Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan
.
6
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah; 15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2015
tentang Kriteria Kelulusan Peserta Dididk, Penyelenggaraan Ujian Nasional, dan Penyelenggaraan Ujian SekolahMadrasahPendidikan Kesetaraan pada SMPMTs atau
yang Sederajat dan SMAMASMK atau yang Sederajat; 16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun
2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional, dan Penilaian
Hasil Belajar
oleh Satuan
Pendidikan Melalui
Ujian SekolahMadrasahPendidikan Kesetaraan pada SMPMTs atau yang Sederajat dan
SMAMASMK atau yang Sederajat; 17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar dalam Pendidikan.
C. Hakikat Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didikkonseli dalam mencapai kemandirian. Bimbingan dan konseling merupakan komponen integral sistem pendidikan pada suatu satuan
pendidikan berupaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didikkonseli dalam rangka tercapainya perkembangan individu secara utuh dan optimal. Sebagai komponen integral,
wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan secara terpadu bersinergi dengan wilayah layanan administrasi dan manajemen, serta wilayah kurikulum dan pembelajaran
yang mendidik. Posisi bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan digambarkan pada gambar 1.
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan
.
7
Sebagai komponen sistem pendidikan, bimbingan dan konseling memfasilitasi perkembangan peserta didikkonseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan
memahami diri dan lingkungan, menerima diri, mengarahkan diri, dan mengambil keputusan, serta merealisasikan diri secara bertanggung jawab, sehingga tercapai kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam kehidupannya. Pemetaan layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan seperti tertera pada Gambar 1, menampilkan dengan jelas kesejajaran antara
posisi layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dengan layanan manajemen dan kepemimpinan, serta layanan pembelajaran yang mendidik. Artinya, bimbingan dan
konseling tidak bersifat suplementer, tetapi komplementer saling mengisi di antara peran pendidik pada satuan pendidikan.
Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan diselenggarakan untuk membantu peserta didikkonseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan
ini di antaranya meliputi: mencapai hubungan persahabatan yang matang, mencapai peran sosial sesuai jenis kelaminnya, menerima kondisi fisiknya dan menggunakannya secara
efektif, mencapai kebebesan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya, menyiapkan diri untuk hidup berumahtangga, menyiapkan diri untuk kariernya, mencapai seperangkat
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan
.
8
nilai dan sistem etika yang membimbing tingkahlakunya, dan mencapai tingkahlaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial.
Pada penyelenggaraan pendidikan di SMK, guru bimbingan dan konseling atau konselor berperan membantu tercapainya perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir
peserta didikkonseli. Pada satuan pendidikan ini, guru bimbingan dan konseling atau konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, yaitu fungsi pemahaman,
fasilitasi, penyesuaian,
penyaluran, adaptasi,
pencegahan, perbaikan,
advokasi, pengembangan, dan pemeliharaan.
Meskipun guru bimbingan dan konseling atau konselor memegang peranan kunci dalam sistem bimbingan dan konseling di sekolah, dukungan dari kepala sekolah sangat
dibutuhkan. Sebagai penanggungjawab pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab terselenggarakannya layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, konselor sekolah
atau guru bimbingan dan konseling harus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain seperti ketua atau koordinator kelompok guru normatif, adaptif, keahlianproduktif, kepala
sekolah, dunia usaha dan industri, orangtua, dan pihak-pihak lain yang relevan. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah beserta lampirannya.
D. Tujuan Penulisan Panduan