2.3.1 Prevalensi seluruh cacing
Jumlah specimen positif telur minimal jenis cacing Jumlah specimen yang diperiksa
� 2.3.2
Prevalensi cacing gelang
Jumlah specimen positif telur cacing gelang Jumlah specimen yang diperiksa
� 2.3.3
Prevalensi cacing cambuk
Jumlah specimen positif telur cacing cambuk Jumlah specimen yang diperiksa
� 2.3.4
Prevalensi cacing tambang
Jumlah specimen positif telur cacing tambang Jumlah specimen yang diperiksa
�
Faktor yang Mempengaruhi 2.3.1
Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor dari empat faktor keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan menurut HL. Blum yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula.
Sedangkan apabila salah satu faktor timpangterganggu, maka status kesehatan akan tergeser ke bawah optimal Notoatmodjo, 2007. Menurut Zulkoni 2010 infeksi
kecacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Tingginya angka infeksi di Indonesia dikarenakan masih rendahnya mutu sanitasi di beberapa daerah.
Lingkungan yang dapat berkaitan dengan infeksi soil transmitted helmints adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
a. Daerah Tempat Tinggal
Dataran Tinggi Dataran tinggi atau yang biasa disebut sebagai daerah pegunungan secara
geografis adalah dataran yang terletak pada ketinggian di atas 500 meter dari permukaan air laut. Daerah dapat digolongkan menjadi dataran tinggi apabila
dataran tersebut memiliki sekumpulan puncak yang sama tinggi yang dipisahkan oleh lembah-lembah Subandrio, 2009. Karakteristik lingkungan yang
membedakannya dengan dataran rendah yaitu kelembaban udara yang jauh lebih tinggi, tekanan oksigen yang rendah, suhu yang rendah, radiasi matahari yang
tinggi, kecepatan angin yang tinggi, rendahnya nutrisi, dan topografi yang terjal. Selaian itu karakteristik yang dominan dapat diamati adalah kondisi tanah yang
lebih padat dari daerah dataran rendah Fauzi, 2015. Dengan kondisi kelembaban udara yang tinggi serta kondisi tanah yang padat atau tanah liat
sangat memungkin daerah ini menjadi habitat yang sangat baik untuk perkembangan cacing jenis tularan melalui tanahsoil transmitted helminths.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sinarya 2011 di Cirebon menunjukkan gambaran bahwa prevalensi infeksi cacing tularan tanah yaitu cacing cambuk
Trichuris trichiura pada siswa SD di dataran tinggi lebih tinggi daripada siswa SD di dataran rendah yaitu sebesar 1,49. Sedangkan menurut penelitian
Darusin 2004 di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung yang merupakan daerah dataran tinggi menunjukkan prevalensi infeksi cacing cambuk Trichuris
trichiura yaitu sebesar 1, lebih rendah di dataran tinggi di bandingkan dengan infeksi cacing tularan tanah lainnya seperti Ascaris lumbricoides yaitu 2, dan
cacing tambang yaitu 30.