Indikator Pencapaian Kompetensi: Tujuan Pembelajaran:

• Siswa secara berkelompok mendengarkan laporan yang dibacakan oleh guru. Elaborasi • Siswa dengan kelompoknya mendiskusikan mengenai cara menentukan isi peristiwa yang ada dalam teks laporan yang sudah dibacanya dengan menuliskan pokok-pokok pikiran. • Siswa dengan kelompoknya berdiskusi mengenai cara menentukan kronologi waktu pada teks laporan yang sudah dibacanya. • Siswa dengan kelompoknya berdiskusi mengenai cara menentukan kebahasaan yang ada dalam teks laporan. • Siswa dengan kelompoknya berdiskusi mengenai cara menentukan jenis dan bentuk laporan. • Siswa dengan kelompoknya menganalisis laporan yang telah dibaca sesuai dengan langkah-langkah yang ditempuhnya. Konfirmasi • Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil yang telah dibuat analisis laporan di depan kelas dengan metode sampling. • Siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Penutup • Refleksi : bertanya jawab mengenai kekurangan pembelajaran yang telah dilaksanakan. • Guru menutup pembelajaran dengan berdoa. 10 menit

I. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik Penilaian : Tes Tulis 2. Bentuk Instrumen : Uraian 3. Instrumen : a. Teks Kronologi Wafatnya Soeharto Kabar duka muncul tepat sewindu yang lalu, yakni pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2008 dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Siang itu, Presiden kedua Republik Indonesia, Haji Muhammad Soeharto, dikabarkan tutup usia. Namun, sekitar pukul 13.00 WIB, berita duka itu masih berupa kasak-kusuk. Belum ada anggota keluarga, pengacara, pejabat negara, atau anggota tim dokter kepresidenan yang mengonfirmasi wafatnya Soeharto. Namun, jumlah pasukan pengamanan yang bertambah seperti mengindikasikan kebenaran kasak-kusuk itu, ada peristiwa besar yang akan berlangsung siang itu di RSPP. Mengutip harian Kompas terbitan 28 Januari 2008, pengamanan di RSPP memang terlihat lebih ketat pada pukul 13.00 WIB. Polisi menambah penjagaan di depan pintu gerbang. Penambahan pengamanan itu dilakukan saat pemberitaan mengenai Soeharto yang dalam masa kritis beredar di media digital dan media elektronik. Antisipasi keamanan pun dilakukan menyusul makin ramainya RSPP yang dipadati wartawan, yang menunggu kabar terkini penguasa pada era Orde Baru tersebut. Spekulasi mengenai memburuknya kondisi Soeharto memang sudah diketahui wartawan pada pagi itu. Sejak Minggu dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, kondisi Soeharto secara umum memang menurun. Padahal, salah satu anggota tim dokter kepresidenan, dr Christian Johannes, mengatakan bahwa Soeharto bisa makan tiga sendok bubur cair pada Sabtu malamnya, sekitar pukul 22.30. Respirasi Soeharto kala itu juga disebut menggembirakan. Namun, sekitar pukul 03.00 WIB-07.00 WIB, kondisi presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu semakin menurun. Tekanan darah Soeharto tercatat 9035-7035 mmHg. Saat kondisi purnawirawan jenderal berbintang lima itu tak kunjung membaik, hampir seluruh keluarga besar Soeharto berkumpul di lantai 5 Gedung A RSPP, tempat Soeharto dirawat. Namun, Ari Sigit, cucu Soeharto yang merupakan anak dari Sigit Harjoyudanto, baru tiba sekitar pukul 10.00 WIB. Tak lama berselang, mantan Menteri Sekretaris Negara yang juga orang dekat Soeharto, Moerdiono, pada pukul 10.00 WIB menyatakan bahwa semua keluarga sudah berkumpul. Kehadiran keluarga besar Soeharto pun dilengkapi kedatangan menantu Soeharto, Halimah Agustina Kamil, di RSPP sekitar pukul 12.35