PENDAHULUAN Persepsi risiko remaja dalam proses pengambilan keputusan untuk merokok.

5 dengan tujuan untuk melihat gambaran tahapan yang dilalui remaja sebelum akhirnya memutuskan untuk merokok. Memutuskan untuk merokok bukanlah suatu hal yang mudah, dimana perilaku tersebut merupakan perilaku berisiko khususnya dari segi kesehatan. Pengaruh bahan-bahan yang dikandung rokok seperti nikotin, karbonmonoksida dan tar memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi penyakit kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis Kaplan, 1993, dalam Komasari dan Helmi, 2000. Dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya ‘membakar uang’ terlebih lagi hal tersebut dilakukan oleh remaja yang notabene belum memiliki penghasilan sendiri. Pada bungkus rokok telah tercantum peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan Kompasiana, 31 Mei 2013. Secara tak langsung remaja telah mendapat informasi tentang bahaya merokok dari produk rokok yang dijual dipasaran. Tetapi hal tersebut seakan tidak membuat remaja menghindari mengkonsumsi rokok. Jumlah konsumsi rokok masih meningkat 20 persen setiap tahunnya dan perharinya terdapat 45 ribu perokok baru di Indonesia Republika, 19 Juni 2015; Tribunlampung, 27 Januari 2016. Informasi bahaya merokok telah dicantumkan tetapi remaja masih tetap memilih merokok. Slovic dan Severson dalam Puspita, 2014 menyebutkan bahwa remaja yang terlibat dalam perilaku berisiko memiliki pengetahuan terhadap risiko atas perilaku tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, menurut 6 Puspita 2014, perilaku berisiko dipengaruhi oleh persepsi risiko. Namun, berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiastomo 2007, menyebutkan bahwa perilaku berisiko tidak disebabkan oleh persepsi risiko. Adanya kontradiksi antara dua penelitian tersebut membuat peneliti ingin meneliti kembali tentang persepsi risiko. Peneliti berasumsi bahwa keputusan remaja untuk merokok dan tetap merokok dipengaruhi oleh bagaimana persepsi remaja terhadap risiko dari merokok. Oleh sebab itu, peneliti hendak mendalami persepsi risiko remaja terhadap rokok. Persepsi individu merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan Moordiningsih, 2005. Persepsi risiko merupakan penilaian subjektif dari probabilitas suatu kejadian dan sejauh apa individu peduli terhadap konsekuensinya Sjoberg, Bjorg-Elin, dan Rundmo, 2004. Peneliti berasumsi bahwa bagaimana remaja menilai risiko terhadap rokok melatarbelakangi proses pengambilan keputusan. Remaja mungkin menimbang keuntungan dan kerugian yang didapatkan, namun bagaimana remaja menilai konsekuensi tersebut juga dapat mempengaruhi keputusannya. Hal ini membuat proses pengambilan keputusan penting untuk diteliti. Mengingat didalam proses pengambilan keputusan terdapat beberapa tahapan serta diharapkan mampu memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan sepertihalnya persepsi risiko. Penelitian ini penting dilakukan mengingat semakin meningkatnya angka perokok remaja tetapi hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang melatar belakangi keputusan remaja untuk merokok. 7 Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran proses pengambilan keputusan remaja serta bagaimana remaja mempersepsikan risiko dari merokok. Oleh sebab itu, peneliti memilih metode analasis isi kualitatif sebagai metode penelitian. Analisis isi kualitatif adalah metode untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi yang bersifat tertulis, lisan atau visual Supratiknya, 2015. Penelitian ini akan menggunakan analisis isi dengan pendekatan induktif. Pendekatan ini dinilai cocok digunakan mengingat hasil penelitian mengenai proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok dan persepsi remaja terhadap risiko merokok belum banyak dilakukan. Analisis isi merupakan salah satu metode analisis data secara mendetail. Konsep dalam analisis isi kualitatif terdiri dari isi manifest, isi laten, satuan analisis, satuan makna, meringkas teks, abstraksi, konten area, kategori dan tema Elo Kyngas, 2007. Langkah-langkah pengolahan data dari analisis isi yang mendetail dapat memandu peneliti dalam merumuskan tema-tema berdasarkan hasil penelitian. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan mengingat peneliti tergolong masih pemula dalam melakukan penelitian. B. RUMUSAN MASALAH Dalam penelitian ini, masalah umum yang ingin diangkat oleh peneliti adalah “Bagaimana persepsi risiko remaja dalam proses pengambilan keputusan untuk merokok ?” C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok dan persepsi remaja terhadap bahaya merokok. 8 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi ilmu psikologi, khususnya terkait dengan persepsi remaja mengenai risiko merokok dan studi mengenai proses pengambilan keputusan remaja untuk menjadi perokok. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada orang tua mengenai bagaimana persepsi remaja terhadap risiko merokok serta gambaran proses yang dilalui remaja hingga menjadi seorang perokok. Penelitian ini diharapkan mampu membantu para orangtua untuk melihat apa yang menyebabkan para remaja memutuskan untuk merokok. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu orang tua dan guru sebagai figur otoritas dalam mencegah remaja untuk merokok. Bagi para remaja, penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran nyata mengenai konsekuensi yang terjadi apabila mereka memilih untuk merokok. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, peneliti akan memberikan gambaran mengenai merokok sebagai perilaku berisiko, perilaku merokok sebagai hasil proses pengambilan keputusan dan hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja untuk merokok. Pembahasan akan dimulai dengan penjelasan singkat tentang merokok sebagai perilaku remaja yang berisiko, diikuti dengan definisi perilaku merokok, faktor penyebab perilaku merokok, serta tahapan dari perilaku merokok. Kemudian, peneliti akan memaparkan perilaku merokok sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan remaja serta persepsi risiko remaja terhadap bahaya merokok. Diakhir, peneliti juga akan memaparkan mengenai analisis isi induktif sebagai metode dalam menganalisis hasil penelitian ini.

A. Merokok sebagai Perilaku Berisiko

Perilaku dan konsekuensi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Setiap perilaku yang dimunculkan oleh individu diikuti oleh sebuah konsekuensi baik yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Namun, risiko seringkali dikaitkan dengan kehilangan Oppe 1988, Yates,1990;1992 dalam Triompop 1994. Risiko memiliki makna yang berbeda pada setiap individu Brun, 1994 dalam Sjoberg, 2004, dan pemahaman mengenai risiko dipelajari melalui konsep struktur sosial dan budaya serta evaluasi terhadap lingkungan, seperti, bagaimana seharusnya dan tidak seharusnyaBoholm, 1998, dalam Sjoberg, 2004. 10 Risk appears to mean different things to different people see Brun, 1994, for a more extensive discussion of the term, and actions and understandings about risks are learned by socially and culturally structured conceptions and evaluations of the world, what it looks like, what it should or should not be Boholm, 1998, in Sjoberg, 2004. Meskipun demikian, berdasarkan berbagai sumber, perilaku berisiko lebih banyak dikaitkan dengan munculnya kerugian. Perilaku berisiko di artikan sebagai perilaku dengan konsekuensi yang tidak diinginkan dimana berkaitan dengan kemungkinan mendapatkan kerugian atau kehilangan Cairns Cairns 1994, Reese Silbereisen 2001, Raithel 2004, Hurrelmann 2007, dalam Richter, 2010. Menurut Resnick, perilaku berisiko adalah perilaku yang meningkatkan kemungkinan kerugian pada fisik, sosial atau konsekuensi psikososial Carr, 2003. Perilaku berisiko secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan individu Jessor 1988, Hurrelmann Richter, 2006 dalam Richter 2010. Merokok, minum alkohol, mengendarai kendaraan tanpa sabuk pengaman, seks bebas dikatakan sebagai perilaku berisiko yang dinilai dapat mengundang kecacatan dan kematian dini Fawzani, 2015. Centers for Disease Control and Prevention 2013, memantau perilaku berisiko yang menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pemuda, yaitu perilaku yang menyebabkan cendera yang bersifat tidak sengaja dan kekerasan, perilaku seksual yang berkontribusi terhadap infeksi HIV, penyakit menular seksual, serta kehamilan yang tidak diinginkan, konsumsi tembakau, alkohol dan penggunaan obat-obatan, perilaku diet tak sehat, dan gaya hidup bebas. Konsumsi tembakau merupakan salah satu perilaku yang dianggap berisiko. Risiko yang ditimbulkan 11 dari merokok dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti bronchitis, kanker mulut, tenggorokan, pankreas, bahkan kematian Wulan, 2012. Selain itu, merokok juga dapat menjadi batu loncatan bagi terbentuknya penyalahgunaan narkoba, karena pada umumnya penyalahgunaan narkoba diawali dari merokok, disusul merokok ganja dan berlanjut pada konsumsi narkoba Damayanti, dalam Lestary 2011. Adanya risiko yang ditimbulkan dari mengkonsumsi rokok, khususnya dari segi kesehatan dapat menjadi alasan bahwa merokok merupakan salah satu perilaku berisiko.

B. Merokok

1. Definisi dan Proses menjadi Perokok Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar Amstrong dalam Kemala, 2007. Individu yang mencoba untuk merokok tidaklah langsung dapat dikatakan sebagai perokok. Leventhal Clearly 1980; Komasari, 2000 menggambarkan proses yang terjadi dalam tahap menjadi perokok yaitu: a. Tahap prepatory Pada tahap ini individu mendapatkan dorongan untuk mencoba merokok. Tekanan sosial seperti dorongan teman sebaya dan saudara yang lebih tua dapat menjadi inisiator untuk mencoba merokok. Pada tahap ini individu memiliki persepsi dari keterlibatan merokok dan fungsi dari merokok. Pada tahap prepatory, individu terlihat tidak menyadari akan masalah adiksi atau ketergantungan dari merokok. Tahap prepatory untuk 12 mencoba merokok merupakan tahap awal, tahap selanjutnya adalah mencoba rokok untuk pertamakalinya. b. Tahap Initiation Percobaan awal merupakan langkah kritis untuk menjadi perokok. Pada tahap inin individu memutuskan untuk meneruskan atau tidak meneruskan perilaku merokok. c. Tahap Becoming a Smoker Individu yang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. d. Tahap Maintenance of Smoking Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari regulasi diri. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. 2. Faktor penyebab perilaku merokok Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan perilaku merokok, diantaranya: a. Kepuasan Psikologis Kepuasan psikologis memberikan sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku merokok Komasari, 2000. Perilaku merokok dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Rokok diyakini dapat mendatangkan efek-efek yang menyenangkan. Kepuasan psikologis yang didapatkan berkaitan dengan aspek emosi, dimana individu merasakan kenikmatan, kepuasan dan ketenangan setelah merokok. 13 b. Lingkungan Keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komasari 2000, diketahui sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok memuncul perilaku merokok. Sikap permisif orangtua diartikan sebagai penerimaan keluarga terhadap perilaku merokok. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Carolyn 2005, menyebutkan bahwa sebagian besar perokok memiliki keluarga dan teman yang merupakan perokok. Seseorang yang melihat orangtua ataupun saudara kandung yang merokok dapat memicu munculnya keinginan untuk ikut merokok Wulan, 2012. Teman sebaya juga dapat menjadi prediktor perilaku merokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulan 2012, diketahui bahwa teman sebaya mempengaruhi perilaku merokok khususnya pada remaja. Perilaku remaja merokok sebagian besar disebabkan mengikuti teman dekatnya yang merokok. c. Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu merupakan salah satu faktor yang memicu perilaku merokok Wulan, 2012. Rasa ingin tahu terhadap rasa rokok mendorong individu untuk mencoba rokok Dijk, 2006.