16
Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri
akan bertindak layaknya orang sukses dan percaya diri. Sebaliknya apabila melihat orang yang gagal dan tidak
mampu, maka kita akan bertindak seperti cermin diri. 3.
Harga Diri Self Esteem; merupakan komponen yang bersifat emosional dan merupakan komponen paling
penting dalam menentukan sikap dan kepribadian kita, merupakan kunci mencapai keberhasilan hidup. Harga diri
akan menentukan semangat, antusiasme dan motivasi diri. Harga diri menentukan prestasi dan keberhasilan diri.
Harga diri berbanding lurus dengan citra diri. Jika citra diri baik, maka harga diri akan tinggi dan begitu pula
sebaliknya. Itulah ketiga komponen yang saling mempengaruhi konsep diri
seseorang.
B. Pengukuran Potensi Diri
Tahap pertama dalam pengembangan potensi diri adalah mengenal diri sendiri. Oleh karena itu mengenal diri sendiri
perlu mendapat prioritas utama. Salah satu cara untuk mengenal diri sendiri adalah melalui teknik pengukuran
potensi diri. Sebagaimana sudah dijelaskan dalam bab II, banyak metode untuk pengukuran potensi diri, namun disini
akan digunakan beberapa metode pengukuran, antara lain dapat dilakukan melalui introspeksi diri, feed back orang lain
serta pengisian instrumen tes kepribadian. Berikut ini akan dibahas satu persatu teknik tersebut.
Modul Diklatpim Tingkat IV
17
1. Pengukuran Individual
Pernahkah anda merenungkan hakekat kehidupan anda? Pernahkah anda merenungkan potensi-potensi diri anda.
Apabila hal ini anda lakukan sebenarnya anda sedang melakukan pengukuran terhadap diri anda sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan potensi diri anda. Teknik ini sangat efektif apabila anda memperhatikan
kata hati anda. Sebab andalah yang paling mengetahui tentang diri anda sendiri.
Berikut in anda diminta untuk merenungkan diri anda sendiri dan merenungkan potensi-potensi yang ada pada
diri anda sendiri seperti yang tertuang dibawah ini. Lembar Pengukuran Individual
No. Kriteria
Potensi
1. Kemampuan dasar
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
2. Sikap Kerja
1. 2.
18
Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri
No. Kriteria
Potensi
3. 4.
5. 6.
7. 8.
3. Kepribadian
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
Untuk bahan latihan seperti tertuang dalam lembar kerja 1. Dalam pengisian lembar kerja ini hendaknya anda telah
melakukan kegiatan renungan diri melalui materi. Pembinaan perilaku kepemimpinan di alam terbuka out
door Kecerdasan emosi
Kesehatan mental Hal ini disebabkan dalam materi-materi tersebut anda dipandu
untuk lebih mengenal diri anda sendiri melalui proses pembelajaran yang telah dirancang dengan baik.
Modul Diklatpim Tingkat IV
19
2. Pengukuran melalui Feed Back Orang Lain
“Feed back” adalah komunikasi yang ditujukan kepada seseorang atau suatu kelompok yang akan memberikan
informasi kepada
orang atau
kelompok yang
bersangkutan, bagaimana kesan yang ditimbulkan pada orang lain dengan tingkah laku yang ditunjukkannya
bahan ajar motivasi berprestasi. “Feed beck” itu membantu seseorang untuk menelaah dan
memperbaiki tingkah lakunya dan dengan demikian ia akan lebih mudah mencapai hal-hal yang diinginkannya.
Selanjutnya dalam bahan ajar ini akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan feed back sebagai berikut:
a. Feed back yang langsung dan tidak langsung
Ada dua macam respon dalam kita berhubungan dengan orang lain yang biasanya digunakan untuk
menilai dirinya. Bila orang-orang bergaul, bagaimana formalnyapun pergaulan atau hubungan mereka toh
seringkali mereka memberi petunjuk-petunjuk halus tentang perasaan mereka mengenai orang-orang yang
dihadapi, ini dapat kita namakan feed back tidak langsung.
Sedangkan feed back yang langsung, terdiri dari pernyataan-pernyataan verbal yang secara khusus
20
Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri
melukiskan bagaimana persepsi orang lain, bagaimana reaksi yang satu terhadap yang lain.
Hal yang menarik pada feed back yang tidak langsung adalah bahwa biasanya sifat halus, samar-
samar, suatu senyuman dapat merupakan kebiasaan dalam
pergaulan, tetapi
senyuman dapat
menyampaikan keakraban dan pujian dengan apa yang dilihatnya, tetapi mungkin pula itu merupakan
petunjuk bahwa orang tersebut takut menjadi akrab dengan orang lain.
Masalah feed back yang halus dan samar-samar ini dirumitkan lagi oleh kenyataan bahwa orang
cenderung untuk melihat hal-hal yang ingin dilihatnya dan cenderung untuk sangat sensitive
terhadap petunjuk-petunjuk dalam lingkungan yang menegaskan dugaan-dugaannya. Bila seseorang
menduga bahwa orang lain akan sulit menerima dirinya, maka ia cenderung menafsirkan senyuman
orang lain sebagai tingkah laku konvensional belaka. Dan bila orang lain agak diam maka ini akan mudah
sekali ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang lain itu menolak dirinya, tidak bersedia menerima dirinya.
Feed back
yang tidak
langsung ini
tidak memungkinkan penafsiran yang tegas. Seringkali
terjadi bahwa ada hal-hal tertentu pada orang lain
Modul Diklatpim Tingkat IV
21 yang tidak kita terima atau benarkan, namun setelah
mengetahui mengapa orang itu demikian atau orang itu berkesempatan untuk memberikan penjelasan
kepada kita, maka tanggapan kita tentang dirinya berubah. Yang juga sering terjadi adalah bahwa feed
back yang kita terima justeru memberikan informasi tentang si pemberi feed back itu sendiri.
Karena sifatnya yang samar-samar maka feedback yang tidak langsung tidak begitu berguna bagi yang
menerimanya, bahkan feedback itu dapat merusak tujuan-tujuan
evaluasi diri.
Orang menerima
feedback yang demikian harus menarik kesimpulan dari petunjuk-petunjuk yang kurang jelas tanpa
mempunyai kesempatan untuk menjajaginya lebih jauh, sehingga ia tidak dapat mengetahui makna yang
sebenarnya ataupun alasan yang mendasarinya. Feed back yang langsung jauh lebih bermanfaat
untuk evaluasi dirinya. Namun feedback yang langsung ini juga dapat tak berguna bila ia tidak
merupakan penilaian atau reaksi yang jujur. Salah satu sebab mengapa tak ada kejujuran dalam hal ini
terletak pada keharusan-keharusan tata krama pergaulan
yang tidak
membenarkan seorang
mengecam orang lain secara terbuka. Akibatnya antara lain adalah bahwa kita kurang percaya bahwa
orang lain akan jujur terhadap kita. Oleh karena itu
22
Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri
agak sulit diyakinkan bila orang lain mengatakan bahwa ia menerima diri kita setelah kita
mengungkapkan aspek-aspek dirinya yang negatif. Karena larangan tata krama tadi maka feedback yang
negatif biasanya kecaman seringkali disertai emosi yang kuat di pihak penerima. Banyak orang yang
hanya akan secara terbuka mengecam orang lain bila ia dalam keadaan marah. Akibatnya adalah bahwa
kita menjadi terbiasa untuk bersifat defensif membela diri atau membalas, sebagai respon
terhadap kecaman yang kita asosiasikan dengan ancaman. Karena kita emosional dalam menyambut
kecaman kita cenderung untuk menanggapinya sebagai penolakan terhadap seluruh diri kita, dan
karena itu kecaman itu adalah sesuatu yang harus kita tangkis atau kita ingkari dengan cara apapun.
Feedback yang tidak langsung sekalipun tidak banyak berguna namun tetap memainkan peranan
yang penting dalam penentuan identitas diri. Respon-respon orang lain terhadap tingkah laku kita
yang seringkali juga bersifat non verbal, mungkin mengandung informasi yang tak mungkin mereka
nyatakan secara lebih langsung. Namun hal itu saja belum cukup, bagi sementara orang mereka lebih
suka menerima feedback yang terus terang saja.
Modul Diklatpim Tingkat IV
23 b.
Feed back yang evaluatif dan deskriptif Terlebih dahulu akan dibicarakan tentang feedback
yang evaluatif, yaitu komunikasi yang mengandung informasi berupa suatu penilaian tentang diri si
penerima feedback. Feedback yang evaluatif adalah petunjuk-petunjuk dalam pergaulan yang dapat
digunakan untuk evaluasi dan reevaluasi diri. Bagi banyak orang feedback yang evaluatif dapat
mempunyai fungsi yang bermanfaat. Melalui pengungkapan diri dan feedback yang
kemudian diperolehnya mereka dapat menguji dugaan-dugaan mereka tentang sampai seberapa
jauh orang lain menerima dan menyukai diri mereka. Hasilnya dapat meningkatkan harga diri mereka.
Feedback yang evaluatif memungkinkan orang untuk mempunyai dan memelihara gambaran yang realistis
tentang kemampuan-kemampuan dan kelemahan- kelemahannya. Dan terakhir, feedback yang evaluatif
merupakan dasar bagi perbaikan diri. Bila kita tidak mengetahui tentang kelemahan-kelemahan kita maka
kita tidak akan tergerak untuk mengatasinya, jadi tidak akan tergerak untuk mengembangkan diri.
Tidak semua orang merasa penting atau perlu untuk memperbaiki diri. Orang-orang yang mempunyai
harga diri yang lemah pada umumnya terutama menginginkan untuk diyakinkan. Mereka cenderung
24
Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri
untuk mencari dalam respon-respon orang lain terhadap dirinya, petunjuk-petunjuk tentang apakah
orang yang dihadapi itu memuji atau mencela dirinya, menerima atau menolak dirinya. Orang-
orang yang “narsistis” mencari pujian, pengaguman dan tepuk tangan dari orang lain dalam usaha mereka
yang tak henti-hentinya untuk menghilangkan keragu-raguan tentang dirinya sebagai manusia.
Oleh karena itu akan lebih bijaksana dan lebih bermanfaat apabila feedback yang diberikan berupa
feedback yang deskriptif. Feedback yang deskriptif lebih banyak mendeskripsikan atau menguraikan
bagaimana reaksi si pengirim atau tingkah laku si penerima, impact tingkah laku si penerima pada diri
si pengirim oleh tingkah laku atau tindakan si penerima.
Ada orang yang tidak memperhatikan unsur-unsur evaluatif
tadi tetapi
mereka mengarahkan
perhatiannya kepada
petunjuk-petunjuk yang
deskriptif yang dapat membantu mereka untuk mengetahui siapa mereka, mereka tidak begitu
mementingkan apakah orang lain dapat menerima mereka atau tidak.
Bila orang mempunyai rasa harga diri yang lemah maka orang tersebut akan cenderung untuk terutama
Modul Diklatpim Tingkat IV
25 memperhatikan
unsur-unsur evaluatif
pada sambutan-sambutan orang lain terhadap dirinya,
pujian atau kecaman, penerimaan atau penolakan. Kurangnya feedback deskriptif yang bermanfaat
untuk sebagian bersumber pada kesulitan untuk meramalkan apakah orang yang akan menerima
feedback itu juga akan menerimanya seadanya ataukah nanti tetap akan mengusuti unsur-unsur
evaluatif di dalamnya. Terlalu sering terjadi bahwa orang-orang yang ingin dapat memanfaatkan
feedback memperolehnya, karena orang yang akan dapat membantu mereka dengan memberikan
feedback itu, telah mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dengan orang lain, dimana orang-
orang lain itu hanya mencari unsur-unsur evaluatif dalam feedback yang diberikan.
c. Feed back yang bermanfaat
Apabila kita ingin membantu orang lain untuk lebih mengenal dan selanjutnya mengembangkan dirinya,
maka perlu hal-hal yang telah diuraikan di atas untuk menjadi bahan pertimbangan.
Apa yang kita ketahui tentang orang yang menjadi penerima feedback serta hubungan pribadi antara dia
dan diri kita tentu sedikit banyak memberi pegangan, cara yang bagaimana yang akan ditempuh.
Persyaratan yang mutlak adalah bahwa feedback itu
26
Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri
diberikan menurut keadaan yang sebenarnya jujur jadi jangan hasil karangan.
Secara umum ada beberapa kriteria yang dapat diperhatikan, agar feedback yang dimaksud sebagai
bahan pengembangan diri seseorang itu merupakan sasarannya, jadi bermanfaat bagi penerima.
Mike Wood Cock dan Dave Francis memberikan saran-saran dalam memberikan feedback sebagai
berikut: Feedback yang bermanfaat sifatnya itu lebih
banyak deskriptif menguraikan dari pada menilai. Ia hanya melukiskan reaksi pengirim
dengan demikian si penerima bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakannya.
Dengan menghindarkan berbicara untuk menilai, maka ini juga akan mengurangi kemungkinan
bahwa si penerima akan memberikan respon yang defensif.
Sifat khusus dan tidak umum. Adalah akan kurang bermanfaat bila orang mengatakan
kepada kita bahwa “sikap kita terlalu mau menguasai”. Akan lebih besar manfaatnya
sebagai feedback, bila orang itu mengatakan: “tadi waktu kita membicarakan apa yang
sebaiknya dilakukan anda tidak mendengar apa yang dikatakan orang-orang lain”, dan saya
Modul Diklatpim Tingkat IV
27 merasa bahwa tadi itu saya terpaksa untuk
menerima apa saja yang anda katakan, jika tidak, ada kemungkinan anda menyerang saya.
Feedback yang bermanfaat memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan si penerima maupun si
pemberi feedback. Feedback dapat merusak bila ia hanya memenuhi kebutuhan atau keinginan si
pemberi dan tidak memperhatikan kebutuhan si penerima.
Feedback itu diarahkan pada tingkah laku si penerima yang perlu diubahnya. Bila feedback
itu hanya mengingatkan kepada kekurangan - kekurangan dirinya yang diluar kekuasaannya
untuk merubah, maka ini akan meningkatkan frustrasinya.
Hendaknya memberikan feedback itu hanya bila dikehendaki oleh yang bersangkutan dan jangan
feedback itu dipaksakan kepadanya. Feedback yang paling bermanfaat adalah bila si penerima
sendiri bertanya sehingga apa yang ditanyakan itu dapat dijawab oleh yang telah mengamat-
amati si penerima. Usahakanlah agar feedback itu diberikan pada
waktu yang tepat. Pada umumnya feedback itu akan bermanfaat bila diberikan sesegera
mungkin setelah terjadi tingkah laku yang diamati itu. ini tentu tergantung pula dari
kesediaan si penerima untuk mendengarkannya
28
Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri
atau bila ada dorongan dari orang lain dan sebagainya.
Feedback itu
hendaknya dicheck
pada sipengirim. Umpamanya si penerima dapat
mengatakan feedback itu dengan kalimat- kalimat atau susunan kata-kata yang lain agar ia
dapat memastikan bahwa komunikasi terjadi secara jelas.
Juga hendaknya feedback itu di check pada orang-orang lain dalam kelompok. Dalam suatu
kelompok yang tengah menjalani suatu training terutama si pengirim maupun si penerima
feedback dapat mencari penegasan apakah feedback itu hanya berdasarkan kesan yang
diperoleh orang satu ataukah memang hal itu juga telah dilihat oleh yang lain-lain.
3. Tes Kepribadian