Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan
.
114
konseling atau konselor dalam keseluruhan tugas dan tanggung jawabnya. Fokus supervisi administratif adalah bukti-bukti kinerja guru bimbingan dan konseling atau
konselor yang otentik, lengkap dan valid. 2 Supervisi klinis dilakukan untuk memastikan bahwa pihak yang dilayani oleh guru
bimbingan dan konseling atau konselor mendapatkan pelayanan sebagaimana semestinya sesuai dengan kaidah keilmuan, etika profesi dan mekanisme standar
yang telah ditentukan. Fokus supervisi klinis adalah keterampilan profesional professional skills guru bimbingan dan konseling atau konselor.
3 Supervisi pengembangan dilakukan untuk mendorong dan memfasilitasi guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk megembangkan kualitas pribadi dan
kompetensi profesionalnya ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan, sehingga pada gilirannya pihak yang dilayani, terutama peserta didik mendapatkan pelayanan
yang semakin bermutu. Fokus supervisi pengembangan adalah penigkatan mutu pribadi dan profesionalitas guru bimbingan dan konseling atau konselor dari waktu
ke waktu semakin baik.
3. Penyelenggara Layanan Bimbingan dan Konseling dan Pihak yang Dilibatkan
a. Penyelenggara Layanan Bimbingan dan Konseling: 1 Penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di SMK adalah konselor atau
guru bimbingan dan konseling. 2 Setiap satuan pendidikan SMK diangkat sejumlah konselor atau guru bimbingan
dan konseling dengan rasio 1 : 150 - 160 satu guru bimbingan dan konseling atau konselor melayani 150 - 160 orang peserta didikkonseli.
3 Setiap SMK diangkat seorang koordinator bimbingan dan konseling yang berlatar belakang Sarjana PendidikanS-1 dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah
lulus pendidikan profesi guru bimbingan dan konselingkonselor. Pada kondisi sekolah belum ada lulusan pendidikan profesi, diangkat koordinator dari guru
bimbingan dan konseling atau konselor yang ada dengan memperhatikan kompetensi dan kinerjanya.
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan
.
115
b. Pihak lain yang dilibatkan 1 Guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam melaksanakan tugas layanan
bimbingan dan konseling dapat bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam satuan pendidikan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru matapelajaran,
staf administrasi sekolah dan di luar satuan pendidikan pengawas pendidikan, komite sekolah, orang tua, organisasi profesi bimbingan dan konseling, dan profesi
lain yang relevan. 2 Keterlibatan berbagai pihak dalam mendukung pelaksanaan layanan Bimbingan dan
Konseling dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama seperti: mitra layanan, sumber datainformasi, konsultan, dan narasumber melalui strategi layanan kolaborasi,
konsultasi, kunjungan, ataupun referal.
4. Ketentuan Pokok Pelibatan Pihak Lain dalam Pengentasan Masalah Konseli
Mekanisme penyelesaian masalah merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh konselor dalam layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didikkonseli
untuk mengentaskan masalah yang dialami. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konselingkonselor
kepada konseli atau peserta didik meliputi langkah: identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan.
Berkenaan dengan penanganan peserta didik konselor atau guru bimbingan dan konseling perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1 Permasalahan peserta didik tidak harus seketika dan serta merta disampaikan kepada orang tua ataupun pihak lain sebelum jelas permasalahannya, menyadari batas
kemampuan pribadi dan kewenangan profesi dan berpegang pada kode etik. 2 Apabila masalah yang dimaksud perlu diketahui oleh orang tua maupun orang lain
hanya apabila seijin dari konseli, kecuali permasalahan dianggap membahayakan keselamatan dan kelangsungan hidup konseli, dan orang tua serta pihak lain dapat
merespon danatau bertindak yang memberikan dampak positif terhadap penanganan masalah tersebut.
3 Keikutsertaan orang tua atau pihak lain dalam menangani masalah peserta didikkonseli dapat diawali danatau diiringi dengan layanan konsultasi terhadap
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan
.
116
orang tua untuk menggali potensi yang dimiliki peserta didikkonseli sebagai dasar pertimbangan layanan bantuan yang akan diberikan.
4 Keikutsertaan pihak lain dan orang tua terhadap penanganan masalah peserta didikkonseli sedapatmungkin didasarkan pada kemauan dan kemampuan peserta
didikkonseli sendiri dalam berkontribusi secara positif dengan pihak lain dan orang tua.
5 Merumuskan permasalahan yang dihadapi peserta didikkonseli berdasarkan analisa indikator, latar belakang dan sumber masalah.
6 Merumuskan kemungkinan bantuan layanan responsif yang tepat bagi peserta didikkonseli berdasarkan analisa permasalahan.
7 Mengidentifikasi, menguji dan memutuskan bentuk bentuk bantuan yang tepat. 8 Melaksanakan layanan responsif sesuai dengan rancangan dengan berbasis
mengembangkan kemampuan peserta didikkonseli belajar menyelesaikan masalah. 9 Mengembangkan komitmen peserta didik melakukan perilaku baru.
10 Mengikuti perkembangan perubahan perilaku sikap peserta didikkonseli. 11 Merumuskan dan melaporkan pencapaian perubahan perilaku peserta didikkonseli
sebagai bahan masukan bagi wali kelas dalam penilaian sikap pada akhir semester.
G. Kegiatan Tambahan dan Pengembangan Keprofesian secara Berkelanjutan 1. Kegiatan Tambahan