METODE PENELITIAN Persepsi risiko remaja dalam proses pengambilan keputusan untuk merokok.

34 untuk merokok. 11. Coba ceritakan bagaimana akhirnya anda menjadi perokok? Mengetahui gambaran proses pengambilan keputusan subjek untuk merokok. 12. Bagaimana pendapat anda mengenai tulisan dan gambar yang tertera pada bungkus rokok? Mengetahui penilaian subjek terhadap risiko bahaya merokok. 13. Apakah tulisan dan gambar yang tertera pada bungkus rokok mempengaruhi pandangan anda tentang rokok? Mengetahui penilaian subjek terhadap risiko bahaya merokok. Pertanyaan Penutup 14. Apakah masih ada yang mau diceritakan? Mengakhiri sesi wawancara E. METODE ANALISIS DATA Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan induktif. Dalam metode analisis isi kualitatif ini, data yang telah diperoleh melalui wawancara akan menjalani proses analisis data. Supratiknya 2015, menjabarkan proses analisis data akan mengikuti langkah-langkah yaitu: 1. Langkah Pertama Langkah awal dari analisis isi konvensional atau analisis isi induktif adalah menentukan satuan analisis Elo dan Kyngas, 2008. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kalimat dalam transkripsi wawancara sebagai satuan analisis. 35 2. Langkah Kedua Mengikuti Granaheim dan Lundman 2004, peneliti hendak menemukan aneka satuan makna dan aneka kawasan isi. Oleh karena itu, peneliti membaca keseluruhan data secara cermat dan berulangkali, menandai dengan garis bawah atau warna bagian-bagian transkripsi berupa frase-frase yang merupakan satuan makna atau kawasan isi. 3. Langkah Ketiga Langkah ketiga adalah melakukan open coding atau pengodean atau menciptakan aneka kode secara terbuka dalam arti secara agak bebas berdasarkan apa yang muncul dari data. Peneliti membaca kembali secara keseluruhan transkripsi wawancara dan membuat atau memberikan catatan-catatan atau judul-judul khusus terhadap aneka satuan makna dan kawasan isi yang sudah ditandai pada langkah sebelumnya. 4. Langkah Keempat Langkah keempat adalah peneliti memilah aneka kode yang ditemukan kedalam sejumlah kategori berdasarkan hubungan kesamaan isi atau makna dari masing-masing kode. Menurut Elo dan Kyngas 2008, tujuan pengelompokkan dilakukan untuk mereduksi atau mengurangi jumlah kode dengan cara menggabungkan kode-kode dengan makan yang serupa atau sebaliknya memisahkan kode-kode dengan makna yang tidak 36 serupa, sehingga diperoleh kategori atau himpunan-himpunan kode yang bermkana. 5. Langkah Kelima Langkah kelima adalah peneliti mengidentifikasi dan menemukan hubungan antar kategori pada tingkatkan yang lebih tinggi lagi dan merumuskannya ke dalam tema. Elo dan Kyngas 2008, menyatakan bahwa langkah ini merupaka upaya yang dilakukan peneliti untuk melakukan abstraksi yaitu merumuskan aneka deskripsi tentang topik yang diteliti dengan menemukan tema- tema. Jika telah berhasil menemukan tema-tema, peneliti bias dikatakan telah berhasil mendeskripsikan, memahami, dan menghasilkan pengetahuan tentang fenomena yang diteliti Elo dan Kyngas, 2008. 6. Langkah Keenam Langkah keenam adalah membuat interpretasi atau merumuskan makna dari keseluruhan temuan yang diperoleh. Menurut Creswell 2009, dalam Supratiknya, 2015 langkah ini bisa dilakukan dengan menuliskan interpretasi pribadi peneliti terhadap temuan penelitian dalam bentuk aneka hikmah atau pembelajaran yang diperoleh bertolak dari budaya, sejarah dan pengalaman pribadi peneliti. Selain itu, peneliti dapat merumuskan makna dan interpretasi dengan cara membandingkan temuan-temuan penelitian dengan hasil-hasil penelitian sejenis terdahulu atau 37 dengan teori-teori tertentu. Kemudian, peneliti merumuskan interpretasi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab melalui penelitian lebih lanjut. F. KREDIBILITAS PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif dikenal istilah validitas yang berarti bahwa instrumen yang dipergunakan dan hasil pengukuran yang dilakukan menggambarkan keadaan yang sebenarnya Djamal, 2015. Sebaliknya dalam penelitian kualitatif digunakan istilah kredibilitas atau derajat kepercayaan untuk menjelaskan bahwa data hasil penelitian yang dilakukan benar-benar menggambarkan objek yang sesungguhnya. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Pengecekan sejawat Pengecekan sejawat merupakan teknik pemeriksaan keabsahan keabsahan data yang dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil sementara antara hasil akhir dengan rekan- rekan sejawat. Para peserta diskusi terdiri dari rekan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang materi yang dikaji serta prosedur dan metodologi penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan diskusi dengan dosen pembimbing. 2. Kecukupan referensi Bahan-bahan referensi yang tersedia dalam jumlah yang memadai dapat dipakai sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Pada 38 penelitian ini peneliti akan melengkapi referensi dengan menyertakan rekaman wawancara sebagai bukti pendukung. 3. Pengecekan anggota Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti perlu dilakukan pengecekan ulang kepada informan data agar benar-benar sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan tersebut. Aspek apa saja yang perlu dicek oleh anggota meliputi data, kategorisasi, penafsiran dan kesimpulan. Apabila data yang ditemukan beserta interpretasinya disetujui oleh pemberi databerarti data dan penafsiran tersebut kredibel. Menurut Gibbs 2007, dalam Creswell 2013, reabilitass kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain untuk proyek-proyek yang berbeda. Terdapat berbagai prosedur reabilitas yang dipaparkan oleh Gibbs 2007, dalam Creswell, 2013. Peneliti telah melakukan prosedur reabilitas menurut Gibbs, diantaranya peneliti telah memeriksa hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi. Selain itu, peneliti juga telah memastikan tidak ada definisi yang mengambang mengenai kode-kode selama proses coding. Hal tersebut dilakukan dengan terus membandingkan data dengan kode-kode yang telah dibuat oleh peneliti. 39

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN,

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan proses pelaksanaan penelitian dan memamparkan hasil penelitian. Kemudian dalam bab ini juga akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian. A. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menggali gambaran proses pengambilan keputusan para remaja untuk merokok serta persepsi risiko remaja terhadap rokok. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat menggali informasi maka, peneliti menggunakan wawancara sebagai cara pengumpulan data. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan melakukan wawancara semi terstruktur terhadap tiga orang informan yang telah memenuhi kriteria. Dimana, ketiga informan merupakan remaja perokok yang memasuki usia remaja akhir namun telah merokok sejak usia remaja awal. Sebelum proses pengambilan data berlangsung peneliti menyampaikan tujuan dari penelitian serta menentukan waktu dan tempat yang sesuai untuk melakukan wawncara. Sebelum wawancara dilakukan peneliti juga menyampaikan inform consent yang berisi persetujuan informan untuk menjadi narasumber secara sukarela dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga tidak lupa membangun rapport dengan para informan penelitian agar para informan dapat bercerita secara lebih nyaman dan terbuka. 40 Pelaksanaan pengambilan data dilakukan selama bulan Oktober sampai dengan November 2016. Wawancara dilakukan pada informan yang berdomisili di Yogyakarta. Informan CIP, S, dan FG merupakan mahasiswa yang berasal dari angkatan yang berbeda namun mulai mencoba merokok di usia remaja awal. Dalam wawancara peneliti menggunakan alat perekam suara sebagai sarana untuk menyimpan informasi yang didapatkan melalui wawancara dengan informan. B. HASIL PENELITIAN Proses dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti mengambil enam tahapan dalam proses analisis, yaitu menentukan satuan analisis, menentukan satuan makna, melakukan pengodean, memilah dan menggelompokkan kode kedalam kategori, menemukan hubungan antar kategori, merumuskan tema dan merumuskan makna dari temuan penelitian. Pada tahap awal peneliti telah menentukan satuan analisis yaitu berupa kalimat dalam transkripsi wawancara dengan informan. Peneliti membaca secara berulang hasil transkripsi wawancara dan menandai satuan makna yang ditemukan dalam transkripsi wawancara. Peneliti melakukan pengodean terhadap satuan makna yang ditemukan, memilah dan menggelompokkan kode kedalam kategori. Kemudian, peneliti mencari hubungan dari kategori dan merumuskannya kedalam tema. Setelah tahap tersebut, peneliti menggambarkan tema hasil penelitian yang ditemukan pada setiap subjek dalam bentuk narasi. 1. CIP CIP 19 adalah mahasiswa yang merupakan perokok aktif. Dalam satu hari CIP mengkonsumsi kurang lebih satu bungkus rokok. CIP 41 terbiasa melakukan aktivitas bersama teman-teman sesama kaum perokok. CIP merasa merokok sudah menjadi salah satu kebiasaannya. CIP mencoba merokok untuk pertamakalinya saat duduk dikelas tiga SMA. Saat itu, sebagian besar teman CIP merupakan perokok. CIP mendapatkan tawaran untuk ikut merokok dari teman-temannya. Tawaran untuk ikut merokok sebenarnya sudah CIP dapatkan sejak SD. Tawaran tersebut tak lantas langsung diterima. CIP tetap bertahan dengan tidak menerima tawaran merokok karena rasa takut yang ia miliki. Saat SMA, CIP kembali menerima tawaran untuk merokok. Sebagian besar teman- teman CIP merokok, tetapi CIP tidak merokok. Hal tersebut membuat CIP merasa dirinya berbeda dengan temannya. CIP sempat mendapatkan cemoohan akibat tidak ikut merokok. Teman-teman CIP mengatakan CIP tidak jantan karena tidak merokok. CIP melakukan pertimbangan untuk memutuskan ikut merokok atau tidak ikut merokok. CIP membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berpikir dan melakukan pertimbangan. CIP memiliki keinginan besar untuk menyamai teman-teman tetapi merasa takut akan konsekuensi yang dapat timbul akibat merokok. CIP takut mendapatkan hukuman dari guru ataupun orang tua. Sekolah CIP memiliki peraturan yang melarang siswanya untuk merokok. Orangtua CIP juga melarang CIP untuk merokok. Jika CIP ketahuan merokok maka ia akan mendapatkan hukuman dari guru sekolah maupun dari orangtua. Ketakutan terhadap konsekuensi merokok membuat CIP melakukan pertimbangan 42 berulangkali. Bagi CIP dorongan dari teman-teman mempengaruhinya sehingga berani untuk mengambil keputusan merokok. Saat melihat orang lain merokok, CIP merasa rokok menimbulkan kesenangan bagi orang yang mengkonsumsinya. CIP membayangkan bahwa asap rokok dapat dimainkan sesuka hati dan hal tersebut dapat memberikan kesenangan. CIP juga ingin tahu mengenai varian dari rasa rokok yang sering didengarnya dari pembicaraan teman-teman perokok. Rasa ingin tahu membuat CIP terdorong untuk mengambil keputusan merokok. CIP mengetahui berbagai konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari merokok. Konsekuensi yang ia dapatkan mungkin tidak selalu bersifat memberikan kesenangan tetapi juga dapat mendatangkan kerugian. CIP mengetahui bahwa hukuman bisa saja didapatkan bila CIP mengkonsumsi rokok. Tetapi konsekuensi tersebut tergolong masih bisa di antisipasi dengan merokok secara sembunyi-sembunyi. Pada saat proses pengambilan keputusan untuk mencoba merokok, CIP tidak mempedulikan konsekuensi negatif atau kerugian yang akan didapatkannya. CIP mengetahui bahwa rokok dapat membuatnya menderita gangguan kesehatan hingga menyebabkan kematian. CIP menanggap risiko kesehatan tersebut bersifat tidak pasti. CIP beranggapan bahwa sekali mengkonsumsi rokok tidak akan langsung menghadapkannya dengan kematian. CIP menilai risiko kesehatan dari merokok sebagai suatu 43 kemungkinan yang belum pasti terjadi pada setiap perokok. Ketidakpastian dari konsekuensi kesehatan dari merokok ini sebenarnya tidak terpikirkan selama CIP menimbang konsekuensi sebelum memutuskan untuk merokok. CIP hanya menimbang risiko merokok dari sisi lainnya seperti risiko mendapatkan hukuman dari sekolah maupun dari orangtua. Ketidakpastian dari konsekuensi merokok membuat CIP mempertahankan perilaku merokoknya hingga saat ini. CIP merasa bahwa dirinya belum terkena efek dari merokok sehingga kemungkinan untuk terkena risiko kesehatan merokok sangat minim. CIP mendapatkan umpan balik atau feedback yang tidak menyenangkan dari perilaku merokok. CIP mendapatkan hukuman dari guru akibat perilaku merokoknya. Namun, hukuman tersebut tidak membuat CIP berhenti merokok. Ayah CIP juga sempat mengajukan berbagai pertanyaan tentang rokok yang ditemukan ditas CIP. Larangan untuk merokok diberikan oleh Ayah dan Ibu CIP, tetapi CIP merasa ayahnya tidak peduli dengan perilaku merokok yang ia lakukan. CIP merasakan dampak yang menguntungkan dan merugikan setelah merokok. Setelah mengkonsumsi rokok, CIP merasakan kenikmatan rasa rokok dimulut dan tenggorokan. Asap rokok yang dapat dimainkan juga menimbulkan kesenangan bagi CIP. Rokok memang menimbulkan kesenangan, tetapi disisi lain CIP merasakan gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi rokok. Selain itu, CIP menghabiskan cukup banyak uang untuk membeli rokok. Meski merasakan dampak