31
E. Dinamika Perbedaan Pengungkapan Diri Masa Dewasa Awal Ditinjau dari
Perspektif Gender pada Etnis Jawa dan Flores
Pengungkapan diri diartikan sebagai suatu kemampuan seorang individu dalam menyampaikan informasi tentang dirinya sendiri kepada orang lain
sehingga terjalin suatu hubungan yang akrab. Pengungkapan diri memiliki dua dimensi yaitu dimensi keluasan dan kedalaman Jourard Lasakow, 1958.
Pengungkapan diri sebagai salah satu komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain besarnya kelompok, perasan menyukai, efek diadik,
kompetensi, kepribadian, topik, dan jenis kelamingender Devito, 2011. Sementara itu, pengungkapan diri juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan
Taylor dalam Sari dkk., 2006. Penelitian ini berfokus pada peninjauan gender terhadap peran budaya
yang memungkinkan terjadinya pengungkapan diri. Penelitian ini menggunakan individu dewasa awal beretnis Jawa dan Flores dan gender sebagai variasi
kelompok penelitian ini karena peneliti menangkap fenomena adanya perbedaan proses pengungkapan diri terhadap interaksi interpersonal mereka. Oleh karena
itu, berikut akan diuraikan tentang perbedaan gender dan beberapa bagian budaya dari etnis Jawa dan etnis Flores yaitu ajaran hidup dan persepsi tentang
pengungkapan diri. Nampaknya dapat mendukung atau menghambat proses pengungkapan diri pada masa dewasa awal beretnis Jawa dan Flores.
Dalam perkembangannya, individu pada masa dewasa awal sangat membutuhkan berbagai penyesuaian terhadap tuntutan-tuntutan yang ada di
lingkungan sosial. Oleh karena itu, individu dewasa awal membutuhkan
32
keterampilan sosial. Salah satu aspek penting dalam keterampilan sosial adalah pengungkapan diri. Dengan adanya pengungkapan diri dapat menentukan
keberhasilan individu dewasa awal dalam berinteraksi. Dalam perkembangannya, terdapat banyak tuntutan-tuntutan pada masa dewasa awal diantaranya melakukan
pengaturan terhadap diri sendiri, menjadi seorang yang reproduktif, mampu menghadapi berbagai masalah, mampu mengontrol emosi, mampu untuk bersaing
sosial, mampu membuat suatu komitmen, memiliki otonomi, mampu melakukan perubahan nilai, mampu menyesuaikan diri dengan cara hidup baru, dan memiliki
kreativitas. Gender adalah suatu konsep kultur yang merujuk pada karakteristik yang
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Sementara dalam psikologi, pendekatan perspektif gender adalah sebuah karakteristik baik yang dipengaruhi
oleh biologis maupun sosial yang digunakan untuk menentukan antara laki-laki dan perempuan Myers, 2012. Perbedaan gender dapat berupa perbedaan pola
pengasuhan anak, penetapan peran, stereotipe gender, dan ideologi peran jenis kelamin Berry dkk., 1999. Perbedaan gender sangat mempengaruhi proses
pengungkapan diri seorang individu. Penelitian yang dilakukan oleh Jourard Cozby, 1973 menemukan bahwa pengungkapan diri yang rendah pada laki-laki
berhubungan dengan empati yang kurang, insight atau wawasan, dan umur yang lebih pendek daripada perempuan. Jourard Lasakow 1957 menegaskan bahwa
perbedaan jenis kelamin dalam pengungkapan diri memberikan nilai yang bertentangan dan membawa harapan untuk bersosialisasi. Hal ini tampak dari
perempuan berharap agar hubungan emosionalnya dapat terpuaskan sedangkan
33
laki-laki berharap agar hubungan fungsionalnya dapat terpuaskan misalnya, persahabatan.
Budaya dapat mempengaruhi proses pengungkapan diri seorang individu. Faktor budaya yang difokuskan pada penelitian ini adalah etnis. Etnis adalah
sekelompok individu yang membedakan diri dengen kelompok lain karena memiliki kesamaan dalam sejarah, norma, perilaku, bahasa dan beberapa
karakteristik lain. Dalam penelitian ini, peneliti secara khusus membahas tentang etnis Jawa dan etnis Flores yang mempengaruhi proses pengungkapan diri karena
penulis berasumsi terdapat perbedaan pengungkapan diri antar etnis tersebut. Etnis Jawa termasuk individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan
kebudayaan. Hal ini tampak dari ajaran hidup yang dianut oleh individu beretnis Jawa yaitu rukun, hormat dan toleransi. Karakteristik individu beretnis Jawa yaitu
menjunjung tinggi tata krama kesopanan, cenderung mengotrol diri, berbicara dengan suara yang halus Handayani Novianto, 2004.
Sementara itu, etnis Flores juga termasuk etnis yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang dianut. Hal ini tampak dari ajaran hidup yang dianut oleh
individu beretnis Flores yaitu menjunjung tinggi nilai adat istiadat, toleransi, dan kerukunan.
Karakteristik individu
beretnis Flores
yaitu cenderung
memperlihatkan emosi yang sulit terkendali, banyak bicara dengan suara keras, dan tidak dapat menahan diri Sewa, 2002.
Berdasarkan paparan sebelumnya, peneliti memiliki beberapa asumsi yaitu 1 terdapat perbedaan pengungkapan diri laki-laki dewasa awal etnis Jawa dan
Flores, 2 terdapat perbedaan pengungkapan diri perempuan dewasa awal etnis
34
Jawa dan Flores 3 terdapat perbedaan pengungkapan diri antara laki-laki dan perempuan dewasa awal pada etnis Jawa dan etnis Flores.
Gambar 1. Skema perbedaan pengungkapan diri masa dewasa awal ditinjau dari perspektif gender pada etnis Jawa dan etnis Flores
KEBUDAYAAN
ETNIS JAWA ETNIS FLORES
Karakteristik 1. Menahan diri
2. Dapat mengontrol emosi 3. Banyak bicara dengan suara
halus
Sumber:Handayani Novianto 2004
Karakteristik 1. Tidak dapat menahan diri
2. Sulit mengontrol emosi 3. Banyak bicara dengan suara
keras
Sumber: Sewa 2002
PENGUNGKAPAN DIRI
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Ciri-ciri 1. Dominan
2. Tidak tergantung 3. Bersifat Petualang
Sumber
: Berry dkk., 1999
Ciri-ciri 1. Tunduk Submitif
2. Emosional 3. Lemah
Sumber
: Berry dkk., 1999
GENDER
1. Pola pengasuhan 2. Penetapan peran
3. Stereotipe gender 4. Idiologi peran jeniskelamin
Sumber: Berry dkk., 1999
35
F. Hipotesis