri. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari etnis Flores memiliki kebiasaan yang menonjol yaitu dalam menyapa individu di sekitarnya dengan sebutan kekerabatan. Hal ini membuat mereka lebih cepat beradaptasi dan akrab dengan individu lain. Ketika ditanya, individu beretnis Flores mengaku ingin individu lain tahu tentang apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Selain itu, dengan mengungkapkan diri individu beretnis Flores dapat dengan mudah menjalin hubungan yang baik dengan individu lain. Hal ini lantaran menurut individu etnis Flores menjadi alasan mengapa mereka dapat secara langsung mengungkapan pikiran dan perasaannya. Perilaku ini menunjukkan bahwa individu etnis Flores merupakan etnis yang terbuka. 6 Hal berbeda diamati peneliti pada individu beretnis Jawa. Beberapa individu beretnis Jawa yang diamati oleh peneliti lebih banyak memilih untuk menahan diri atau tidak mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada individu lain. Hal ini dikarenakan dalam budaya Jawa individu yang diam atau tertutup dinilai baik, namun individu yang terbuka atau mengungkapkan diri self disclosure dinilai tabu karena dipandang sebagai sikap menyombongkan diri, angkuh, tinggi hati Suseno Reksosusilo dalam Guinau, 2009. Dalam situasi yang lain, individu beretnis Jawa lebih memilih untuk mengemas apa yang dipikirkan dan dirasakan dengan menggunakan bahasa yang pas sehingga tidak menimbulkan konflik Gainau, 2009. Ketika ditanya, individu beretnis Jawa mengaku “ewoh pakewoh” yang sering disebut sungkan atau tidak enak. Perasaan sungkan ini membuat individu beretnis Jawa menjadi enggan, segan dan malu untuk mengungkapan tentang diri mereka. Hal ini lantaran menurut individu etnis Jawa menjadi alasan mengapa mereka tidak secara langsung mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Perilaku ini menunjukkan bahwa individu beretnis Jawa merupakan etnis yang tertutup. Berdasarkan uraian sebelumnya, nampak bahwa pengungkapan diri dipengaruhi oleh faktor gender dan budaya khususya etnis Jawa dan etnis Flores. Oleh karena itu, timbul pertanyaan pada peneliti apakah ada perbedaan pengungkapan diri individu laki-laki dewasa awal pada etnis Jawa dan Flores? Bagaimana perbedaan antara pengungkapan diri perempuan dewasa awal pada etnis Jawa dan Flores? Bagaimana perbedaan antara pengungkapan diri laki-laki 7 dan perempuan pada etnis Jawa dan etnis Flores? Peneliti berasumsi dengan adanya perbedaan gender pada etnis Jawa dan etnis Flores, maka diduga akan memunculkan perbedaan pengungkapan diri pada individu masa dewasa awal. Peneliti berharap penelitian ini, dapat berguna untuk menambah kajian mengenai psikologi lintas budaya khususnya menyangkut pengungkapan diri dan kebudayaan di Indonesia. Temuan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi referensi tentang pengungkapan diri masa dewasa awal, dengan perbedaan gender dan budaya dalam pengungkapan diri. Khususnya untuk etnis Flores sampai sejauh ini penelitian tentang pengungkapan diri masih sangat jarang ditemukan. Jika dalam penelitian ini ditemukan adanya perbedaan pengungkapan diri dewasa awal yang ditinjau dari perspektif gender pada etnis Jawa dan etnis Flores, maka dapat menjadi masukkan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan masing- masing etnis. Berdasarkan argumen di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengungkapan Diri Masa Dewasa Awal Ditinjau dari Perspektif Gender pada Kelompok Etnis Jawa dan Flores.”

B. Rumusan Masalah