HUBUNGAN ANTARA SKOR MENGIKUTI PENDIDIKAN PELATIHAN, DAN SKOR PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KINERJA GURU GEOGRAFI SMA/MA DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010
2
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SKOR MENGIKUTI PENDIDIKAN PELATIHAN, DAN SKOR PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KINERJA
GURU GEOGRAFI SMA/MA DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010
Oleh Nina Marlina
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru geografi SMA/MA yang terdiri dari 108 guru geografi dan dilakukan pada 35 dari 55 SMA/MA negeri dan swasta di Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 guru geografi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Teknik Analisis data menggunakan rumus Korelasi Product Moment dengan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Masalah yang diteliti meliputi tiga variabel, terdiri dari dua variabel bebas yaitu skor mengikuti pendidikan dan pelatihan (X1), skor pengalaman mengajar (X2) dan satu variabel terikat yaitu kinerja guru (Y).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Ada hubungan yang yang positif, dan signifikan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA Tahun 2010 yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi rxy = 0,388.
2) Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dengan kinerja guru geografi SMA/MA Tahun 2010 yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi rx1y = 0,009.
3) Ada hubungan yang erat, positif, dan signifikan antara skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi rx2y = 0,467.
(2)
3
HUBUNGAN ANTARA SKOR MENGIKUTI PENDIDIKAN PELATIHAN, DAN SKOR PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KINERJA
GURU GEOGRAFI SMA/MA DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010
Oleh
NINA MARLINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2011
(3)
1
HUBUNGAN ANTARA SKOR MENGIKUTI PENDIDIKAN PELATIHAN, DAN SKOR PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KINERJA
GURU GEOGRAFI SMA/MA DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010
(Skripsi)
Oleh Nina Marlina
0543034029
Pembimbing I : Dr. Sumadi, M.S. Pembimbing II : Drs. Sudarmi, M.Si
Pembahas : Prof. Dr. Bambang Sumitro, M.S
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2011
(4)
17
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir ... 33 2. Peta Administratif Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung
Tahun 2010 ... 54 3. Grafik Jumlah Sekolah di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 ... 57 4. Peta Lokasi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung
(5)
14
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Pendidikan dan Pelatihan ... ... 8
2. Pengalaman Mengajar ... 14
3. Kinerja Guru... 18
a. Penilaian Kinerja Guru ... 21
4. Jenjang Pendidikan ... 29
B. Kerangka Pikir ... 30
C. Hipotesis ... 33
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35
B. Populasi dan Sampel ... 35
1. Populasi ... 35
2. Sampel ... 36
C. Variabel Penelitian ... 39
D. Definisi Variabel Penelitian ... 39
1. Definisi Konseptual Variabel ... 39
a. Pendidikan dan Pelatihan ... 40
b. Pengalaman Mengajar ... 40
c. Kinerja Guru ... 40
2. Definisi Operasional Variabel ... 41
(6)
15
b. Pengalaman Mengajar ... 42
c. Kinerja Guru ... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
1. Teknik Angket ... 43
2. Teknik Dokumentasi ... 43
3. Teknik Observasi ... 44
F. Analisis Data ... 44
1. Uji Persyaratan Instrumen ... 44
1.1 Uji Validitas Instrumen ... 44
1.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 45
1.3 Hasil Uji Instrumen ... 46
a. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 46
b. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 46
2. Teknik Analisis Data ... 47
2.1 Uji Normalitas ... 47
2.2 Uji Homogenitas ... 48
3. Pengujian Hipotesis ... 50
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Daerah Peneliian ... 52
1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 52
2. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 53
3. Bidang Pendidikan ... 56
B. Deskripsi Hasil Penelitian (Data Primer) ... 60
1. Keadaan Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Yang Menjadi Responden ... 60
2. Analisis Data, Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 62
2.1 Hipotesis Pertama ... 63
2.2 Hipotesis kedua ... 65
2.3 Hipotesis Ketiga ... 70
3. Keterbatasan Penelitian ... 73
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA
(7)
16
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Rekapitulasi Rata-rata hasil ujian nasional SMA/MA di Kota Bandar
Lampung Tahun 2008/2009 ... 3
2. Jumlah Populasi dan Sampel Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 ... 37
3. Perolehan Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Tahun 2010 ... 46
4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 47
5. Hasil Uji Normalitas Data Variabel yang Diteliti ... 48
6. Hasil Uji Homogenitas Data Variabel Yang Diteliti ... 49
7. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r .... 51
8. Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Tiap Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 ... 55
9. Jumlah Sekolah di Bandar Lampung Tahun 2010 ... 56
10. Lokasi Penelitian SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 Berdasarkan Kecamatan ... 58
11. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Asal Sekolah ... 60
12. Umur Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 61
13. Status Kepegawaian Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 ... 61
14. Pendidikan Terakhir Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 ... 62
(8)
8
MOTTO
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu Dan Sesungguhnya Yang Demikian Itu Sungguh Berat, Kecuali
Bagi Orang-Orang Yang Khusyu (Q.S Al-Baqarah:45)
Kemenangan Yang Seindah–Indahnya dan Sesukar–Sukarnya Yang Boleh Direbut Oleh Manusia Ialah Menundukan Diri Sendiri.
(Ibu Kartini)
Hidup Adalah Perjuangan Dan Keberhasilan Tidak Dapat Diraih Dengan Cara Yang Mudah,
Akan Tetapi Harus Melalui Kerja Keras Dan Usaha Yang Baik. (Nina Marlina)
(9)
5
MENGESAHKAN 1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Sumadi, M.S. ………
Sekretaris : Drs. Sudarmi, M.Si. ………
Penguji
Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Bambang Sumitro, M.S ………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 196003151985031003
(10)
6
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Nina Marlina
2. NPM : 0543034029
3. Program Studi : Pendidikan Geografi
4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS / FKIP Unila
5. Alamat : Jalan Kopi No. 10a Gedung Meneng Rajabasa Bandar Lampung
6. Telp / Hp : 085279094497
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Januari 2011
Nina Marlina NPM 0543034029
(11)
4
Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA SKOR MENGIKUTI PENDIDIKAN PELATIHAN DAN SKOR PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KINERJA GURU GEOGRAFI SMA/MA DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010 Nama Mahasiswa : Nina Marlina
No. Pokok Mahasiswa : 0543034029 Jurusan : Pendidikan IPS Program Studi : Pendidikan Geografi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komosi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,
Dr. Sumadi, MS. Drs. Sudarmi, M.Si.
NIP 19530171980031005 NIP 195910091986031003
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi
Drs. Iskandar Syah, M.H. Drs. Rosana, M.Si.
(12)
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nina Marlina dilahirkan di Kampung Pojok Desa Palasari Girang Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, pada tanggal 22 Januari 1987 yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak H. Suparman dan Ibu Rohmah.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Palasari Wates selama 5 tahun dan ditamatkan di Sekolah Dasar Negeri 3 Negara Saka Lampung Selatan dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan di SLTPN 1 Kalapanunggal lulus pada tahun 2002, dan kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibadak selesai pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
(13)
10
SANWACANA
Bismillahhirohmannirrohim.
Allhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Antara Skor Mengikuti Pendidikan, Pelatihan dan Skor Pengalaman Mengajar Dengan Kinerja Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat Bapak Dr. Sumadi, M.S selaku pembimbing Utama, dan Bapak Drs. Sudarmi, M.Si selaku pembimbing Pembantu dan sekaligus sebagai Pembimbing Akademik (PA) penulis, serta Bapak Prof. Dr. Bambang Sumitro, M.S selaku Pembahas/penguji Utama. Terimakasih atas bimbingan, arahan-arahan ilmiah yang sangat bermanfaat bagi substansi skripsi ini. Tidak ada yang dapat penulis sampaikan kecuali doa yang tulus dan ikhlas, semoga ilmu dan amal baik yang beliau berikan kepada penulis selama proses
(14)
11 bimbingan menjadi amal ibadah dan Allah SWT menganugerahkan limpahan rahmat, hidayah dan kesehatan lahir dan batin. Amin.
Pada kesempatan ini, tanpa mengurangi rasa hormat penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Rosana, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terimakasih atas bekal ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama ini kepada penulis, mudah-mudahan dapat bermanfaat dan menjadi modal di masa depan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu guru mata pelajaran geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
7. Keluargaku di Lampung (Branti), Mamah Nanda, Mamah Yanun, Mamah
Ajah, Papah, Ucup, Om Idin, terima kasih atas do’a, perhatian, dukungan dan semangatnya selama ini.
(15)
12 8. Sahabat sejatiku yang tak akan pernah terlupakan Panca Setiawati, S.Pd yang selalu setia menemaniku, dan Mba Lia Yunita, S.Pd yang selalu memotivasiku.
9. Yusuf Ambari (Aby) yang selalu memberikanku semangat, dan perhatian, terima kasih atas do’a dan motivasinya selama ini.
10.Teman-teman seperjuanganku Andre Alexander, Ahmad Satriawan, S.Pd,
Rahmatul Hasanah TS, S.Pd, Devi Nilasari, S.Pd, Eka Putri Yantei ZN, S.Pd, Merrina Haditama, S.Pd, Nofi Tri Andriani, S.Pd, Eva Dwi Kurniawati, S.Pd, Visca Melinda, S.Pd, Hesti Sagita Hera, S.Pd, Nora Fidya, S.Pd, Desny Miati, S.Pd, Indah Pratiwi, S.Pd, Evti Sartita, S.Pd, Nurkhoirou’ufiah, Ambar, Endang, Dwie, Mera, Ika, Eti, Amel, Revi, Asih, Fiktiara, Erniyanti, Mba Anjar, Masruri, Wahyu, Joni, Chandra, Fitri, serta teman-teman seperjuanganku geografi 2005 (Geoz child’05) yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan kebersamaan, motivasi yang kalian berikan menjadi kekuatan yang besar untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman di kosanku yang selalu hangat dengan canda dan tawa, Neng Bolang (Mia), Mba Novi, Nia, Philia, Wiwid, Utie, Gita, Elly, Lili, Nurul, Indah, Ines, Mba Ade, Uni Iep, Arya, Ibu dan Bapak Kost. Terima kasih atas do’a, dukungan, semangat dan kebersamaannya selama ini.
12.Posko Nongkrong; Teteh Tayuko, Mba Anggi, Mas Narto, Mas Sigit, Mamah
& Papah Kekey, Anis, Mba Yani, dan A’Ido terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.
(16)
13 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengatahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga skripsi sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.
Bandarlampung, Januari 2011 Penulis
(17)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama, figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses pembelajaran.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Sebagai pengajar atau pendidik guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik.
(18)
Adanya peningkatan dalam mutu pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Guru mempunyai tugas untuk membimbing, mengarahkan dan juga menjadi teladan yang baik bagi para peserta didiknya maka dari itu, dengan setumpuk tugas serta tanggung jawab yang diembannya guru mampu menunjukkan bahwa dia mampu menghasilkan kinerja yang baik demi terciptanya pendidikan yang bermutu.
Keberhasilan kinerja akan tampak apabila terdapat motivasi kepala sekolah, lingkungan sekitar juga dapat menentukan keberhasilan kinerja seseorang oleh karena itu, selain gurunya sendiri yang berusaha meningkatkan kualitas kerjanya, pihak sekolah juga berusaha mengupayakan pemberdayaan gurunya agar memiliki kinerja yang baik dan profesional dalam menjalankan tugasnya. Seorang guru yang baik adalah guru yang mampu mewujudkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat peserta didik merasa nyaman menuntut ilmu bersama gurunya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pendidikan sebagaian besar ditentukan oleh kinerja guru. Dalam dunia pendidikan prioritas guru memikul tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan. Peran penting guru dalam proses pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat terbantahkan. Suroso (2002:46) mengatakan bahwa tidak akan pernah ada kontribusi dari inovasi dalam sistem pendidikan bila guru tidak diberdayakan dan dianggap komponen yang maha penting. Guru adalah agen pembawa perubahan watak dan budaya bagi peserta didik dan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Bernadib (1996:62) bahwa “pendidik atau guru merupakan subyek pembawa nilai dan norma budaya menduduki sentral dalam proses pendidikan”. Dengan demikian, sangat jelas
(19)
bahwa guru merupakan salah satu faktor dominan yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta hubungan etika dan moral.
Kinerja guru SMA/MA di Kota Bandar Lampung belum seperti yang diharapkan, karena kinerjanya masih rendah. Hal ini terbukti dari rendahnya nilai hasil ujian nasional, terutama nilai pada mata pelajaran geografi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Hasil Ujian Nasional SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2008/2009
No. Nama Sekolah Geografi Mata Pelajaran Ekonomi Sejarah
1. SMA/MA 7.2 7.6 7.7
Sumber: Dinas Pendidikan 2009
Berdasarkan data hasil ujian nasional tersebut dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil ujian nasional pada mata pelajaran geografi lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran ekonomi dan sejarah. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung masih rendah.
Faktor lain yang diduga berhubungan dengan rendahnya kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung adalah kurang aktifnya guru-guru dalam mengikuti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Geografi. Hal ini dapat terbukti dari rendahnya tingkat kehadiran guru-guru geografi yang mengikuti kegiatan MGMP Geografi. Kegiatan MGMP geografi yang selalu diselenggarakan dalam satu bulan sekali ini, belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru-guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung. Hal inilah yang menjadi bukti rendahnya kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung.
(20)
Seorang guru yang memiliki pengalaman mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam bidang pendidikan akan memiliki pengalaman pengetahuan yang lebih luas dan lebih baik dibandingkan dengan guru yang tidak pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan sama sekali. Apabila frekuensi mengikuti pendidikan dan pelatihan semakin meningkat, seyogyanya ada peningkatan pula dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan adanya peningkatan profesionalisme guru yang sesuai dengan tujuan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu guru berkewajiban untuk meningkatkan profesionalismenya guna mencapai keberhasilan dalam pembelajaran dan proses pembelajaran yang berkualitas.
Faktor lain yang diduga berhubungan dengan rendahnya kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung adalah pengalaman mengajar, seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar yang lebih lama diperkirakan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang pengalaman mengajarnya lebih sedikit. Dengan demikian, mereka akan lebih mengerti tentang tugas dan kewajibannya, sehingga akan mampu mencapai hasil kerja yang lebih baik dan kemungkinan tingkat kesalahan dalam menjalankan tugas dapat ditekan seminimal mungkin. Semakin bertambah masa kerjanya diharapkan guru semakin banyak pengalaman-pengalamannya. Pengalaman ini erat kaitannya dengan peningkatan profesionalisme pekerjaan guru yang sudah lama mengabdi di dunia pendidikan harus lebih profesional dibandingkan dengan guru yang baru beberapa tahun mengabdi.
(21)
Guru-guru yang kinerjanya bagus mampu mempunyai kemampuan dalam penguasaan bahan pelajaran, profesi, penyesuaian diri, sikap nilai kepribadian, menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh sebab itu, guru berfungsi sebagai pengelola, perencana, pelaksana, penilai, memotivasi dan disiplin dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Kinerja guru dapat ditingkatkan dengan mengikuti pendidikan, pelatihan, dan pengalaman mengajar.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji mengenai “Hubungan Antara Skor Mengikuti Pendidikan, Pelatihan dan Skor Pengalaman Mengajar Dengan Kinerja Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Skor Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan 2. Skor Pengalaman mengajar
3. Kinerja Guru C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara skor mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010?
2. Apakah ada hubungan antara skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010?
(22)
3. Apakah ada hubungan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara:
1. Skor mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010.
2. Skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010.
3. Skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan secara teori tentang pendidikan geografi yang diperoleh selama perkuliahan di Universitas Lampung.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru dalam usaha untuk meningkatkan kinerja guru mata pelajaran geografi.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan meneliti masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
(23)
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam pembelajaran geografi di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah hubungan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA.
2. Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung.
3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah SMA/MA di Kota Bandar Lampung. 4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2010.
5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan.
Pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dan menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya (Dalyono, 1996:5). Dipilihnya ilmu pendidikan sebagai ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini karena ilmu pendidikan mengkaji segala permasalahan manusia di bidang pendidikan.
(24)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan dan Pelatihan
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan. Notoatmodjo (1992) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan).
Simanjuntak mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas bekerja.
Pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan (M. Saleh Marzuki, 1992:5). Sedangkan Michael J. Jucius dalam Moekijat (1991 : 2) menjelaskan istilah latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
(25)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembanan sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah peningkatan kemampuan pegawai yang dalam penelitian ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dalam rangka mencapai tujuan secara efisien dan efektif hubungannya dengan kinerja.
Robinson, Graigh, dan Gardner dalam Karoma (2007:55), merumuskan pendidikan dan pelatihan adalah proses kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, keterampilan atau sikap untuk mencapai standar yang diharapkan; pengalihan pengetahuan dan keterampilan dari seseorang kepada orang lain; teknik dan pengaturan untuk memelihara dan melaksankan pembelajaran.
The Trainer’s library dalam Karoma (2007:56), pendidikan dan pelatihan adalah seluruh kegiatan yang didesain untuk membantu meningkatkan pegawai memperoleh pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan sikap, perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Nadler, Steven, dan James dalam Karoma (2007:56), pelatihan adalah pengalaman pembelajaran yang disiapkan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas pekerjaan pegawai pada saat sekarang. Kinerja diartikan meningkatnya prestasi kerja yang lebih efisien dan efektif bagi dirinya sendiri maupun organisasi. Konsep Lembaga Administrasi Negara, pelatihan lebih menekankan pada proses peningkatan kemampuan seseorang individu dalam melaksanakan tugasnya.
(26)
Peraturan Pemerintah no 101 tahun 2000, tentang diklat, pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS. Pengembangan adalah pembelajaran yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, meskipun mungkin saja mempunyai beberapa pengaruh baik pada pekerjaan sekarang maupun yang akan datang (Atmodiwirio dalam Karoma, 2007:56).
Tujuan pendidikan dan pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan kepribadian PNS, sasarannya adalah tersedianya PNS yang memiliki kualitas tertentu guna memenuhi salah satu persyaratan untuk diangkat dalam jabatan tertentu dan memiliki kompetensi beberapa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya (Atmodiwirio dalam Karoma, 2007:57).
Pelatihan merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, kompetensi, sebagai hasil dari pengajaran dan latihan keahlian dan pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan keahlian yang spesifik. Penataran/pelatihan merupakan bagian dari program pendidikan yang menyangkut proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan atau kemampuan seseorang atau sekelompok orang di luar sistem pendidikan yang berlaku dengan waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (1998:25) pengertian latihan adalah “bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang”.
(27)
Sedangkan menurut Udayana (2001:21) latihan merupakan program yang diharapkan guna memelihara dan memperbaiki kinerja dan pekerjaan yang sekarang. Jadi pendidikan dan latihan adalah proses dan teknik pembelajaran untuk memperbaiki kinerja dalam pekerjaan yang diembannya sekarang.
Notoadmojo (1992:30) menyatakan pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku. Secara konkrit perubahan perilaku itu berbentuk peningkatan kemampuan. Kemampuan ini mencakup kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor.
Menurut Masnur Muslich (2007:13) penataran adalah pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Tujuan pendidikan dan pelatihan adalah sebagai upaya meningkatkan gairah, inovatif, kreatif, kompetitif, dan mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang produktif (Depdiknas, 2001: 1).
Program pendidikan dan pelatihan guru adalah salah satu program yang direncanakan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran sesuai dengan bidangnya. Para guru diberikan pelatihan dalam cara mengajar, pembuatan rencana belajar mengajar yang lebih efektif dan menarik minat siswa dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan para guru.
Istilah-istilah kegiatan pelatihan, hampir bersamaan makna, manfaatnya, maupun prosesnya, yaitu: pendidikan, pelatihan dan pengembangan. Lembaga Administrasi Negara dalam Karoma (2007:55), menyatakan pendidikan dan
(28)
pelatihan jabatan Pegawai Negri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat. Diklat adalah penyelenggaraan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan skor mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah lamanya (jumlah hari) mengikuti penataran yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang pernah diikuti oleh guru.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya yang berkaitan dengan kemampuan atau bekal guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan standar sertifikasi guru kompetensi pedagogik guru meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, 2) Pemahaman standar peserta didik,
3) Pengembangan kurikulum atau silabus, 4) Perencanaan pembelajaran,
5) Pelaksanaan pembelajaran,
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, 7) Evaluasi pembelajaran,
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik. (Jamal Ma’mur Asmani, 2009:60).
Seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik yang terdiri dari 8 kompetensi di atas, jika guru mempunyai pemahaman terhadap landasan pembelajaran guru akan memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik bagi peserta didik serta guru dapat menetapkan berbagai pendekatan, metode, strategi dan teknik pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Seorang guru harus memahami karakteristik peserta didik baik secara fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,
(29)
sosial, emosional dan intelektual sehingga dapat membantu dalam pengembangan kurikulum yang berlaku melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan yang diharapkan.
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang mengenai materi serta penguasaan terhadap struktur dan metode keilmuannya. Terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Kompetensi merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999:20) guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain:
1) Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, 2) Bahan ajar yang diajarkan,
3) Pengetahuan tentang karakteristik siswa,
4) Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan,
5) Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar, 6) Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran,
7) Pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin guna kelancaran proses pendidikan.
Tuntunan atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan
(30)
dalam kompetensi profesionalnya. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu, keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari dampak pengiring yakni di masyarakat, selain itu salah satu unsur pembentuk kompetensi profesional guru adalah tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung kemampuan menggunakan nalar.
2. Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu. Mas’ud Yusuf dalam Karoma (2007:99) mengemukakan bahwa “pengalaman mengajar guru dikaitkan dengan masa kerja guru. Semakin lama masa kerja seorang guru dianggap sudah berpengalaman mengajar, dan semakin sedikit masa kerja seorang guru dianggap belum memiliki pengalaman mengajar”. Seorang guru yang memiliki masa kerja yang lebih lama diperkirakan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya lebih sedikit. Dengan demikian mereka akan lebih mengerti tentang tugas dan kewajibannya, sehingga akan mampu mencapai hasil kerja yang lebih baik dan kemungkinan tingkat kesalahan dalam menjalankan tugas dapat ditekan seminimal mungkin.
Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa semakin lama masa kerja guru, semakin banyak pengalaman guru dalam mengajar dan membimbing sehingga akan semakin baik pula hasil pekerjaannya bila dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya lebih sedikit. Semakin lama masa kerja guru, diharapakan tingkat
(31)
pengetahuan dan keterampilan atau kemampuannya akan lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang memiliki masa kerja lebih sedikit.
Masa kerja dihitung sejak guru yang bersangkutan diangkat menjadi PNS/non PNS sebagai guru, sehingga yang bersangkutan dinominasikan sebagai calon peserta sertifikasi guru melalui SK penetapan kepala dinas pendidikan kaubupaten/kota. Bagi guru PNS yang sebelumnya pernah menjadi guru tetap yayasan (non-PNS), masa kerja sebagai guru yayasan ikut diperhitungkan. Bagi guru non PNS, masa kerja dihitung sejak yang bersangkutan pertama kali diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan pendidikan. (Kunandar, 2009: 90).
Guru yang memiliki masa kerja yang lebih lama, mengalami proses belajar sehingga kemampuannya akan lebih baik. Guru yang memiliki masa kerja yang lebih lama akan memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan William Burton dalam (Sardiman A.M, 2004:31) tentang prinsip-prinsip belajar mengajar:
1. proses belajar adalah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2. proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3. pengalaman mengajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. 4. pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan guru yang
mendorong motivasi kontinu.
5. proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
6. proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid.
7. proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
8. proses belajar yang terbaik apabila guru mengetahui status dan kemajuan. 9. proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara berpisah.
11. proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nalai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.
(32)
13. hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermanfaat baginya.
14. hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. 15. hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
kecepatan yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa dengan masa kerja yang tinggi diharapkan guru telah memiliki keterampilan-keterampilan dalam mengajar. Kemampuan mengajar guru dapat diukur dengan melihat penguasaan keterampilan mengajar guru tersebut. Dengan keterampilan mengajar guru yang baik diharapkan siswa dapat menyerap ilmu yang diberikan dengan baik, karena keberhasilan proses pembelajaran yang ditandai dengan baiknya prestasi belajar siswa ditentukan oleh kemampuan gurunya. Keterampilan dasar mengajar terdiri dari beberapa keterampilan. Menurut Imron (1995: 6) keterampilan dasar mengajar terdiri dari: 1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan menjelaskan 3. Keterampilan penguatan
4. Keterampilan memberikan variasi 5. Keterampilan mengelola kelas
6. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 7. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka guru dengan pengalaman mengajar yang tinggi diharapkan telah memiliki keterampilan-keterampilan dalam mengajar. Kemampuan mengajar guru dapat diukur dengan melihat penguasaan-penguasaan keterampilan mengajar khususnya keterampilan mengajar guru tersebut. Keterampilan mengajar guru yang baik diharapkan siswa dapat menyerap ilmu yang diberikan dengan baik, karena keberhasilan proses pembelajaran dapat
(33)
ditandai dengan baiknya prestasi belajar siswa yang ditentukan oleh kemampuan gurunya.
Semakin lama masa kerja guru semakin banyak pengalaman guru dalam mengajar dan membimbing sehingga akan semakin baik pula kerjanya dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya lebih sedikit. Semakin lama masa kerja guru diharapkan tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan atau kemampuannya akan lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang memiliki masa kerja yang lebih sedikit, sehingga dapat menjadi contoh bagi guru yang lebih junior. Bagi guru yang masa kerjanya belum lama, agar terus meningkatkan keterampilan dan pengalamannya dalam mengajar. Proses pembelajaran yang berulang-ulang diharapkan guru semakin memahami tugas dan kewajibannya sebagai seorang tenaga pendidik.
The Liang Gie (1988:60), mengemukakan;
“ Masa kerja adalah keseluruhan pelaksanaan aktivitas-aktivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan mereka atau mengandung suatu maksud tertentu”. Guru yang mempunyai masa kerja yang sudah lama akan memiliki banyak pengalaman baik pengalaman mendidik dan mengajar, dengan pengalaman yang sudah banyak guru yang sudah senior diharapkan dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik dari guru yang junior dan dapat memberikan contoh yang baik.
Ibnu Syamsi (1994:7) mengemukakan bahwa masa kerja dapat dikatakan masa bagi seorang guru memperoleh pengalaman kerja, baik pengalaman mendidik dan mengajar. Bagi guru, pengalaman mengajar merupakan proses pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar.
(34)
Berdasarkan pendapat tersebut, masa kerja adalah waktu yang dilalui seseorang dalam rangka bekerja dan berusaha.Pengalaman megajar bagi seorang guru adalah lamanya seorang guru tersebut menekuni pekerjaannya pada suatu lembaga pendidikan atau lembaga sekolah dan merupakan salah satu sumber pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang dilakukan.
Sondang P. Siagian (1989:92) mengemukakan:
“Masa kerja seseorang dalam organisasi dapat merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam berbagai segi kehidupan organisasi, misalnya dikaitkan dengan produktifitas kerja, semakin lama seseorang bekerja dalam suatu organisasi, semakin tinggi pula produktifitasnya karena orang tersebut semakin berpengalaman dan memiliki keterampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya”.
Abdul Munir (1997:7) mengemukakan bahwa “masa kerja dapat dikatakan masa aktifnya seorang guru memperoleh pengalaman kerja, baik pengalaman mendidik dan mengajar. Bagi guru pengalaman mengajar merupakan proses latihan yang dilakukan secara berulang-ulang yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar”. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (2001:22), “pengalaman dan pengetahuan sangat diperlukan dalam pengajaran. Guru tidak cukup hanya menguasai pengetahuan spesialisasinya saja, akan tetapi pengalaman dan pengetahuan umum perlu juga dipahami”.
3. Kinerja Guru
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia dari kata dasar “kerja” yang menterjemahkan kata dari bahasa asing “prestasi”, bisa pula berarti hasil kerja. Secara umum kinerja adalah penampilan atau hasil tampilan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
(35)
Kinerja dalam bahasa Inggris adalah performance (Echos dan Shadily dalam Karoma, 2007:10), yang berarti pertunjukkan, perbuatan, prestasi, pelaksanaan dan penyelenggaraan. Ruky dalam Karoma (2007:10), menyatakan istilah kinerja/prestasi adalah pengalih bahasaan dari kata “performance”, berarti prestasi, pertunjukan, dan pelaksanaan tugas. Mehnert dalam Schippers dan Patriana dalam Karoma (2007:10), menyatakan kinerja berorientasi pada nilai-nilai etos, seperti rasa tanggungjawab dan semangat juang. Caplin dalam Suryosubroto (2001:32) mengemukakan bahwa kinerja atau performance, tingkah laku yang membuahkan hasil.
Suryosubroto (2001:33) menyatakan bahwa proses kinerja manusia dilatarbelakangi oleh sifat-sifat, motif, pemikiran dan perasaan berinteraksi dengan pengalaman dan pengetahuan. Berdasarkan proses ini terbentuk sikap mental. Sikap mental tidak dapat dilihat dan tidak dapat diobservasi, yang dapat diobservasi adalah kinerja.
Malayu Hasibuan (2001:34) mengemukakan, kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. Menurut LAN (1997) dalam Mulyasa (2004) kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.
Kinerja dalam penelitian ini, tampak mengandung arti produktivitas kerja yang dilakukan oleh seorang pegawai. Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
(36)
dengan kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral etika.
Variabel-variabel kinerja terdiri atas kompetensi perilaku, sikap menolong, kerajinan, ketetapan, konsekuen, kesabaran, kepedulian, kejujuran, disiplin, keteraturan, keandalan, dan prestasi (Schippers dan Patriana, 1994:34). Mulyasa (2004:82-93) menyatakan bahwa indikator kinerja adalah produktivitas, efektivitas dan efisiensi. Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Efektivitas merupakan suau ukuran yang memberikan gambaran waktu proses pengerjaan sesuatu. Munawir (2002:397), menyatakan efisiensi merupakan suatu ukuran bagaimana pekerjaan dapat dilaksanakan.
Variabel-variabel kinerja terdiri atas kompetensi perilaku, sikap menolong, kerajinan, ketetapan, konsekuen, kesabaran, kepedulian, kejujuran, disiplin, keteraturan, dan prestasi. Indikator kinerja adalah hasil dan jasa, waktu proses pengerjaan sesuatu dan ukuran pelaksanaan pekerjaan.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, maka menurut penulis dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan pengalihbahasaan dari kata “performance”, berarti pelaksanaan tugas, berorientasi pada nilai-nilai etos seperti rasa tanggung jawab diwujudkan dalam tingkah laku yang membuahkan hasil. Proses terbentuk kinerja dilatarbelakangi oleh sifat, motif, pemikiran dan perasaan yang berinteraksi dengan pengetahuan dan pengalaman. Dalam sistem manajemen, kinerja merupakan gambaran mengenai tingkatan pencapaian
(37)
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dalam mewujudkan tujuan, diukur dengan membandingkan kinerja karyawan dan uraian pekerjaan sehingga diketahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan karyawan yang relevan dengan pekerjaannya seperti seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Pada hakikatnya kinerja guru merupakan prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaannya sebagai guru.
a. Penilaian Kinerja Guru
Kinerja mempunyai empat aspek, yaitu (1) kemampuan; (2) penerimaan tujuan sekolah; (3) tingkatan tujuan yang dicapai; (4) interaksi antara tujuan dan kemampuan para karyawan (guru) dalam sekolah, di mana masing-masing elemen berpengaruh terhadap kinerja seseorang. (Veithzal dan Ahmad Fawzi, dalam Lusia Kurniawati, 2009: 28).
Menurut Isjoni dalam Lusia Kurniawati, (2009:29), ukuran kinerja guru dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:
(a) Rasa tanggung jawabnya dalam menjalankan amanah, (b) Profesi yang diembannya,
(c) Rasa tanggungjawab moral yang diembannya,
(d) Kepatuhan dan loyalitas dalam menjalankan tugas keguruan di dalam maupun luar kelas,
(e) Mempersiapkan semua perlengkapan pembelajaran, dan
(f) Mempertimbangkan metodologi pembelajaran, media pembelajaran, dan alat penilaian yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi.
Evaluasi kerja (performance evaluation), yang dikenal juga dengan istilah penilaian kinerja, pada dasarnya merupakan proses yang digunakan sekolah untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kepala sekolah dan para guru harus mengevaluasi kinerja untuk mengetahui tindakan apa yang akan
(38)
diambil. Umpan balik yang spesifik memungkinkan mereka untuk membuat perencanaan strategi, pelatihan dan pengembangan, serta pengambilan keputusan-keputusan lainnya yang berkaitan dengan kemajuan sekolah khususnya bagi anak didik. Penilaian kinerja berkaitan dengan kinerja dan pertanggungjawaban guru kepada sekolah. Dalam dunia yang bersaing secara global, sekolah membutuhkan kinerja yang tinggi, pada saat yang bersamaan guru membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya sebagai pembimbing untuk masa yang akan datang.
Penilaian kinerja merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja karyawan (guru) yang dilaksanakan secara formal berkaitan dengan standar kerja yang telah ditentukan sekolah. Kinerja sebagai suatu sistem pengukuran dan evaluasi, mempengaruhi atribut-atribut yang berhubungan dengan pekerjaan karyawan, perilaku dan keluaran, tingkat absensi untuk mengetahui tingkat kinerja guru pada saat ini. Analisis kinerja perlu dilaksanakan secara terus menerus melalui proses komunikasi antar guru dengan kepala sekolah. Untuk itu, ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja karyawan, yaitu : (1) tugas karyawan; (2) perilaku karyawan; (3) ciri-ciri karyawan. (Veithzal dan Ahmad Fawzi, dalam Lusia Kurniawati 2009:30).
Penilaian kinerja juga sangat penting untuk memfokuskan guru terhadap tujuan strategis dan untuk penempatan untuk penggantian perencanaan dan tujuan untuk pelatihan dan pengembangan. Dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan:
(39)
1. Alat yang paling baik untuk menentukan apakah guru telah memberikan hasil kerja yang memadai dan melaksanakan aktivitas kinerja sesuai dengan standar kinerja;
2. Satu cara untuk penilaian kinerja dengan melakukan penilaian mengenai kekuatan dan kelemahan guru;
3. Alat yang paling baik untuk menganalisis kinerja guru membuat rekomendasi perbaikan.
Indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur, dalam menetapkan indikator kinerja harus dapat didefinisikan suatu bentuk pengukuran yang akan menilai hasil atau outcome yang diperoleh dari aktivitas yang dilaksanakan. Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan guru dari hari ke hari membuat kemajuan demi tujuan dan sasaran dalam rencana strategis.
Penetapan awal indikator hendaknya didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan, sasaran dan hasil yang diinginkan. Penetapan awal ini mungkin didasarkan data atau informasi yang sangat sedikit, namun paling tidak indikator yang ditetapkan sedapat mungkin lebih dari satu. Oleh karena itu, penetapan indikator kinerja haruslah hasil kerja tim, bukan hasil kerja seseorang saja atau hasil pemikiran pemimpin sekolah.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengukur kinerja adalah sebagai berikut: a. Penetapan indikator kinerja, dengan memperhatikan:
1. Karakteristik indikator kinerja yang baik yaitu:
a) Terikat pada tujuan program dan menggambarkan pencapaian hasil, b) Pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas,
c) Terpusat pada hal-hal yang vital dan penting bagi pengambilan keputusan,
(40)
d) Terbatas terikat dengan sistem pertanggungjawaban yang memperlihatkan hasil.
2. Pertimbangan utama penetapannya bahwa indikator kinerja harus: a) Menggambarkan hasil atau usaha pencapaian hasil
b) Merupakan indikator di dalam wewenangnya, c) Mempunyai dampak negatif yang rendah,
d) Digunakan untuk menghilangkan insentif yang sudah ada,
e) Ada pengganti atau manfaat yang lebih besar jika menghilangkan insentif.
(Veithzal dan Ahmad Fawzi, dalam Lusia Kurniawati 2009:30)
Penetapan indikator kinerja harus tetap mengacu pada visi, misi, tujuan, sasaran yang telah ditetapkan.
b. Cara Pengukuran Kinerja
Keberhasilan ataupun kegagalan manajemen dapat diukur dengan melakukan: 1) Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan; 2) Perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil yang diharapkan; 3) Perbandingan antara kinerja tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya; 4) Perbandingan kinerja status sekolah dengan sekolah lain yang lebih
unggul;
5) Perbandingan capaian tahun berjalan dengan rencana dalam tren pencapaian.
(Veithzal dan Ahmad Fawzi, dalam Lusia Kurniawati 2009:30)
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah penampilan, prestasi atau unjuk kerja dari seorang guru yang dapat dinilai secara kuantitas maupun kualitas berkenaan dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran di dalam atau luar kelas. Produktivitas seseorang dalam hal ini guru dapat dinilai dari apa yang dilakukan olehnya dalam melaksanakan tugasnya, yakni bagaimana ia melakukan tugasnya atau unjuk kerjanya. Dengan demikian produktivitas seorang guru dapat ditinjau berdasarkan tingkatan tolok ukur masing-masing yang dapat dilihat kinerjanya.
Kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga
(41)
guru, LPTK juga memiliki tanggungjawab dalam menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika berdampak kepada pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas pula. LPTK juga memiliki andil besar dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan di atas, berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan berkepribadian.
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan diikuti pula dengan rasa tanggunjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pembelajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Guru juga sudah mempertimbangkan tentang metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evalusi.
Menurut Nainggolan (1983:105) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja antara lain:
a. Pendidikan
b. Perbaikan penghasilan dan sistem pengupahan yang dapat menjamin perbaikan gizi dan kesehatan
c. Penghasilan dalam arti imbalan atau penghargaan yang merupakan pendorong dan insentif untuk bekerja lebih baik lagi
d. Jaminan sosial dan lain sebagainya.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja atau prestasi kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan, baik yang berasal dari dalam dapat berupa pendidikan yang mencakup pengetahuan,
(42)
pengalaman kerja, motivasi kerja dan berbagai cita-cita yang ingin dicapai. Sedangkan faktor dari luar berupa pemberian insentif.
Kinerja merupakan kemampuan yang harus dilakukan oleh seseorang sesuai dengan profesinya. Kinerja seorang guru dikatakan unggul (exelence performance) jika memiliki integritas wibawa. Guru yang memiliki integritas ditopang oleh kesejahteraan dan profesionalisme yang utuh. Instrumen yang paling penting dalam rangka membangun integritas atau kewibawaan guru adalah kesejahteraan yang cukup dan perlindungan dalam menjalankan profesinya, disisi lain diperlukan kompetensi dan profesional guru itu sendiri.
Kinerja guru merupakan batas tuntutan minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang pada waktu menampilkan kerjanya. Menurut A.W Wijaya (1996:71) kinerja guru dikatakan tinggi jika:
1. Memiliki rasa tanggungjawab dan disiplin kerja yang tinggi 2. Memegang teguh rahasia jabatan
3. Membela kepentingan organisasi
4. Kepentingan organisasi lebih diutamakan daripada kepentingan diri sendiri 5. Memiliki rasa solidaritas dan semangat tinggi
6. Menghormati dan mengahargai atasan.
Seorang guru dikatakan kinerjanya rendah apabila: 1. Rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan rendah 2. Mau membocorkan rahasia jabatan
3. Masa bodoh terhadap organisasi
4. Rasa solidaritas rendah dan kerjasama sulit dicapai 5. Mau menjelekan atasan dan sesama rekan.
Menurut Piet A. Sahertian dan Fans Mataheru (1981:276) seorang guru memiliki kinerja yang tinggi jika ditandai dengan:
1. Penuh pengembangan diri 2. Ketetapan hati
3. Antusiasme
(43)
Guru yang memiliki kinerja yang rendah ditandai dengan: 1. Melamun bermalas-malasan
2. Suka menganggur
3. Sering meninggalkan tugas 4. Sering absen
5. Selalu cekcok dengan orang lain 6. Apatis terhadap tugas
7. Selalu datang terlambat.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru dikatakan memiliki kinerja yang tinggi jika melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan penuh tanggung jawab dan disiplin kerja yang tinggi dengan penuh profesional. Kinerja guru akan menjadi optimal bila mana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan, maupun anak didik.
Kinerja guru dalam melaksanaan tugasnya menurut Oemar Hamalik (2002:25) guru perlu memiliki tiga kemampuan dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:
1. Kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang, suara, mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal yang bersifat psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin, kreatif, kepercayaan diri, optimis, kritis, objektif, dan rasional.
2. Kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi, tanggungjawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil, pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik.
3. Kemampuan profesional sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi10 kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pengalaman/aplikasi bidang studi, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media dan sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pendidikan, mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar.
(44)
Dari pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, dan prakarsa. Oleh karena itu, meningkat atau menurunnya kinerja guru ditentukan oleh masing-masing individu guru itu sendiri.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat simpulkan bahwa kinerja guru merupakan taraf penyelengaraan tugas dan tanggungjawab guru yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai profesi guru, yang dapat diukur melalui: (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan pembelajaran, (3) kemampuan mengevaluasi pembelajaran, (4) kemampuan memotivasi siswa, (5) kemampuan mengelola kelas, dan (6) disiplin melaksanakan tugas pembelajaran.
(1) Kemampuan merencanakan pembelajaran merupakan kemampuan menyusun program pembelajaran berdasarkan analisis kebutuhan dan tujuan belajar, (2) Kemampuan melaksanakan pembelajaran merupakan kemampuan
memanifestasikan program pembelajaran kepada peserta didik melalui interaksi, situasi dan komunikasi edukatif secara sadar bertujuan untuk mendidik, mengantarkan anak ke arah kedewasaan yang didasari tujuan, bahan, metode, mencakup segi kognitif, afektif, psikomotor, evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pembelajaran.
(3) Kemampuan mengevaluasi pembelajaran merupakan kemampuan mengadakan penilaian yang dimulai persiapan, pengukuran dan penetapan dengan membandingkan informasi yang diperoleh dengan kriteria yang
(45)
digunakan untuk membuat keputusan: keberhasilan program pembelajaran, pencapaian pertumbuhan dan kemajuan siswa.
(4) Kemampuan memotivasi merupakan kemampuan menumbuhkan motivasi -belajar agar berhasil dalam -belajar melalui keterampilan pem-belajaran.
(5) Kemampuan mengelola kelas merupakan kegiatan-kegiatan menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar.
(6) Disiplin pelaksanaan tugas pembelajaran merupakan bentuk ketaatan terhadap aturan-aturan, norma-norma, patokan hukum dan tata tertib yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis.
4. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah kujuruan. Pendidikan menengah
(46)
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
B. Kerangka Pikir
Peran penting guru dalam proses pendidikan adalah salah satu yang tidak dapat terbantahkan, guru merupakan subyek pembawa nilai dan norma budaya yang menduduki sentral dalam pendidikan. Guru sebagai ujung tombak pendidikan yang langsung berada di garis depan berhadapan dengan peserta didik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. Pentingnya tugas guru dalam pendidikan sehingga seorang guru dituntut untuk memiliki kinerja yang baik.
Kinerja guru dalam proses pembelajaran merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan. Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik terutama pada saat proses pembelajaran berlangsung. Guru diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai bidangnya, pandai berkomulikasi mengasuh dan menjadi belajar yang baik bagi peserta didiknya untuk tubuh dan berkembang menjadi dewasa.
(47)
Pentingnya tugas guru dalam pendidikan sehingga seorang guru dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Namun pada kenyataannya kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari skor pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar guru geografi yang masih rendah. Masalah tersebut menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana hubungan antara skor pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung.
Pendidikan dan pelatihan merupakan usaha peningkatan kemampuan, kepandaian, keterampilan pengetahuan di lapangan pekerjaan bagi guru, oleh karena itu dengan pendidikan dan pelatihan diperoleh kemampuan dan menghasilkan perubahan perilaku. Secara konkrit perubahan perilaku itu berupa peningkatan kognitif, afektif maupun psikomotor, bahkan dengan pendidikan dan pelatihan diperoleh guru tetap muda dalam semangat pengetahuan dan keterampilan, di samping itu meningkatkan gairah inovatif, kreatif, kompetitif dan mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang produktif, sehingga dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini pula guru memperoleh bekal agar lebih mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kurikulum atau garis-garis besar program pembelajaran dan wawasan mengenai perkembangan pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan.
Seorang guru yang mengikuti pendidikan dan pelatihan akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang disiapkan untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas pekerjaan, kinerja yang dimaksud adalah meningkatnya kerja guru
(48)
yang lebih efisien dan efektif bagi dirinya maupun sekolah. Keterampilan-keterampilan melaksanakan pembelajaran yang dimiliki oleh seorang guru tidak saja diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga dapat diperoleh melalui mengikuti pendidikan, pelatihan dan pengalaman mengajar guru yang berhubungan dengan kompetensi pedadogik dan kompetensi profesional guru.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pendahuluan dalam rangka pengumpulan informasi dan data awal yang diperlukan dalam penyusunan skripsi. Selanjutnya penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai dasar bagi judul penelitian dan dasar dalam merumuskan hipotesis penelitian. Langkah berikutnya adalah memilih jenis penelitian yang tepat yang akan digunakan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian korelasional dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibagikan kepada 54 responden penelitian. Hasil pengumpulan data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Hasil analisis data tersebut juga dapat dijadikan dasar dalam memutuskan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak sekaligus menjadi dasar untuk menarik suatu kesimpulan penelitian.
(49)
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori-teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008:51).
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif, erat dan signifikan antara skor mengikuti
pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010.
Memilih
Masalah Pendahuluan Penelitian Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis
Memilih Jenis Penelitian
Menentukan Variabel
Menyusun Instrumen Variabel
Terikat
Variabel Bebas Kinerja Guru Geografi
(Y)
Skor Mengikuti Pendidikan, Pelatihan (X1)
Skor Pengalaman Mengajar (X2)
Mengumpulkan Data Analisis
Data Menarik
Kesimpulan
(50)
2. Ada hubungan yang positif, erat dan signifikan antara skor mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010.
3. Ada hubungan yang positif, erat dan signifikan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010.
(51)
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional yang bersifat ex-postfacto, artinya penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel-variabel terikat dalam suatu penelitian (Sukardi, 2008:165).
Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:57) Penelitian Ex-Post facto merupakan penelitian yang dapat mengkaji hubungan dua variabel bebas atau lebih dalam waktu yang bersamaan untuk menentukan efek variabel bebas tersebut pada variabel terikat. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah tentang skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya. (Moh. Pabundu Tika 2005:24). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:115) Populasi adalah keseluruhan atau jumlah dari objek yang akan diteliti.
(52)
Berdasarkan pendapat tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung yang berjumlah 108 guru geografi.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dengan menggunakan cara-cara tertentu. Untuk menentukan besarnya sampel, penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 134) yaitu untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-20% atau 30%-50% atau lebih.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis mengambil sampel sebesar 50% dari SMA/MA negeri dan swasta yaitu jadi sebanyak 54 guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung yang dijadikan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Proporsional Random Sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan memberi kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit keseluruhan populasi. Pengambilan sampel juga dilakukan secara representatif (mewakili) populasi, cara menentukan sampel dengan menggunakan kartu undian dan pengembalian. Untuk lebih jelasnya jumlah sampel tiap sekolah dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
54 108 100
(53)
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Guru Geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010
No. Sekolah (Guru Geografi) Populasi (Guru Geografi) Sampel Cadangan
1. SMA/MA Negeri 44 22 2
2. SMA/MA Swasta 64 32 3
Jumlah 108 54 5
Sumber: MGMP Geografi Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat jumlah populasi dan sampel guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung, dalam penelitian ini yang dijadikan sampel yaitu 22 guru geografi di SMA/MA Negeri dan 32 guru geografi di SMA/MA Swasta jadi keseluruhan jumlah sampel sebanyak 54 guru geografi dan digunakan 5 sampel cadangan yang terdiri dari 2 guru geografi SMA/MA Negeri dan 3 guru geografi SMA/MA Swasta. Digunakannya sampel cadangan adalah untuk menghindari kekeliruan pada saat pengambilan data karena dikhawatirkan sampel yang telah ditentukan tidak bisa memberikan keterangan yang dimaksudkan dalam penelitian.
Prosedur acak sampel yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Sediakan dua buah gelas (A dan B), gelas (A) untuk SMA/MA Negeri dan gelas (B) untuk SMA/MA Swasta.
2) Menulis secara runtut daftar nama anggota masing-masing populasi penelitian berdasarkan jumlah setiap guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung. 3) Nama-nama yang sudah ditulis secara urut digulung kecil dan di masukkan ke
dalam gelas, gelas A untuk SMA/MA Negeri dan gelas B untuk SMA/MA Swasta.
4) Masing-masing gelas yang sudah berisi gulungan-gulungan kertas kecil nama anggota populasi ditutup dengan kertas,
(54)
5) Kertas penutup bagian atas gelas diikat dengan karet gelang untuk menahan gulungan kertas supaya tidak keluar serentak ketika dibalikkan ke bawah, 6) Kertas penutup gelas bagian atas diberi lubang sebesar gulungan kertas nama
masing-masing anggota populasi,
7) Kemudian dilakukan pengocokkan untuk gelas A, setelah dikocok lubang gelas bagian atas dibalikkan ke bawah untuk mengeluarkan satu gulungan kertas yang berisi tulisan nama dan nomor anggota populasi,
8) Setelah salah satu gulungan kertas ke luar, kemudian dibuka dan dicatat sebagai anggota sampel penelitian,
9) Setelah ditulis nama dan nomor urut anggota populasi yang menjadi sampel penelitian, kertas kecil tersebut disimpan dan digantikan dengan gulungan kertas baru yang masih kosong tanpa ada namanya (hal ini dilakukan supaya nama yang ke luar tidak ganda) dan dimasukkan kembali pada gelas pengambilan sampel penelitian,
10) Kemudian gelas dikocok kembali untuk mengambil sampel berikutnya, demikian dilakukan secara berulang-ulang hingga sesuai dengan jumlah perhitungan sampel yang telah ditentukan untuk setiap cluster,
11) Hal serupa juga dilakukan untuk pengambilan sampel pada gela B untuk SMA/MA Swasta.
12) Setelah selesai pengambilan sampel penelitian secara acak hingga 54 (lima puluh empat) responden, lalu diketik secara runtut berdasarkan urutan keluarnya gulungan kertas, dan
(55)
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas yaitu variabel yang berdiri sendiri artinya variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu skor mengikuti pendidikan dan pelatihan (X1), dan skor pengalaman mengajar (X2).
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru geografi (Y).
D. Definisi Variabel Penelitian 1. Definisi Konseptual Variabel
Definisi konseptual merupakan identifikasi istilah dan definisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian-kejadian kelompok individu yang menjadi pusat perhatian ilmu. (Singarimbun, 1995:35).
(56)
a. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Jadi yang dimaksud dengan skor mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah lamanya (jumlah hari) penataran yang diikuti oleh guru.
b. Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis dan satuan pendidikan formal tertentu. Masa kerja adalah lamanya seorang guru menekuni pekerjaannya pada suatu lembaga pendidikan atau lembaga, dari pertama guru tersebut bekerja diangkat sebagai pegawai berdasarkan SK sampai sekarang.
c. Kinerja Guru
Kinerja adalah suatu hasil kerja (prestasi kerja) yang dicapai seseorang dalam melaksankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja dalam penelitian ini merupakan gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dalam mewujudkan tujuan, menekankan pada pendekatan proses yaitu mengkaji tingkatan pencapaian pelaksanaan tugas dan tanggungjawab berdasarkan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, dengan meneliti bagaimana proses tugas-tugas dan tanggungjawab dilakukan.
(57)
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel menurut (Masri Singarimbun, 2006: 46) adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi linier yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.
Pemberian bobot sesuai dengan kontribusinya, masing-masing indikator diberikan bobot. Besar bobot ditentukan berdasarkan kepentingan atau tujuan (penilaian perencana), adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini perlu mendefinisikan masing-masing variabel yang akan diukur, yaitu tentang hubungan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan, dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung tahun 2010.
a. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah jumlah jam (lama) mengikuti penataran, pelatihan berkaitan dengan proses pembelajaran yang pernah diikuti oleh guru dan dihitung berdasarkan lamanya (jumlah hari) mengikuti penataran.
Adapun untuk menentukan kriteria pada variabel lama mengikuti penataran dapat diketahui melalui angket, untuk menentukan kriteria digunakan skor nilai yang mengacu pada buku “Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2008 Panduan Penyusunan Portofolio”.
(1)
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan Korelasi Product Moment yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA diperoleh koefisien korelasi rxy = 0,388. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung. Artinya ada kecenderungan semakin tinggi skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar maka akan semakin tinggi kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Semakin rendah skor mengikuti pendidikan, pelatihan dan skor pengalaman mengajar ada kecenderungan semakin rendah kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung.
2. Berdasarkan hasil perhitungan Korelasi Product Moment yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara skor mengikuti pendidikan, pelatihan dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung diperoleh
(2)
koefisien korelasi rx1y = 0,009. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara X1 dengan Y karena nilai rx1y. Artinya ada
kecenderungan semakin tinggi skor mengikuti pendidikan, pelatihan maka akan semakin tinggi kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung. Semakin rendah skor mengikuti pendidikan, pelatihan ada kecenderungan semakin rendah kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung.
3. Berdasarkan hasil perhitungan Korelasi Product Moment yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 diperoleh koefisien korelasi rx2y = 0,467. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat, positif dan signifikan antara skor pengalaman mengajar dengan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Artinya ada kecenderungan semakin tinggi skor pengalaman mengajar akan semakin tinggi kinerja guru geografi SMA/MA. Semakin rendah skor pengalaman mengajar ada kecenderungan semakin rendah kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung disarankan selalu berupaya untuk meningkatkan kinerja dalam proses pembelajaran.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja guru geografi SMA/MA di Kota Bandar Lampung disarankan kepada guru-guru geografi untuk selalu
(3)
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan baik oleh Dinas Pendidikan maupun instansi lainnya guna menambah wawasan dan pengetahuan dalam pendidikan.
3. Bagi guru yang pengalaman mengajarnya sudah lama/senior agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya yang dimiliki serta dapat menjadi contoh bagi guru yang pengalaman mengajarnya belum lama/yunior. Sedangkan bagi guru yang pengalaman mengajarnya masih baru agar dapat belajar terus sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul munir. 1997. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal, Masa Kerja Dengan Kemampuan Pemberian Layanan Bimbingan Konseling Di SD Negeri Se Kecamatan Palu Timur Kodya Palu. Tesis Universitas Tadulako. Palu
Abin Syamsyudin Makmum. 2004. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Aderina K. Harahap. Hubungan Masa Kerja Dan Lingkungan Kerja Dengan Peningkatan Semangat Kerja Guru Pada SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun 2005/2006. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
A. W. Wijaya. 1996. Administrasi Kepegawaian. PT Cipta Adi Pustaka. Jakarta. Bernadib. 1996. Pendidikan Masa Depan. Angkasa. Bandung.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. 2001. Pedoman Penataran Tertulis Penyelenggaraan, Pengayaan, Tipe A Dan Modul Kualifikasi D2. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2008 Panduan Penyusunan Portofolio. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2008 Panduan Penyusunan Portafolio. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ibnu Syamsi. 1994. Sistem dan Prosedur Kerja. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Jamal Ma’mur Asmani,. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan
Profesional. Power Book (Ihdina). Jogjakarta.
Karoma. 2007. Hubungan Latar Belakang Pendidikan Formal Guru, Pengalaman Penataran Guru, Pembinaan Guru, dan Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin.
(5)
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
Lusiana Kurniawati. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi Kinerja Guru Pada SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2007/2008. Bandar lampung. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Malayu Hasibuan S.P. 2001. Manajemen sumber daya manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Masnur Muslich. 2007. Sertifikasi GuruMenuju Profesionalisme Pendidik. Bumi Aksara. Jakarta.
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
Moh. Panbudu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Moh. Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik Dan
Implementasi. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Notoadmodjo. 1998. Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursid Sumaatmadja. 2001. Metode Pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Pemerintah Provinsi Lampung. 2009.Kota Bandar Lampung Dalam Angka. BPS
Kota Bandar Lampung. Lampung.
Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008. Guru. Noviado Pustaka Mandiri. Jakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.
Piet A. Sahertian dan Fans Mataheru. 1981. Prinsip dan Supervisi Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.
--- dan Ida Aleida Sahertian. 1990. Supervisi Pendidikan: dalam Rangka Program Inservice Education. Rineka Cipta. Jakarta.
(6)
Poerwadarminta. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.
Rusmini, 2003. Kompetensi Guru Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi, http://www.Indomedia.com/bpost/042003/22 Opini. 24 Juli 2010.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.
Sondang P. Siagian. 1989. Peranan Staf dalam Manajemen. Gunung Agung. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta.
Sumadi Suryabrata. 1985. Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suroso. 2002. In Memorian Guru. Jendela. Yogyakarta.
Suryosubroto. B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.
Syah Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.
The Liang Gie. 1988. Penilaian Dan Pelaksanaan Pengembangan Karyawan. BPFE. Yogyakarta.
Thomas Gordon. 1986. Guru Yang Efektif : Cara Untuk Mengatasi Kesulitan Dalam Kelas. Rajawali. Jakarta.
Udayana. 2001. Pengantar Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali: Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2006. Sistem
Pendidikan Nasional. Fokusmedia. Bandung.
Zahera Sy. 1997. Hubungan konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Rajawali. Jakarta.