Hak Asasi Individual Prinsip Universalitas Hak Asasi Manusia
45 Bagi sebagian negara, penegakan hak asasi harus mempertimbangkan sosio-kultur
masing-masing negara yang berbeda-beda. Karena itu Jack Donnelly menyarankan supaya prinsip universalitas hak asasi dipahami dengan sebaik-baiknya. Ia
membuat rumusan relative universality of human right untuk mengakomodir prinsip universal hak asasi. Donnelly sepakat bahwa hak asasi ada secara alamiah
bersamaan dengan adanya manusia itu sendiri.
“…….We can begin by distinguishing the conceptual universality implied by the very idea of human rights from substantive universality, the universality of a particular
conception or list of human rights. Human rights, following the manifest literal sense of the term, are ordinarily understood to be the rights that one has simply because one is
human. As such, they are equal rights, because we either are or are not human beings, equally. Human rights are also inalienable rights, because being or not being human
usually is seen as an inalterable fact of nature, not something that is either earned or can
be lost. Human rights are thus “universal” rights in the sense that they are held “universally” by all human beings. Conceptual universality is in effect just another way of
saying that human rights are, by definition, equal and ina lienable……”
9
Merujuk pada pendapat di atas, hak asasi manusia secara substantif bersifat universal. Setiap manusia mempunyai kesamaan hakiki yakni hak asasi yang tidak
dapat dikurangi atau ditiadakan oleh siapa pun. Kehendak untuk hidup, tidak diperbudak, hidup layak, merdeka, tidak ingin disakiti, dan bebas menentukan
nasibnya sendiri merupakan keinginan setiap manusia. Hak-hak demikian tidak terbatas oleh perbedaan budaya, atau pun perbedaan sosio-kultur suatu negara. Hak
asasi yang universal itu dalam perkembangannya terbagi dalam dua jenis hak yang spesifik, yakni; hak-hak Sipil dan Politik Sipol dan Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya Ekosob.