pimp4PENGENALANPOTENSIDIRI

(1)

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2008


(2)

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2008

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110

Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Pengenalan Dan Pengukuran Potensi Diri

Jakarta – LAN – 2008 91 hlm: 15 x 21 cm ISBN: 979 – 8619 – 38 – 2

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian menegaskan bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional. Untuk mewujudkan profesionalisme PNS ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi kepemimpinan bagi para pejabat dan calon pejabat Struktural Eselon IV baik di lingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sebagai pejabat struktural yang berada pada posisi paling depan atau ujung tombak, pejabat struktural eselon IV memainkan peran yang sangat penting karena bertanggung jawab dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan-kegiatan secara langsung, sehingga buah karyanya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

Untuk mempercepat upaya peningkatan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat IV. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV dapat lebih ditingkatkan sehingga kebutuhan akan pejabat struktural eselon IV yang profesional dapat terpenuhi. Agar penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV menghasilkan alumni dengan kualitas yang sama, walaupun diselenggarakan dan diproses oleh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang berbeda, maka LAN menerapkan kebijakan standarisasi program Diklatpim Tingkat IV. Proses


(3)

iv

standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran sampai pada pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV yang mengalami proses standarisasi adalah modul untuk para peserta (participants’ book). Disadari sejak modul-modul tersebut diterbitkan, lingkungan strategis khususnya kebijakan-kebijakan nasional pemerintah juga terus berkembang secara dinamis. Di samping itu, konsep dan teori yang mendasari substansi modul juga mengalami perkembangan. Kedua hal inilah yang menuntut diperlukannya penyempurnaan secara menyeluruh terhadap modul-modul Diklatpim Tingkat IV ini.

Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul yang telah mengalami penyempurnaan ini, dan mengharapkan agar peserta Diklatpim Tingkat IV dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. Semoga modul hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Kepada Dra. Hj. Wahyu Suprapti, MM dan Ir. Hj. Sri Ratna, MM selaku penulis serta seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami ucapkan terima kasih atas kesungguhan dan dedikasinya.

Jakarta, Juli 2008

KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan upaya mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional melalui jalur pendidikan dan pelatihan (Diklat), pembinaan Diklat khususnya Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat IV ke arah Diklat berbasis kompetensi, terus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Salah satu upaya pembinaan yang telah ditempuh adalah melalui penerbitan modul Diklat.

Kehadiran modul Diklatpim Tingkat IV ini memiliki nilai strategis karena menjadi acuan dalam proses pembelajaran, sehingga kebijakan pembinaan Diklat yang berupa standarisasi penyelenggaraan Diklat dapat diwujudkan. Oleh karena itu, modul ini dapat membantu widyaiswara atau fasilitator Diklat dalam mendisain pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta Diklat; membantu pengelola dan penyelenggara Diklat dalam penyelenggaraan Diklat; dan membantu peserta Diklat dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk maksud inilah maka dilakukan penyempurnaan terhadap keseluruhan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV yang meliputi substansi dan format.

Disadari bahwa perkembangan lingkungan strategis berlangsung lebih cepat khususnya terhadap dinamika peraturan perundangan yang diterbitkan dalam rangka perbaikan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, maka kualitas modul terutama kesesuaian isi dengan kebijakan yang berkembang perlu terus dipantau dan disesuaikan manakala terdapat hal-hal yang sudah tidak relevan lagi. Sehubungan dengan hal ini, modul ini dapat pula dipandang sebagai bahan minimal Diklat, dalam artian bahwa setelah substansinya disesuaikan dengan perkembangan yang ada, maka dapat dikembangkan selama relevan dengan hasil belajar yang akan dicapai dalam modul ini. Oleh karena itu, kami harapkan bahwa dalam rangka menjaga kualitas modul ini, peranan widyaiswara termasuk


(4)

peserta Diklat juga dibutuhkan. Kongkritnya, widyaiswara dapat melakukan penyesuaian dan pengembangan terhadap isi modul, sedangkan peserta Diklat dapat memperluas bacaan yang relevan dengan modul ini, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dinamis, interaktif dan aktual.

Selamat memanfaatkan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ini. Semoga melalui modul ini, kompetensi kepemimpinan bagi peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat tercapai.

Jakarta, Juli 2008

DEPUTI BIDANG PEMBINAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

APARATUR

NOORSYAMSA DJUMARA

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ... iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Deskripsi Singkat... 3

C. Hasil Belajar ... 3

D. Indikator Hasil Belajar ... 3

E. Materi Pokok ... 4

F. Manfaat... 4

BAB II KONSEP PENGENALAN DAN PENGUKURAN POTENSI DIRI ... 5

A. Pengertian ... 5

B. Tujuan dan Manfaat Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri... 9

C. Metode Pengukuran Potensi Diri... 11

D. Latihan... 12


(5)

viii

BAB III PENGUKURAN POTENSI DIRI... 14

A. Apa yang dimaksudkan dengan KONSEP DIRI ... 14

B. Pengukuran Potensi Diri ... 16

C. Pengukuran Ambisi ... 42

D. Latihan ... 47

E. Rangkuman ... 48

BAB IV RANCANGAN PENGEMBANGAN POTENSI DIRI ... 49

A. Hambatan-hambatan Pengembangan Potensi Diri... 49

B. Teknik Pengembangan Potensi Diri ... 57

C. Membuat Rancangan Pengembangan Potensi Diri ... 60

D Latihan ... 64

E Rangkuman ... 64

BAB V PENUTUP... 65

A. Simpulan ... 65

B. Tindak Lanjut... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tidak ada seorangpun yang tidak ingin mencapai ’sukses’ dalam hidupnya. Namun, meraih kesuksesan jelas bukanlah perkara gampang. Ketika kita berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan, banyak tantangan yang harus dihadapi. Ada kalanya seseorang begitu tegar, tetapi tidak sedikit juga yang patah semangat bahkan menyerah karena merasa tidak sanggup menghadapi tantangan yang ada di depannya.

Banyak orang merasa gagal, tidak berdaya dan tidak bisa meraih sukses dalam hidupnya. “Saya sudah bekerja dengan sangat keras, tapi hidup saya tidak ada perbaikan apapun, sementara orang lain hidupnya begitu mudah”. “Jenjang karier di kantor saya tidak jelas, orang yang mendapatkan posisi yang baik belum tentu orang yang tepat”. “Karier saya dari dulu tidak berubah, karena atasan saya tidak suka dengan saya”. Memamg saya tidak mampu, diri ini bodoh, makanya saya tidak pernah berhasil”. Yah, sudah nasib saya begini, pendidikan saya rendah, orang tua saya orang biasa-biasa saja, jadi pantas saja kalau saya tidak berhasil”. Demikianlah antara lain keluhan sebagian orang yang merasa hidupnya gagal, tidak sukses dan merasakan dirinya tidak berarti. Bahkan keluhan itu tidak hanya sekedar keluhan hati, tapi


(7)

2 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

sudah menjadi obrolan seru di sudut-sudut kantor bahkan menjadi keyakinan yang mengakar dalam diri.

Kita sering ragu akan kemampuan diri sendiri untuk membuat perubahan. Jangankan membuat perubahan untuk lingkungan, membuat perubahan di dalam hidup kita sendiri pun kita merasa tidak mampu. Kita merasa terperangkap dalam segala keterbatasan. Kita sering lupa, bahwa kita adalah makhluk paling sempurna di muka bumi ini. Di dalam diri kita ada kemampuan, ada kekuatan dan kekuasaan tak terbatas (Anthony Robbins, penulis Inner Strength dan Unlimited Power).

Lalu, mengapa ada orang yang kerja keras namun hidupnya tetap saja susah dan orang yang kerjanya santai tapi hidupnya berkelimpahan dan sukses. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Salah satu penyebabnya adalah karena seseorang bekerja tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Itulah pentingnya seseorang mengenal dan mengukur potensi dirinya. Begitu juga dengan pejabat eselon IV, agar dapat mengembangkan potensi diri dan stafnya, perlu dibekali dengan kompetensi tentang pengenalan dan pengukuran potensi diri.

Modul Diklatpim Tingkat IV 3

B.

Deskripsi Singkat

Mata pendidikan dan pelatihan ini menjelaskan pengertian, manfaat dan pengembangan potensi pribadi, teknik-teknik pengukuran serta arah pengembangan potensi diri.

C.

Hasil Belajar

Setelah membaca modul Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri ini peserta mampu memahami, menjelaskan dan menerapkan potensi diri dan stafnya menuju pribadi sukses.

D.

Indikator Hasil Belajar

Indikator-indikator hasil belajar adalah :

Peserta mampu memahami dan menjelaskan konsep pengenalan dan pengukuran potensi diri secara baik dan benar

Peserta mampu memahami dan menjelaskan cara/teknik pengenalan dan pengukuran potensi diri secara baik dan benar

Peserta mampu memahami dan menjelaskan pengembangan potensi diri dengan baik dan benar.


(8)

E.

Materi Pokok

Materi pokok yang dibahas dalam modul Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri adalah :

1. Konsep Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri: a. Pengertian Pengenalan dan Pengukuran Potensi

Diri;

b. Tujuan dan Manfaat Pengenalan Pengukuran Potensi Diri;

c. Metode Pengukuran Potensi Diri. 2. Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri:

a. Apa yang dimaksud Konsep Diri; b. Pengukuran Potensi Diri:

1). Tipologi Diri; 2). Kepercayaan Diri; 3). Ambisi.

3. Rancangan Pengembangan Potensi Diri:

a. Hambatan-hambatan Pengembangan Potensi Diri; b. Teknik Pengembangan Potensi Diri;

c. Rancangan Pengembangan Potensi Diri dan Aktualisasi Diri.

F.

Manfaat

Berbekal hasil-hasil belajar pada modul Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri, peserta diharapkan mampu menerapkan potensi yang ada dalam dirinya guna peningkatan kinerja instansinya.

BAB II

KONSEP PENGENALAN DAN

PENGUKURAN POTENSI DIRI

A.

Pengertian

1. Diri

Apakah diri itu? William James (dalam bukunya Principles of Psychology, 1890 seperti dikemukakan dalam Sarwono, 1997) mengemukakan ada dua jenis diri yaitu “Diri” dan “Aku”. Diri adalah sebagai “diri public” (public self atau me) dan “diri pribadi” atau “aku” (private self atau I). Diri sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir dan berkehendak (subjective self). Akan tetapi, teori James yang menggunakan dua diri ini, menurut Sarwono sulit dikembangkan lebih lanjut, karena baik dalam praktik maupun dalam penelitian-penelitian sulit dibedakan antara kedua diri ini. Oleh karena itu, dalam pandangan Sarwono, teori - teori yang timbul kemudian menggunakan salah satu konsep itu saja yaitu diri (self) dan ego (aku) atau menggabungkan kedua konsep itu Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan

mampu menjelaskan konsep pengenalan dan pengukuran potensi diri.


(9)

6 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

dalam satu konsep yang lebih menyeluruh yaitu kepribadian.

Antara self dan ego memang banyak diperbincangkan, karena sesungguhnya sangat sukar dibedakan. Solomon E Asch misalnya berpendapat bahwa secara fenomenal keduanya adalah identik tetapi secara fungsional keduanya tidak sama. Pandangan ahli mengatakan bahwa selain ego lebih luas daripada self, juga lebih bersifat hakikat, lebih inti daripada pribadi manusia sedangkan self adalah lebih sebagai perwujudan fungsional ego. Karena, baik self maupun ego, keduanya dapat dikembangkan, maka dalam modul ini yang dimaksudkan dengan diri adalah kedua-duanya atau secara menyeluruh yang ada pada diri dan kepribadian.

2. Potensi

Berbicara tentang potensi dalam bahan ajar ini yang dimaksudkan adalah potensi yang ada di dalam diri kepribadian manusia. Dalam hal ini tentu tidak akan lepas kaitannya dengan hakekat manusia itu sendiri. Hakekat manusia tersebut adalah: (1) sebagai makhluk Tuhan yang bertaqwa; (2) sebagai makhluk sosial; dan (3) sebagai makhluk yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Apakah yang dimaksud dengan potensi? Menurut kamus umum Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan potensi adalah “kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang namun

Modul Diklatpim Tingkat IV 7

belum dipergunakan secara maksimal.” Potensi tersebut merupakan salah satu pembeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Adapun potensi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kemampuan dasar seperti tingkat intelegensia, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap. Sikap kerja seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja dan daya tahan terhadap stress.

Kepribadian yaitu pola menyeluruh semua

kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik yang jasmaniah, mental, rohani, emosional maupun sosial yang semuanya telah ditata dalam cara khas di bawah aneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam bentuk tingkah laku dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana yang telah dikehendaki (St Poul Society, The Challenge of Your Personality). Beberapa contoh kepribadian adalah keikhlasan, ketulusan, kelincahan, kecerdasan emosi dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Prof. DR. Buchari Zainun, MPA yang disebut dengan potensi adalah “daya”. Daya tersebut dapat bersifat positif yang berupa kekuatan (power) dan bersifat negatif atau kelemahan (weaknesses). Beberapa contoh potensi manusia tersebut antara lain kejujuran, ketegasan, kesucian, keimanan, kesetiaan, kerapian, kematangan, kedewasaan, kecerdikan, kebijakan, kecerdasan, kebenaran, keramah tamahan dan lain sebagainya.


(10)

3. Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

Pengenalan berasal dari kata kenal atau tahu. Pengenalan dalam bahan ajar ini adalah tahu apa potensi yang dimiliki, karena kalau kita tidak tahu apa potensi yang kita miliki bagaimana mungkin kita akan mengembangkannya. Sedangkan pengukuran (measurement) adalah:

Kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur atau instrumen agar kita mengetahui apa potensi yang kita miliki.

Pemberian angka kepada suatu atribut tertentu yang dimiliki oleh orang, obyek tertentu menurut aturan/tolak ukur atau karakteristik tertentu.

Karakteristik Pengukuran adalah penggunaan angka atau skala tertentu dan menggunakan suatu aturan atau formula tertentu.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan, kekuatan dan daya yang ada pada diri dengan menggunakan cara, metode dan alat ukur atau instrumen tertentu dengan aturan/tolok ukur atau karakteristik tertentu. Dengan mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri, maka diri yang bersangkutan akan dapat mengetahui potensi yang harus dikembangkan dan potensi mana yang harus dihilangkan dari diri.

B.

Tujuan

dan

Manfaat

Pengenalan

dan

Pengukuran Potensi Diri

Pengembangan diri harus diawali dengan pengenalan diri Potensi diri merupakan suatu misteri bagi manusia. Oleh karena itu pengenalan dan pengukuran potensi diri tersebut adalah untuk mengungkap misteri yang ada dalam diri. Dengan mengenal dan mengukur potensi diri antara lain akan memberikan gambaran kepribadian seseorang, gambaran kecenderungan seseorang dalam berperilaku. Kecenderungan - kecenderungan ini bukan harga mati, tapi dapat berubah. “Kecenderungan” bukan merupakan “kepastian”. Dalam pengembangan potensi diri, pengukuran potensi diri dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmanakah potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu, baik yang diperoleh melalui introspeksi diri maupun melalui feed back dari orang lain serta tes psikologis. Dengan mengetahui potensi diri, maka diharapkan seseorang dapat memaksimalkan potensi - potensi positif (kekuatan-kekuatan) yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada.

Lalu apakah manfaat pengembangan potensi diri? Manfaat pengembangan potensi adalah untuk mengembangkan nature dan nurture secara tepat. Nature adalah kepribadian manusia yang terbentuk dari bawaan/lahir/bakat. Sedangkan nurture adalah kepribadian manusia yang terbentuk karena pengaruh lingkungan. Dengan demikian pengembangan potensi diri


(11)

10 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

berarti berusaha mengembangkan kepribadian yang berasal dari dalam/bakat dan dikembangkan setelah berinteraksi dengan lingkungan dimana seseorang berada. Pengembangan potensi diri ini adalah berusaha memaksimalkan potensi-potensi positif yang ada dan meminimalisasi kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Dengan demikian seseorang mampu berperilaku sesuai dengan peran yang sedang dimainkannya baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial maupun makhluk Tuhan yang bertaqwa.

Selain itu, beberapa tujuan dan manfaat yang akan diperoleh baik sebagai individu maupun instansi yang bersangkutan, sebagai berikut:

1. Bagi Individu :

Memberi gambaran tentang kekuatan dan

kelemahan atau kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri.

Mengetahui kemampuan yang masih perlu

ditingkatkan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan akan diketahui mana potensi yang akan ditingkatkan dan mana yang harus dihilangkan atau paling tidak diminimalisasi.

Mengetahui bidang kerja yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan mengetahui potensi akan diketahui bidang pekerjaan yang tepat bagi diri. Dengan bekerja pada bidang yang sesuai

Modul Diklatpim Tingkat IV 11

dengan potensi, seseorang yang bekerja tidak akan merasa terpaksa.

2. Bagi Instansi/Perusahaan:

Memberi gambaran yang jelas tentang kemampuan seseorang /karyawan

Sebagai referensi untuk penempatan SDM

Sebagai referensi dalam human resource planning dan career planning.

C.

Metode Pengukuran Potensi Diri

Agar hasil pengukuran mendekati kenyataan yang sebenarnya, maka hendaknya menggunakan metode-metode ilmiah. Yang dimaksudkan dengan metode ilmiah adalah “suatu cara kerja yang mengikuti prosedur ilmiah untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan suatu ilmu pengetahuan”. (Efendi dan Praja, 1993). Adapun suatu metode ilmiah, antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Obyektif, artinya dapat memberikan data atau informasi yang benar sesuai dengan keadaan obyek yang sesungguhnya;

2. Adekuat (Adequate) artinya memadai sesuai dengan masalah dan tujuannya;

3. Reliable, artinya dapat dipercaya, memberikan informasi yang tepat;


(12)

4. Valid artinya dapat dipercaya (sahih) sesuai dengan obyeknya (kenyataan);

5. Sistematis artinya memberi data/informasi yang tersusun baik sehingga memudahkan penarikan kesimpulan; 6. Akurat (accurate) artinya memberikan data/informasi

dengan teliti.

Dalam pengukuran potensi diri ada beberapa metode antara lain:

1. Self Assesment atau Introspeksi Diri;

2. Feedback;

3. Eksperimental; 4. Non – Eksperimental;

5. Tes Psikologis (tes kecerdasan, tes kepribadian, tes kepemimpinan, tes kreativitas dan lainnya);

6. Non Tes (Observasi, Wawancara, Focus Group

Discussion, On the Job Training dan lain-lain).

Dalam modul ini, akan digunakan beberapa metode, antara lain adalah self assessment (introspeksi diri, feed back dan tes).

D.

Latihan

Latihan dalam materi ini lebih menitik beratkan pada pendekatan partisipatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Tuliskan dengan bahasa sendiri apa yang dimaksud dengan potensi diri?

Tuliskan potensi-potensi diri anda yang sangat berpengaruh dalam menunjang karier anda.

Langkah-langkah apakah yang bisa anda lakukan dalam pengukuran potensi diri anda.

E.

Rangkuman

Pengenalan dan pengukuran potensi diri sangat diperlukan bagi seorang pimpinan. Untuk itu pemahaman tentang potensi dirinya sangat dianjurkan. Pengukuran potensi diri tersebut dapat dilakukan melalui diri sendiri (introspeksi diri), malalui feed back dari orang lain serta tes-tes psikologis.


(13)

BAB III

PENGUKURAN POTENSI DIRI

Sebelum membahas dan mempraktikkan metode pengukuran potensi diri serta merancang pengembangannya terlebih dahulu akan dibahas mengenai konsep diri. Apa yang dimaksudkan dengan konsep, komponen konsep diri dan bagaimana meningkatkan konsep diri.

A.

Apa yang dimaksudkan dengan KONSEP

DIRI?

Kita sering mendengar orang menyebut citra diri (self image), harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence). Kita sering bingung apa bedanya? Samakah dengan konsep diri? Dalam bab ini kita akan membahas mengenai konsep diri secara lebih gamblang. Mengapa? Menurut Adi W Gunawan, konsep diri adalah kunci pembuka harta karun potensi. Konsep diri merupakan pondasi utama keberhasilan dalam proses pembelajaran menuju sukses. Setiap upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan diri, prestasi dan kompetensi di bidang apapun hanya akan dapat dilakukan dengan meningkatkan Konsep Diri seseorang. Lalu, apa yang dimaksudkan dengan konsep diri? Konsep Diri adalah persepsi (pandangan) seseorang terhadap dirinya yang

Setelah selesai membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu melakukan pengukuran potensi diri

dengan baik dan benar

Modul Diklatpim Tingkat IV 15

terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting. Konsep diri merupakan sistem operasi komputer mental yang mengendalikan apa yang kita pikirkan, ucapkan, lakukan dan rasakan. Tanpa ada upaya sadar dari pihak kita untuk mengubah konsep diri maka kita akan terus berpikir, berucap dan bertindak dan merasa sama seperti yang kita jalani selama ini.

Konsep diri terdiri dari 3 (tiga) komponen yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya yaitu diri ideal (self ideal), citra diri (self image) dan harga diri (self esteem). Apa yang dimaksud dengan masing-masing komponen, akan diuraikan secara singkat dibawah ini.

1. Diri Ideal (self ideal); adalah sosok individu yang kita ingin menjadi dimasa depan. Setiap orang mempunyai diri ideal baik disadari atau tidak. Ada yang menetapkan secara sadar diri idealnya, tapi ada yang tidak sadar bahwa dia tidak menetapkan diri idealnya. Dengan tidak menetapkan diri ideal sebenarnya dia juga membuat keputusan untuk tidak menjadi siapa-siapa. Diri ideal menentukan sebagian arah hidup seseorang.

2. Citra Diri (Self Image); adalah cara anda melihat diri anda sendiri dan berpikir mengenai diri anda sekarang (saat ini). Citra diri sering disebut cermin diri. Kita akan bertindak sesuai dengan apa yang kita lihat di dalam diri. Kalau kita melihat diri kita sukses dan percaya diri, kita


(14)

akan bertindak layaknya orang sukses dan percaya diri. Sebaliknya apabila melihat orang yang gagal dan tidak mampu, maka kita akan bertindak seperti cermin diri. 3. Harga Diri (Self Esteem); merupakan komponen yang

bersifat emosional dan merupakan komponen paling penting dalam menentukan sikap dan kepribadian kita, merupakan kunci mencapai keberhasilan hidup. Harga diri akan menentukan semangat, antusiasme dan motivasi diri. Harga diri menentukan prestasi dan keberhasilan diri. Harga diri berbanding lurus dengan citra diri. Jika citra diri baik, maka harga diri akan tinggi dan begitu pula sebaliknya.

Itulah ketiga komponen yang saling mempengaruhi konsep diri seseorang.

B.

Pengukuran Potensi Diri

Tahap pertama dalam pengembangan potensi diri adalah mengenal diri sendiri. Oleh karena itu mengenal diri sendiri perlu mendapat prioritas utama. Salah satu cara untuk mengenal diri sendiri adalah melalui teknik pengukuran potensi diri. Sebagaimana sudah dijelaskan dalam bab II, banyak metode untuk pengukuran potensi diri, namun disini akan digunakan beberapa metode pengukuran, antara lain dapat dilakukan melalui introspeksi diri, feed back orang lain serta pengisian instrumen tes kepribadian. Berikut ini akan dibahas satu persatu teknik tersebut.

1. Pengukuran Individual

Pernahkah anda merenungkan hakekat kehidupan anda? Pernahkah anda merenungkan potensi-potensi diri anda. Apabila hal ini anda lakukan sebenarnya anda sedang melakukan pengukuran terhadap diri anda sendiri, khususnya yang berkaitan dengan potensi diri anda. Teknik ini sangat efektif apabila anda memperhatikan kata hati anda. Sebab andalah yang paling mengetahui tentang diri anda sendiri.

Berikut in anda diminta untuk merenungkan diri anda sendiri dan merenungkan potensi-potensi yang ada pada diri anda sendiri seperti yang tertuang dibawah ini.

Lembar Pengukuran Individual*

No. Kriteria Potensi

1. Kemampuan dasar 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

2. Sikap Kerja 1.


(15)

18 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

No. Kriteria Potensi

3. 4. 5. 6. 7. 8.

3. Kepribadian 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Untuk bahan latihan seperti tertuang dalam lembar kerja 1.

Dalam pengisian lembar kerja ini hendaknya anda telah melakukan kegiatan renungan diri melalui materi.

Pembinaan perilaku kepemimpinan di alam terbuka (out door)

Kecerdasan emosi Kesehatan mental

Hal ini disebabkan dalam materi-materi tersebut anda dipandu untuk lebih mengenal diri anda sendiri melalui proses pembelajaran yang telah dirancang dengan baik.

Modul Diklatpim Tingkat IV 19

2. Pengukuran melalui Feed Back Orang Lain

“Feed back” adalah komunikasi yang ditujukan kepada seseorang (atau suatu kelompok) yang akan memberikan

informasi kepada orang atau kelompok yang

bersangkutan, bagaimana kesan yang ditimbulkan pada orang lain dengan tingkah laku yang ditunjukkannya (bahan ajar motivasi berprestasi).

“Feed beck” itu membantu seseorang untuk menelaah dan memperbaiki tingkah lakunya dan dengan demikian ia akan lebih mudah mencapai hal-hal yang diinginkannya. Selanjutnya dalam bahan ajar ini akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan feed back sebagai berikut:

a. Feed back yang langsung dan tidak langsung

Ada dua macam respon dalam kita berhubungan dengan orang lain yang biasanya digunakan untuk menilai dirinya. Bila orang-orang bergaul, bagaimana formalnyapun pergaulan atau hubungan mereka toh seringkali mereka memberi petunjuk-petunjuk halus tentang perasaan mereka mengenai orang-orang yang dihadapi, ini dapat kita namakan feed back tidak langsung.

Sedangkan feed back yang langsung, terdiri dari pernyataan-pernyataan verbal yang secara khusus


(16)

melukiskan bagaimana persepsi orang lain, bagaimana reaksi yang satu terhadap yang lain.

Hal yang menarik pada feed back yang tidak langsung adalah bahwa biasanya sifat halus, samar-samar, suatu senyuman dapat merupakan kebiasaan

dalam pergaulan, tetapi senyuman dapat

menyampaikan keakraban dan pujian dengan apa yang dilihatnya, tetapi mungkin pula itu merupakan petunjuk bahwa orang tersebut takut menjadi akrab dengan orang lain.

Masalah feed back yang halus dan samar-samar ini dirumitkan lagi oleh kenyataan bahwa orang cenderung untuk melihat hal-hal yang ingin dilihatnya dan cenderung untuk sangat sensitive terhadap petunjuk-petunjuk dalam lingkungan yang menegaskan dugaan-dugaannya. Bila seseorang menduga bahwa orang lain akan sulit menerima dirinya, maka ia cenderung menafsirkan senyuman orang lain sebagai tingkah laku konvensional belaka. Dan bila orang lain agak diam maka ini akan mudah sekali ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang lain itu menolak dirinya, tidak bersedia menerima dirinya.

Feed back yang tidak langsung ini tidak memungkinkan penafsiran yang tegas. Seringkali terjadi bahwa ada hal-hal tertentu pada orang lain

yang tidak kita terima atau benarkan, namun setelah mengetahui mengapa orang itu demikian atau orang itu berkesempatan untuk memberikan penjelasan kepada kita, maka tanggapan kita tentang dirinya berubah. Yang juga sering terjadi adalah bahwa feed back yang kita terima justeru memberikan informasi tentang si pemberi feed back itu sendiri.

Karena sifatnya yang samar-samar maka feedback yang tidak langsung tidak begitu berguna bagi yang menerimanya, bahkan feedback itu dapat merusak tujuan-tujuan evaluasi diri. Orang menerima feedback yang demikian harus menarik kesimpulan dari petunjuk-petunjuk yang kurang jelas tanpa mempunyai kesempatan untuk menjajaginya lebih jauh, sehingga ia tidak dapat mengetahui makna yang sebenarnya ataupun alasan yang mendasarinya.

Feed back yang langsung jauh lebih bermanfaat untuk evaluasi dirinya. Namun feedback yang langsung ini juga dapat tak berguna bila ia tidak merupakan penilaian atau reaksi yang jujur. Salah satu sebab mengapa tak ada kejujuran dalam hal ini terletak pada keharusan-keharusan tata krama pergaulan yang tidak membenarkan seorang mengecam orang lain secara terbuka. Akibatnya antara lain adalah bahwa kita kurang percaya bahwa orang lain akan jujur terhadap kita. Oleh karena itu


(17)

22 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

agak sulit diyakinkan bila orang lain mengatakan bahwa ia menerima diri kita setelah kita mengungkapkan aspek-aspek dirinya yang negatif. Karena larangan tata krama tadi maka feedback yang negatif (biasanya kecaman) seringkali disertai emosi yang kuat di pihak penerima. Banyak orang yang hanya akan secara terbuka mengecam orang lain bila ia dalam keadaan marah. Akibatnya adalah bahwa kita menjadi terbiasa untuk bersifat defensif (membela diri) atau membalas, sebagai respon terhadap kecaman yang kita asosiasikan dengan ancaman. Karena kita emosional dalam menyambut kecaman kita cenderung untuk menanggapinya sebagai penolakan terhadap seluruh diri kita, dan karena itu kecaman itu adalah sesuatu yang harus kita tangkis atau kita ingkari dengan cara apapun.

Feedback yang tidak langsung sekalipun tidak banyak berguna namun tetap memainkan peranan yang penting dalam penentuan identitas diri.

Respon-respon orang lain terhadap tingkah laku kita yang seringkali juga bersifat non verbal, mungkin mengandung informasi yang tak mungkin mereka nyatakan secara lebih langsung. Namun hal itu saja belum cukup, bagi sementara orang mereka lebih suka menerima feedback yang terus terang saja.

Modul Diklatpim Tingkat IV 23

b. Feed back yang evaluatif dan deskriptif

Terlebih dahulu akan dibicarakan tentang feedback yang evaluatif, yaitu komunikasi yang mengandung informasi berupa suatu penilaian tentang diri si penerima feedback. Feedback yang evaluatif adalah petunjuk-petunjuk dalam pergaulan yang dapat digunakan untuk evaluasi dan reevaluasi diri. Bagi banyak orang feedback yang evaluatif dapat mempunyai fungsi yang bermanfaat.

Melalui pengungkapan diri dan feedback yang kemudian diperolehnya mereka dapat menguji dugaan-dugaan mereka tentang sampai seberapa jauh orang lain menerima dan menyukai diri mereka. Hasilnya dapat meningkatkan harga diri mereka.

Feedback yang evaluatif memungkinkan orang untuk mempunyai dan memelihara gambaran yang realistis tentang kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahannya. Dan terakhir, feedback yang evaluatif merupakan dasar bagi perbaikan diri. Bila kita tidak mengetahui tentang kelemahan-kelemahan kita maka kita tidak akan tergerak untuk mengatasinya, jadi tidak akan tergerak untuk mengembangkan diri. Tidak semua orang merasa penting atau perlu untuk memperbaiki diri. Orang-orang yang mempunyai harga diri yang lemah pada umumnya terutama menginginkan untuk diyakinkan. Mereka cenderung


(18)

untuk mencari dalam respon-respon orang lain terhadap dirinya, petunjuk-petunjuk tentang apakah orang yang dihadapi itu memuji atau mencela dirinya, menerima atau menolak dirinya. Orang-orang yang “narsistis” mencari pujian, pengaguman dan tepuk tangan dari orang lain dalam usaha mereka yang tak henti-hentinya untuk menghilangkan keragu-raguan tentang dirinya sebagai manusia.

Oleh karena itu akan lebih bijaksana dan lebih bermanfaat apabila feedback yang diberikan berupa feedback yang deskriptif. Feedback yang deskriptif lebih banyak mendeskripsikan atau menguraikan bagaimana reaksi si pengirim atau tingkah laku si penerima, impact tingkah laku si penerima pada diri si pengirim oleh tingkah laku atau tindakan si penerima.

Ada orang yang tidak memperhatikan unsur-unsur evaluatif tadi tetapi mereka mengarahkan perhatiannya kepada petunjuk-petunjuk yang deskriptif yang dapat membantu mereka untuk mengetahui siapa mereka, mereka tidak begitu mementingkan apakah orang lain dapat menerima mereka atau tidak.

Bila orang mempunyai rasa harga diri yang lemah maka orang tersebut akan cenderung untuk terutama

memperhatikan unsur-unsur evaluatif pada sambutan-sambutan orang lain terhadap dirinya, pujian atau kecaman, penerimaan atau penolakan. Kurangnya feedback deskriptif yang bermanfaat untuk sebagian bersumber pada kesulitan untuk meramalkan apakah orang yang akan menerima feedback itu juga akan menerimanya seadanya ataukah nanti tetap akan mengusuti unsur-unsur evaluatif di dalamnya. Terlalu sering terjadi bahwa orang-orang yang ingin dapat memanfaatkan feedback memperolehnya, karena orang yang akan dapat membantu mereka dengan memberikan feedback itu, telah mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dengan orang lain, dimana orang-orang lain itu hanya mencari unsur-unsur evaluatif dalam feedback yang diberikan.

c. Feed back yang bermanfaat

Apabila kita ingin membantu orang lain untuk lebih mengenal dan selanjutnya mengembangkan dirinya, maka perlu hal-hal yang telah diuraikan di atas untuk menjadi bahan pertimbangan.

Apa yang kita ketahui tentang orang yang menjadi penerima feedback serta hubungan pribadi antara dia dan diri kita tentu sedikit banyak memberi pegangan, cara yang bagaimana yang akan ditempuh. Persyaratan yang mutlak adalah bahwa feedback itu


(19)

26 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

diberikan menurut keadaan yang sebenarnya (jujur) jadi jangan hasil karangan.

Secara umum ada beberapa kriteria yang dapat diperhatikan, agar feedback yang dimaksud sebagai bahan pengembangan diri seseorang itu merupakan sasarannya, jadi bermanfaat bagi penerima.

Mike Wood Cock dan Dave Francis memberikan saran-saran dalam memberikan feedback sebagai berikut:

Feedback yang bermanfaat sifatnya itu lebih banyak deskriptif (menguraikan) dari pada menilai. Ia hanya melukiskan reaksi pengirim dengan demikian si penerima bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakannya. Dengan menghindarkan berbicara untuk menilai, maka ini juga akan mengurangi kemungkinan bahwa si penerima akan memberikan respon yang defensif.

Sifat khusus dan tidak umum. Adalah akan kurang bermanfaat bila orang mengatakan kepada kita bahwa “sikap kita terlalu mau menguasai”. Akan lebih besar manfaatnya sebagai feedback, bila orang itu mengatakan: “tadi waktu kita membicarakan apa yang sebaiknya dilakukan anda tidak mendengar apa yang dikatakan orang-orang lain”, dan saya

Modul Diklatpim Tingkat IV 27

merasa bahwa tadi itu saya terpaksa untuk menerima apa saja yang anda katakan, jika tidak, ada kemungkinan anda menyerang saya. Feedback yang bermanfaat memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan si penerima maupun si pemberi feedback. Feedback dapat merusak bila ia hanya memenuhi kebutuhan atau keinginan si pemberi dan tidak memperhatikan kebutuhan si penerima.

Feedback itu diarahkan pada tingkah laku si penerima yang perlu diubahnya. Bila feedback itu hanya mengingatkan kepada kekurangan -kekurangan dirinya yang diluar kekuasaannya untuk merubah, maka ini akan meningkatkan frustrasinya.

Hendaknya memberikan feedback itu hanya bila dikehendaki oleh yang bersangkutan dan jangan feedback itu dipaksakan kepadanya. Feedback yang paling bermanfaat adalah bila si penerima sendiri bertanya sehingga apa yang ditanyakan itu dapat dijawab oleh yang telah mengamat-amati si penerima.

Usahakanlah agar feedback itu diberikan pada waktu yang tepat. Pada umumnya feedback itu akan bermanfaat bila diberikan sesegera mungkin setelah terjadi tingkah laku yang diamati itu. (ini tentu tergantung pula dari kesediaan si penerima untuk mendengarkannya


(20)

atau bila ada dorongan dari orang lain dan sebagainya).

Feedback itu hendaknya dicheck pada sipengirim. Umpamanya si penerima dapat mengatakan feedback itu dengan kalimat-kalimat atau susunan kata-kata yang lain agar ia dapat memastikan bahwa komunikasi terjadi secara jelas.

Juga hendaknya feedback itu di check pada orang-orang lain dalam kelompok. Dalam suatu kelompok yang tengah menjalani suatu training terutama si pengirim maupun si penerima feedback dapat mencari penegasan apakah feedback itu hanya berdasarkan kesan yang diperoleh orang satu ataukah memang hal itu juga telah dilihat oleh yang lain-lain.

3. Tes Kepribadian

Pengenalan diri akan membantu individu melihat kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya, melihat hal-hal yang telah berkembang dengan hal-hal yang masih perlu dikembangkan. Salah satu instrumen untuk pengenalan diri adalah melalui “tes kepribadian”. Dalam bahan ajar ini anda akan dipandu untuk melakukan tes kepribadian anda khususnya dalam hal:

Tipologi Diri

Kepercayaan pada diri sendiri Pengukuran ambisi

Sebelum membaca dan membahas mengenai tipologi diri ini, Anda akan dipandu oleh widyaiswara untuk mengisi lembar kerja 2 terlebih dahulu.

Berikut ini akan dibahas satu persatu hasil interpretasi diri Anda:

a. Tipologi Diri

Manusia itu adalah makhluk Tuhan yang paling unik. Tidak ada manusia yang persis sama, walaupun mereka terlahir kembar sekalipun. Namun kalau kita amati lebih cermat, manusia pada dasarnya dapat digolongkan pada beberapa tipe. Coba anda bayangkan sejenak, saudara-saudara anda, teman dan sahabat anda, orang-orang yang anda temui dalam pergaulan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat. Mereka ada yang mudah bersahabat, pendiam, keras kepala, pemarah, pendendam, penyabar, humoris, santai, perfeksionis, penggembira, optimis, pesimis, percaya diri, rendah diri, acuh tak acuh dan sebagainya. Ternyata bahwa mereka memiliki suatu pola kepribadian tertentu. Banyak teori yang menjelaskan mengenai hal ini. Salah satu teori akan dibahas dalam modul ini, yaitu teori yang dikemukakan oleh Hippocrates dan Galenus, yang mengatakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat


(21)

30 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

cair yang ada dalam tubuhnya. Teori ini sudah cukup populer, lebih sederhana dan mudah dimengerti orang awam. Adapun kecenderungan ke empat golongan kepribadian tersebut adalah:

1). Sanguinis Populer (Ekstrovet, Membicara,

Optimis )

a). Kekuatan Emosi Sanguinis Populer. Kepribadian yang menarik, suka bicara, menghidupkan pesta, rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara fisik

memukau pendengar, emosional dan

demonstratif, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik di panggung, lugu dan polos, hidup di masa sekarang, mudah diubah, berhati tulus, selalu kekanak-kanakan.

b). Kekuatan Sanguinis (Populer di pekerjaan, sukarelawan untuk tugas), memikirkan kegiatan baru, tampak hebat di permukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai dengan cara cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut, mempesona orang lain untuk pekerja.

c). Kekuatan Sanguinis (populer sebagai teman), mudah berteman, mencintai orang, suka dipuji, tampak menyenangkan.

Modul Diklatpim Tingkat IV 31

2).Kepribadian Koleris Kuat ( Ekstrovet, Pelaku, Optimis )

a). Kekuatan Emosi Koleris Kuat. Berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkesan kuat dan tegas, tidak emosional bertindak, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja. b). Kekuatan Koleris Kuat Sebagai Orang Tua.

Memberikan kepemimpinan kuat,

menetapkan tujuan, memotivasi keluarga atau kelompok, tahu jawaban yang benar, mengorganisasi rumah tangga.

c). Kekuatan Koleris kuat di pekerjaan, berorientasi target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan.

d). Kekuatan Koleris Kuat sebagai teman, tidak terlalu perlu teman, mau bekerja untuk

kegiatan, mau memimpin dan

mengorganisasi, biasanya selalu benar, unggul dalam keadaan darurat.


(22)

3).Kepribadian Melankolis Sempurna (Introvet, Pemikir, Pesimis)

a). Kekuatan Emosi Melankolis Sempurna. Mendalam dan penuh pikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistik atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, idealis.

b). Melankolis Sempurna Sebagai Orang Tua. Menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, menjaga rumah selalu rapi, merapikan barang anak-anak, mengorbankan keinginan sendiri untuk yang lain, mendorong intelegensi dan bakat.

c). Kekuatan Melankolis Sempurna di

pekerjaan. Berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib dan terorganisasi, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai, suka diagram, grafik, bagan dan daftar.

d). Kekuatan Melankolis Sempurna sebagai teman. Hati-hati dalam berteman, puas tinggal di latar belakang, menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau

mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain.

4).Kepribadian Phlegmatis Damai (Introvet,

Pengamat, Pesimis)

a). Kekuatan Emosi Phlegmatis Damai. Kepribadian rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang dan mampu, sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten, tenang tetapi cerdas, simpatik dan baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, serba guna.

b). Kekuatan Phlegmatis Damai sebagai Orang Tua. Menjadi orang tua yang baik, menyediakan waktu bagi anak-anak, tidak tergesa-gesa, bisa mengambil yang baik dari yang buruk, tidak mudah marah.

c). Kekuatan Phlegmatis damai di Pekerjaan. Cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif, menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan, menemukan cara yang mudah.

d). Kekuatan Phlegmatis damai sebagai teman. Mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung, pendengar yang baik, selera humor yang menggigit, suka


(23)

34 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

mengawasi orang, punya banyak teman, punya belas kasihan dan perhatian.

b. Kepercayaan Pada Diri Sendiri

Setelah mengisi lembar kerja 3, sekarang Anda telah mengetahui kecenderungan Anda dalam tingkat kepercayaan diri. Hasil analisis menunjukkan kecenderungan tingkat kepercayaan diri anda sebagai berikut:

Sangat kuat

Kepercayaan diri bukanlah persoalan bagi anda. Anda jarang khawatir, apakah akan membuat kesan yang baik pada orang lain atau tidak. Anda tak punya keraguan ataupun rendah diri.

Kuat

Dibandingkan orang lain dan kelompok umur anda, tingkat kepercayaan diri yang anda miliki adalah baik. Anda tidak khawatir mengenai kesan yang anda timbulkan pada orang lain. Anda jarang ragu dan tidak punya rasa rendah diri.

Rata-rata sampai kuat

Tingkat kepercayaan diri anda berada dalam batas yang normal, cenderung agak kuat.

Modul Diklatpim Tingkat IV 35

Rata-rata sampai lemah

Tingkat kepercayaan diri anda berada dalam batas normal, cenderung agak lemah. Anda cenderung merasa ragu, kuatir tentang kesan yang anda timbulkan pada orang lain dan mempunyai perasaan rendah diri.

Lemah

Kepercayaan diri menjadi persoalan bagi anda. Anda sering khawatir tentang kesan yang anda timbulkan pada orang lain. Sebaiknya anda mendekati persoalan hidup dengan rasa yang lebih percaya diri dan tidak bersikap emosional.

Kepercayaan-diri adalah efek dari bagaimana kita merasa,

meyakini dan mengetahui. Orang yang punya kepercayaan diri

rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya.

Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.


(24)

Buat kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan-diri atau merasa telah kehilangan kepercayaan kepercayaan-diri, mungkin langkah-langkah di bawah ini bisa dijadikan proses latihan:

1). Menciptakan definisi diri positif.

Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah mengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptakan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita lakukan adalah:

Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri/membuat opini yang positif tentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan.

Belajar melihat bagian-bagian positif/kelebihan/ kekuatan yang kita miliki.

Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.

Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, hanya beban masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan

motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun kepercayaan diri.

2). Memperjuangkan keinginan yang positif

Merumuskan program/agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah kepercayaan diri kita. Pada akhirnya kita hanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita.

3).Mengatasi masalah secara positif

Memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah kepercayaan diri kita. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasa menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita seringkali bermasalah.


(25)

38 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

4).Memiliki dasar keputusan yang positif

Kalau dibaca dari praktik hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yang sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara tak terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: “Ketika saya putus asa maka saya selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang”. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnya kalah. Pikirkan ucapan saya ini, “SELALU”. Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelah mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar.

5).Memiliki model/teladan yang positif

Yang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yang lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran. Saking pentingnya peranan orang lain ini, ada yang mengatakan bahwa kita bisa memperbaiki diri dari dua hal yaitu pengalaman pribadi (life experiencing) dan duplicating (mencontoh dan mempelajari orang lain).

Modul Diklatpim Tingkat IV 39

Banyak ahli menilai, percaya diri merupakan faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal. Karenanya, tidak sedikit pula yang memberikan pandangannya mengenai teknik-teknik membangkitkan rasa percaya diri.

Selain langkah-langkah yang dikemukakan oleh Steve Chandler di atas, Richard Denny dalam bukunya Sukses Memotivasi (Sumber: http://pembelajaran.blogspot.com/) juga mengemukakan lima langkah yang diperlukan untuk membangun kepercayaan diri dan yang pada gilirannya membangun motivasi diri dari dalam, yaitu :

1). Hindari mencari-cari alasan

Begitu banyak orang mengurungkan niat mereka dengan mengajukan alasan yang tidak masuk akal dan samasekali salah. Seperti Saya tidak bisa, Saya tidak mampu sebab pendidikan saya belum memadai, Saya sudah terlalu tua, Saya masih terlalu muda. Siapapun dapat mencari alasan bagi hampir segalanya, maka dalam membangun kepercayaan diri, jangan sekali-kali membuat alasan. Hal itu mungkin sangat menyenangkan dan menentramkan hati, tetapi alasan-alasan hanya akan menghambat seseorang dari pencapaian sasaran. Ingatlah bahwa otak Anda adalah kawasan penyimpanan -- apa yang Anda masukkan pada gilirannya akan keluar lagi, jadi gantilah penyisipan hal-hal negatif dengan hal-hal-hal-hal positif.


(26)

2). Gunakan Daya Imajinasi

Otak dengan kapasitasnya yang tidak terbatas dapat membantu Anda dengan tanpa batasan mencapai ambisi hidup jika Anda memberinya kesempatan. Biarkan dia menggambarkan diri Anda sebagai pribadi yang Anda inginkan. Dengan jelas menggambarkan apapun wujud yang Anda inginkan. Semakin Anda memikirkan itu semua semakin besar kepastian akan suatu hasil yang positif. Jika Anda terus menerus membiarkan pikiran Anda dipenuhi dengan bermacam-macam pemikiran mengenai penyakit dan kesehatan yang buruk, Anda hampir pasti akan mengalami penyakit yang Anda pikirkan. JIka Anda terus menerus memikirkan hasil negatif tentang pergaulan atau karier bisnis, pemikiran itu pada gilirannya akan mengakar dalam diri Anda. Maka dalam proses membangun kepercayaan diri dengan menggunakan proses kesan daya imajinasi otak, pentinglah untuk menjadi yakin bahwa apa yang sedang Anda pikirkan dan lihat dengan jelas adalah hal yang positif. Hal yang positif itu harus memungkinkan kesan positif pada diri Anda dan peningkatannya, serta pemikiran positif itu harus mengarah ke sasaran Anda, cita-cita dan kebahagiaan dalam hidup.

3). Jangan Takut Gagal

Kegagalan telah menghalangi begitu banyak orang sehingga mereka mundur sebelum mencoba, berbuat atau meraih keberhasilan sebab mereka tidak mampu menerima terminologi dimana ada kemungkinan untuk gagal. Sebagian orang benar-benar tidak pernah mencoba sesuatupun sebab rasa takut gagal ini telah menguasai otak mereka selama bertahun-tahun. Setiap hari mereka memikirkan kegagalan ini sehingga mereka tidak pernah sungguh-sungguh melakukan sesuatu dan pada akhirnya mereka tidak percaya diri dan penuh keraguan.

4). Penampilan Membentuk Kepercayaan Diri

Penampilan luar memang bukan segalanya. Kadang-kadang perlu untuk membelanjakan uang demi penampilan luar yang menarik, karena dengan penampilan luar yang menarik memberi kesempatan yang ada dalam diri Anda untuk merasa baik. Tetapi haruslah tetap bersikap realistis. Sebagian orang bersikap berlebihan dalam penampilan mereka dan pada akhirnya semua itu hanya demi kepuasan ego mereka.

5). Susunlah Catatan Mengenai Sukses Yang Diperoleh

Setiap orang pernah mencapai sukses dalam hidupnya. Cara mengumpulkan catatan sukses masa lalu sangat sederhana. Pikirkan balik sukses Anda yang paling awal yang mungkin terjadi pada masa sekolah ketika


(27)

42 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

memenangkan lomba balap kelereng atau balap karung. Mungkin juga berawal dari ucapan selamat ketika memenangkan lomba menggambar atau melukis. Ini bisa dilakukan secara lisan pada suatu audio kaset atau buku catatan. Anda bisa melihat kembali catatan dan memperbaharui aset paling berharga Anda dengan kenangan akan sukses tersebut.

C.

Pengukuran Ambisi

Setelah Anda selesai mengisi lembar kerja 4 mengenai pengukuran tingkat ambisi, cermatilah hasil analisis di bawah ini yang menunjukkan kecenderungan tingkat ambisi anda, sebagai berikut:

Sangat kuat

Anda sangat ambisius. Anda berusaha meningkatkan rasa berharga anda melalui hasil yang anda capai. Di masa depan berusahalah mengurangi keinginan untuk mencapai hasil yang berlebih-lebihan, karena ambisi yang terlalu besar dapat mempengaruhi hasil yang dicapai secara negatif dan bukannya secara positif.

Kuat

Anda mempunyai orientasi untuk mencapai hasil dan ingin memperoleh pengakuan melalui hasil yang anda capai. Perlu anda ketahui bahwa ambisi yang terlalu besar mempunyai

Modul Diklatpim Tingkat IV 43

akibat yang merusak dan bukannya akibat yang

menguntungkan pada efisien anda.

Rata-rata Kuat:

Tingkat ambisi anda berada dalam batas normal dan cenderung berkembang agak kuat.

Rata-rata lemah

Tingkat ambisi anda berada dalam batas normal, cenderung berkembang agak lemah. Sikap anda dalam menilai tingkat keberhasilan anda berada dalam batas lebih tenang sampai pada masa bodoh. Anda tidak cenderung untuk memperlihatkan keinginan yang kuat untuk mencapai hasil.

Lemah

Tingkat keberhasilan anda memainkan peranan yang kecil dalam hidup anda. Anda tidak ingin memperoleh pengakuan melalui keberhasilan yang luar biasa. Ambisi anda yang kurang berkembang dapat membuat atasan anda membuat pendapat yang negatif mengenai diri anda.

Berbicara mengenai ambisi, umumnya orang Indonesia alergi, karena ambisi dalam bahasa Indonesia memiliki konotasi negatif. Seorang ditanya ambisinya, dalam 5 tahun mendatang, dia menjawab. “Boro-boro ambisi, bu, bisa makan dan menyekolahkan anak saja sudah sangat bagus” jawabnya. Seorang lainnya yang ditanya sambil tertawa-tawa dan


(28)

berusaha menghindar menjawab pertanyaaan dengan mengatakan “saya tak punya ambisi Bu, saya kan orang kecil yang tidak bisa apa-apa”. Mengapa demikian? Apa yang salah dengan ambisi? Apa yang dimaksudkan dengan ambisi? Di bawah ini akan diuraikan secara singkat mengenai apa, mengapa dan bagaimana mengelola ambisi yang sehat.

Menurut The Webster’s Dictionary, definisi “ambition” atau "ambisi' adalah:

A goal or objective that somebody is trying to achieve (Arah atau tujuan tertentu yang seseorang sedang coba capai)

A desire for success: a strong feeling of wanting to be successful in life and achieve great thing (Keinginan yang kuat untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup dan mencapai hal-hal besar /baik yang diinginkan)

Desire for exertion or activity; energy: (Keinginan yang kuat untuk melakukan aktivitas tertentu, semisal: Ambisi untuk diet, mendaki Himalaya, atau kembali kuliah ) An eager or strong desire to achieve something, such as fame or power.(Keinginan atau hasrat yang kuat untuk mencapai tingkat kemashuran dan kekuasaan tertentu) Jadi berdasarkan definisi di atas, jika kita punya keinginan-keinginan yang masih berupa ide-ide yang mengawang-awang di kepala, berarti kita baru memiliki impian-impian. Tetapi jika kita melakukan perencanaan yang terstruktur atas impian-impian itu serta sedang berjalan memfokuskan energi dan

pikiran kita untuk mencapainya, berarti kita sudah memiliki ambisi

Tetapi jika keinginan-keinginan atau impian-impian itu sudah mendominasi pikiran, sudah membuat tingkat emosional meluap, sudah menguasai pikiran tanpa terkendalikan sampai kadang-kadang kita gugup memikirkannya, bahkan kadang dengan pengejaran membabi buta, itu bukan ambisi, tapi itu berarti kita sudah terobsesi dengan keinginan-keinginan atau impian-impian itu. Pada tahap itu kita sudah memiliki obsesi.

Jadi kita tidak perlu takut untuk memiliki ambisi apalagi takut dengan kata “ambisi”, dan hati-hati menggunakan kata “obsesi”. Salah-salah anda malah memperlihatkan sisi gelap psikopat anda.

Agar kiat memiliki ambisi yang sehat kita perlu “Mengelola

Ambisi” kita. Mengapa perlu di kelola? Karena manusia butuh

ambisi untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Ambisi mempengaruhi sikap mental positif pada diri seseorang, yang dapat mencetus semangatnya menuju ke tangga kesuksesan.

Bagi para pekerja, ambisi jelas diperlukan demi kemajuan kariernya. Seperti halnya bensin dalam mesin mobil, ambisi bagaikan bahan bakar yang dapat melesatkan kemajuan. Ambisi adalah sumber kekuatan. Begitu dahsyatnya, ambisi dapat mengubah kesengsaraan, kegagalan dan kekalahan menjadi kebahagiaan, kesuksesan, dan keberhasilan. Pada


(29)

46 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

dasarnya, ambisi memang bagus, selama dapat dikendalikan dengan baik. Jika tidak, Anda akan menjadi seorang yang ambisius. Patut dicatat, ambisius memiliki arti yang berbeda dengan ambisi.

Umumnya, mereka yang ambisius memiliki minat dan keinginan yang menggebu-gebu pada suatu bidang. Dan biasanya mereka berperilaku egois dan menghalalkan segala cara demi mencapai keinginannya. Lalu bagaimana cara menumbuhkan sekaligus mengendalikan ambisi?Di bawah ini dikemukakan beberapa cara menumbuhkan dan sekaligus mengendalikan ambisi, sebagai berikut:

1). Miliki tujuan yang jelas, dan mengaculah pada tujuan tersebut dengan kemauan yang tinggi.

2). Tentukan kapan Anda dapat bekerja untuk merealisasikan tujuan Anda. Kemudian bertindaklah dengan penuh optimisme dan singkirkan sikap pesimisme.

3). Jika gagal, pelajari penyebabnya. Jangan mengubah tujuan hanya karena gagal.

4). Bekerja samalah dengan orang-orang yang dapat membantu Anda. Jangan meluangkan waktu tanpa berbuat sesuatu.

5). Eksploitasi gagasan Anda untuk merumuskan tujuan yang jelas. Dalam hal ini, sugesti dalam diri juga memberi kekuatan yang luar biasa dalam menumbuhkan ambisi.

Modul Diklatpim Tingkat IV 47

6). Selalu berpikir positif. Ambisi yang positif menjauhkan Anda dari rasa takut, iri hati, ragu-ragu, dendam, dan benci. (Tabloid Nova).

D.

Latihan

1. Untuk pemahaman yang lebih baik mengenai materi dalam Bab III di atas, cobalah anda renungkan konsep diri anda. Kemudian tuliskanlah secara lengkap pendapat tentang diri anda.

2. Lakukanlah self-assesment (tulislah perilaku-perilaku ingin anda hilangkan atau paling tidak diminimalisasi) tuliskan sebanyak-banyaknya yang anda temukan. Kemudian setelah itu coba renungkan dan tuliskan mengenai penilaian orang lain mengenai potensi diri anda.

3. Setelah anda mengetahui tipologi diri, tingkat kepercayaan dan tingkat ambisi anda, tuliskanlah upaya-upaya atau tip yang akan anda lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas diri, tingkat kepercayaan dan pengelolaan ambisi anda.


(30)

E.

Rangkuman

1. Konsep Diri adalah persepsi (pandangan) seseorang terhadap dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting. Konsep diri merupakan sistem operasi komputer mental yang mengendalikan apa yang kita pikirkan, ucapkan, lakukan dan rasakan. Konsep diri terdiri dari 3 (tiga) komponen yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya yaitu diri ideal (self ideal), citra diri (self image) dan harga diri (self esteem). Konsep diri ini akan sangat mempengaruhi pengembangan diri seseorang

.

2. Sebelum melakukan pengembangan potensi diri, perlu dilakukan Pengukuran terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode self assessment (introspeksi), feed back dan tes psikologis. Potensi yang akan diukur dengan menggunakan tes phsikologis adalah tipologi (sanguinis, melankolis, kloris, plegmatis), tingkat kepercayaan diri dan ambisi.

BAB IV

RANCANGAN PENGEMBANGAN

POTENSI DIRI

Setelah kita melakukan pengukuran dengan menggunakan beberapa metode untuk mengetahui dan mengenal potensi-potensi yang kita punyai, maka langkah berikutnya adalah merancang pengembangan potensi diri. Namun sebelum itu, terlebih dahulu kita akan melihat beberapa hal yang dapat menjadi penghambat dalam pengembangan diri tersebut.

A.

Hambatan–hambatan Pengembangan Potensi

Diri

Kalau kita amati sekeliling kita, kita akan menemukan ada orang – orang yang “berhasil” (sukses) dalam hidupnya dan bahkan hidupnya penuh kelimpahan walaupun bekerjanya tidak sekeras orang lain. Namun ada orang yang bekerja sangat keras, siang dan malam namun hidupnya tetap saja susah. Ada juga orang yang lahir dari keluarga miskin dimana orang tuanya tidak punya apa-apa tapi anaknya hidup sukses. Namun ada juga sebaliknya dari keluarga yang sukses namun hidupnya berantakan. Ada juga seorang yang berpendidikan pas-pasan

Setelah selesai membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu menjelaskan pengembangan potensi


(31)

50 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

bahkan dapat dikatakan tidak berpendidikan (formal) namun hidupnya sukses. Sebaliknya seorang doktor lulusan sekolah ternama di luar negeri, ternyata hidupnya pas-pasan saja. Mengapa demikian …? Ini bukan sebuah pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Banyak sekali faktor yang saling terkait yang menentukan arah dan keberhasilan atau kesuksesan hidup seorang manusia. Namun demikian, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup seseorang, menurut Adi W Gunawan ada satu faktor kunci yang ternyata menjadi fondasi keberhasilan seseorang dalam bidang apa saja yang diinginkannya yaitu Pola Pikir. Ternyata pola pikir orang-orang yang sukses berbeda dengan pola pikir orang-orang yang biasa-biasa saja. Dikatakannya bahwa pada orang - orang yang biasa-biasa saja, mereka memiliki mitos dan kepercayaan yang menghambat dan menyesatkan seperti antara lain adalah bahwa keberhasilan seseorang itu ditentukan oleh:

1. Keturunan; orang - orang biasa akan mengatakan: “Saya berasal dari keluarga biasa-biasa saja Pak”. “Saya keturunan orang miskin, jadi wajar saja kalau saya miskin”. Ini tidak benar. Lihat di sekeliling Anda, temukan contoh bahwa orang yang tadinya miskin sekarang menjadi sangat kaya. Contoh nyata adalah “Souchiro Honda, tadinya mantan “kacung” dan akhirnya jadi bos dan pendiri Honda Motor Company.

2. Pendidikan; yang dimaksudkan disini adalah pendidikan formal dengan sederet gelar akademis. Bukan berarti bahwa pendidikan akademis tidak perlu. Pendidikan

Modul Diklatpim Tingkat IV 51

formal tetap penting, tapi selain itu pendidikan dalam kehidupan ini ada banyak caranya dan pendekatannya, misalnya pendidikan non formal (dalam keluarga) dan pendidikan in formal (melalui kursus, seminar, workshop, pelatihan, konsultasi, magang dan sebagainya) serta pengalaman hidup itu sendiri merupakan pendidikan kalau kita bisa mengambil hikmahnya. Penulis juga meyakini bahwa “belajar sepanjang hayat”, itu mutlak. Tapi yang dimaksudkan kebanyakan orang bahwa pendidikan disini adalah pendidikan ‘formal’. Kalau tidak memiliki sederet gelar akademis, kita tidak akan sukses. Padahal ada banyak contoh orang yang tidak memiliki gelar akademis justeru memiliki anak buah dengan gelar S-1, S-2 dan S-3 dengan IP di atas 3 dari perguruan tinggi terkenal. 3. Hoki/Keberuntungan; bahwa hoki atau keberuntungan

tidak akan menghampiri seseorang tanpa ada usaha dan upaya yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Hoki/keberuntungan akan datang pada orang-orang yang menyediakan atau menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang sesuai dengan potensi, yang dapat menyiapkan

kondisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan

berkembangnya potensi sukses seseorang.

4. Nasib atau takdir; jika kita meyakini bahwa nasib sudah ditentukan oleh Tuhan, maka akan ada kecenderungan pada diri kita, “untuk apa bekerja keras toh nasib orang sudah ditentukan dari sononya” Buat apa kita berusaha, jika nasib kita sudah jelek yah jelek saja. Tidak usah bekerja, tidak usah sekolah, tidak usah belajar dan tidak


(32)

usah berupaya, toh nasib kita sudah ditentukan. Ada kecenderungan orang yang menganut paham ini untuk melempar tanggung jawab. Padahal banyak sekali contoh orang yang berhasil karena dia percaya bahwa nasib itu dapat diubah tergantung dari upaya yang dilakukannya. 5. Shio/Zodiak; hal ini juga sering dijadikan mitos oleh

sebagian orang. Ada yang percaya orang dengan shio tertentu memiliki sifat –sifat tertentu yang akan dijadikan pegangan dan akan membawa pada keberhasilan. Padahal ini hanya mitos, karena ternyata orang yang sukses dan berhasil bukan monopoli shio/zodiak tertentu saja. Tidak yakin ? Coba saja lakukan survey kecil-kecilan dan anda akan mendapati bahwa orang-orang sukses bukan monopoli shio/zodiak tertentu saja.

6. Jenis kelamin; kita sering mendengar pernyataan yang menyesatkan “pria lebih punya peluang untuk sukses. Sudah kodratnya pria lebih unggul daripada wanita”. “Wanita itu surga nunut, neraka katut”. Ini pandangan yang merendahkan wanita. Ada lagi dari pihak wanita itu sendiri yang mengatakan: “saya ini kan perempuan, mana bisa sukses?” Padahal ada banyak sekali contoh dimana wanita juga jauh lebih unggul dari pria.

7. Sukses hanya untuk orang-orang tertentu; orang yang meyakini hal ini sebenarnya adalah orang yang tidak bertanggung jawab atas kehidupan yang telah dikaruniakan Allah Yang Maha Adil, Allah yang Maha Kasih. Kita diciptakan untuk berusaha dan tidak putus asa atas karuniaNYA.

8. Hari lahir/jam Lahir; ada yang percaya bahwa lahir pada hari-hari tertentu dan jam-jam tertentu akan membawa keberuntungan dan sebaliknya pada hari-hari tertentu dan jam-jam tertentu akan membawa kesialan atau nasibnya akan selalu dirundung kedukaan dan kesulitan.

9. Usia; ini biasa digunakan untuk menutupi

ketidakmampuan, kebodohan, rasa malas, rasa percaya diri yang kurang dan sebagainya. Dia akan mengatakan “saya sudah terlalu tua untuk melakukan …….”, tapi ada juga sebaliknya : “saya terlalu muda untuk melakukan ……..”. padahal ada banyak contoh orang yang berhasil padahal usianya sudah tidak terbilang muda lagi seperti hanya Kolonel Harland Sanders pendiri KFC.

10. Tidak punya modal; orang sering enggan untuk berusaha karena tidak punya uang untuk modal. Padahal uang bukanlah hal yang terpenting untuk berusaha. Modal utama sebenarnya adalah diri kita yaitu kemampuan berpikir kitalah modal utamanya seperti konsep diri, nilai hidup dan kepercayaan diri.

11. Kesehatan atau fisik tidak menunjang; banyak sekali contoh orang yang berhasil dan sukses dalam hidup ini padahal yang bersangkutan cacat secara fisik.

Itulah beberapa contoh pola pikir yang menghambat dan menyesatkan serta menjadi mitos bagi sebagian orang dalam menggapai kesuksesan. Sudah saatnya kita melepas belenggu mental tersebut dan berpikir bebas untuk menggapai keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup yang singkat ini.


(33)

54 Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri

Selain pola pikir tersebut di atas, pengembangan potensi diri seseorang juga sangat tergantung pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Berikut ini akan disampaikan beberapa hambatan dalam pengembangan potensi diri:

a. Hambatan yang berasal dari lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan-hambatan ini antara lain disebabkan sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja, tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan misalnya adanya pembagian peran suami dan isteri yang lebih merugikan isteri;

b. Hambatan yang berasal dari individu sendiri

Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri, misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan mengenal dirinya sendiri. Hal lain adalah tidak mau menerima umpan balik, kurang mau mengambil resiko, takut situasi baru, sikap acuh tak acuh, selalu mencari kambing hitam dan sebagainya.

Menurut Mike Woodcook dan Dave Francis, hambatan-hambatan pengembangan potensi diri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ketidakmampuan mengatur diri

Ciri-ciri orang yang tidak mampu mengatur diri antara lain melalaikan kesehatan fisik, bekerja melebihi jam kerja,

Modul Diklatpim Tingkat IV 55

hidup secara tidak teratur, menghindari pemahaman diri, mencoba mengatasi perasaan sendiri, tidak menerima suatu kegagalan, selalu mencari persetujuan, merasa diri lemah dan sebagainya;

b. Nilai pribadi yang tidak jelas

Nilai merupakan pilihan yang diambil mengenai apa yang penting dan berharga. Ciri-ciri orang yang kurang memiliki nilai pribadi yang jelas antara lain tidak memasalahkan nilai, tidak peduli terhadap bukti yang berlawanan dengan nilai, bertindak berbeda dari nilai yang dianut, tidak menyatakan pandangan sendiri, mengambil sikap pasif terhadap kehidupan. Menghindari umpan balik, menghindari tanggung jawab;

c. Tujuan pribadi yang tidak jelas

Tujuan pribadi adalah aturan yang berkaitan dengan cita-cita pribadinya. Beberapa contoh dalam hal ini adalah tidak mempunyai tujuan pribadi, cenderung mengubah arah, tidak mengukur kemampuan, menghindari resiko, tidak punya keseimbangan pribadi, tidak mempunyai tujuan jelas dan lain-lain;

d. Pribadi yang kerdil

Cirri-ciri pribadi yang kerdil antara lain adalah menghindari tanggung jawab untuk belajar, menghindari tantangan, tidak menguji diri, mengabaikan perkembangan profesinya, menyembunyikan perasaannya, melalaikan introspeksinya, menghindari umpan balik, tidak menguji diri dan tidak menyadari hal yang mempengaruhi dirinya dan lain-lain;


(34)

e. Kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah

Beberapa cirinya antara lain mempunyai masalah yang tidak terselesaikan, menggunakan teknik yang kurang tepat, pendekatan yang tidak sistematis, tidak menunjukkan siapa yang punya masalah dan lain-lain;

f.Kreativitas rendah

Beberapa cirinya antara lain menghindari resiko, tidak belajar dari kesalahan, puas dengan kedudukan yang ada, tidak menggunakan kecemasan yang berlebihan, cenderung tidak menyelesaikan tugas, tidak yakin akan kemampuan sendiri;

g. Wibawa rendah

Ditandai dengan ciri-ciri merasa kurang dihargai, kurang bisa mengungkapkan pendapat, citra diri rendah, tidak mampu mengatur diri sendiri dan tidak mampu mengatur orang lain, tidak memberi kesan pada orang lain;

h. Kemampuan pemahaman manajerial rendah

Ciri-ciri perilaku ini antara lain kurang menganalisis kemampuan sendiri, mengikuti saja gaya kepemimpinan yang sudah umum, menciptakan suasana kerja yang negatif, memainkan peran manipulasi dan lain sebagainya;

i. Kemampuan menyelia rendah

Beberapa cirinya adalah lalai memberikan pandangan positif terhadap kerja karyawan, membiarkan hasil kerja jelek, kurang memberikan delegasi, membiarkan karyawan kerja tanpa pengawasan, kurang menyadari tekanan yang mempengaruhi perasaan sendiri dan lain-lain;

j. Kemampuan latih rendah

Ciri-cirinya antara lain tidak memandang penting aspek pelatihan suatu tugas, tidak tahu kebutuhan orang lain, tidak memberikan tugas yang memberikan tantangan, kurang memperhatikan potensi orang lain dan lain sebagainya; k. Kemampuan membina tim rendah.

B.

Teknik Pengembangan Potensi Diri

Sebelum kita merancang mau dibawa kemana hidup kita, untuk apa kita hidup, apa tujuan hidup kita, terlebih dahulu akan dibahas apa dan siapa yang termasuk orang sukses???.

Secara umum, ukuran sukses seseorang sering dilihat hanya dari aspek jabatan, harta dan penampilan lahiriah semata. Pemahaman ini dapat berdampak negatif seperti egois, terlalu berorientasi pada materi, melebarnya jurang kaya dan miskin serta menipisnya kesadaran untuk selalu memperhatikan kondisi orang lain. Masyarakat kini telah menjadi individualis, kehilangan solidaritas dan kepedulian. Untuk itulah perlu digali, dikembangkan dan disosialisasikan “konsep baru” tentang sukses hidup yang memadukan antara kebahagiaan hidup secara pribadi dengan kemampuan menebar kebahagiaan kepada pihak lain dimana semua itu dilandasi oleh nilai-nilai spiritual yang agung. SUKSES Merupakan Suatu Perjalanan. Kesuksesan adalah suatu perjalanan yang menciptakan nilai tambah untuk diri sendiri dan masyarakat sekitar dalam rangka menuju kehidupan bahagia di alam setelah dunia. Seperti kapal


(1)

NO Pernyataan Alternatif Pilihan Nilai

1 2 3 4

112. Kekanak-kanakan 113. Sering berdebat 114. Tidak mau tersaingi 115. Tidak punya pendirian 116. Sederhana

117. Mogok dalam hal negative 118. Tingkah laku negatif 119. Egois

120. Senang dipuji 121. Agresif 122. Menyendiri 123. Selalu resah 124. Senang bicara 125. Suka menyinggung 126. Terlalu sensitif 127. Mudah menyerah 128. Tidak terorganisasi 129. Mudah menyerah 130. Suka mendominasi 131. Merasa tertekan 132. Pesimis

133. Tidak konsisten 134. Tidak sabar 135. Tertutup 136. Tidak teratur 137. Suka mempengaruhi 138. Ingin dihargai 139. Malas bicara

Lembar kerja 3

KEPERCAYAAN PADA DIRI SENDIRI

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah tiga puluh dua kalimat ini dengan teliti. Sesudah membaca setiap kalimat tandailah angka dalam lembar jawaban yang menunjukkan berapa sering persoalan itu terdapat dalam pikiran anda.

2. Jawablah secara spontan dan biarkan sejauh mungkin diri anda dikendalikan emosi.

3. Anda melakukan tes ini untuk anda sendiri dan hanya anda saja yang tahu hasilnya. Oleh karena itu lakukan tes ini dengan jujur, karena anda tentu tak akan ingin berdusta pada diri anda sendiri bukan?

4. Adapun skor penilaian adalah: Tidak pernah = 0

Jarang = 1

Kadang-kadang = 2

Sering = 3


(2)

Penilaian

No. Pernyataan

0 1 2 3 4 1. Saya menginginkan orang lain lebih

banyak memberikan dorongan kepada saya

2. Saya merasa bahwa pekerjaan saya terlalu banyak tuntutan

3. Saya kuatir tentang masa depan 4. Banyak orang tidak menyukai saya 5. Saya kurang bersemangat dan

berinisiatif dibandingkan dengan orang lain

6. Saya heran apakah pikiran saya normal 7. Saya takut mentertawakan diri saya

sendiri

8. Orang lain lebih cakap dari saya 9. Saya takut berbicara dengan orang

asing

10. Banyak tugas yang saya kerjakan secara bersamaan

11. Saya ingin belajar bagaimana belajar yang baik dengan orang lain

Penilaian

No. Pernyataan

0 1 2 3 4 12. Saya ingin mempunyai kepercayaan

diri sendiri lebih besar

13. Saya ingin tahu cara supaya orang lebih sering menyetujui saya

14. Saya terlalu rendah hati 15. Saya suka dipuji

16. Menurut saya kebanyakan orang tak punya hak untuk menyatakan pendapat tentang diri saya

17. Saya tak punya seseorang yang dapat diajak membicarakan soal-soal pribadi 18. Orang terlalu mengharapkan diri saya 19. Orang tak cukup memperhatikan

pekerjaan saya 20. Saya mudah bingung

21. Saya rasa kebanyakan orang tak mengerti diri saya

22. Saya tak merasa aman dalam lingkungan saya

23. Saya sering merasa kuatir yang berlebihan


(3)

Penilaian

No. Pernyataan

0 1 2 3 4 24. Saya tak senang bila saya masuk

ruangan sudah ada beberapa orang 25. Saya merasa orang-orang

membicarakan saya di belakang saya 26. Saya tidak merasa bertentangan dengan

lingkungan saya

27. Saya merasa bahwa orang lain mendapatkan segalanya lebih mudah dari saya

28. Saya takut sesuatu yang tak baik terjadi pada diri saya

29. Saya memikirkan cara orang lain bersikap pada diri saya

30. Saya ingin lebih mudah bergaul 31. Dalam berdiskusi saya hanya berbicara

jika saya yakin saya menang

32. Saya memikirkan apa yang diharapkan masyarakat dari diri saya

Jumlah skor

Lembar kerja 4

BERAPA BESAR AMBISI ANDA

Bacalah kedua puluh lima pernyataan ini dengan hati-hati. Anda dapat menanggapi tiap-tiap pernyataan dengan “benar”, “salah” atau “benar sebahagian”. Tandailah dengan check mart (√) untuk pilihan anda. Tak ada tanggapan yang benar atau salah dalam tes ini, karena yang penting adalah pendapat anda secara spontan. Jika sesuatu pernyataan tidak langsung mengenai anda, cobalah dalam imajinasi anda untuk mendapatkan diri anda dalam situasi tersebut.

Tanggapan

No. Pernyataan

Benar Benar sebagian

salah 1. Saya iri kalau orang yang tak

lebih pandai dari saya menjadi lebih berhasil.

2. Sangat penting bagi saya supaya orang lain menghargai keberhasilan saya.

3. Saya akan melihat acara TV, walaupun tak menarik, jika saja saya dapat manfaat darinya. 4. Saya berusaha mengembangkan

bakat-bakat yang lemah melalui latihan.

5. Saya selalu menentukan sendiri sasaran yang akan saya capai.


(4)

Tanggapan

No. Pernyataan

Benar Benar sebagian

salah 6. Saya merasa memecahkan

persoalan yang sulit amat merangsang.

7. Saya sering bekerja dalam waktu senggang saya.

8. Saya ingin mengetahui cara untuk memperbaiki hasil yang saya capai.

9. Di sekolah saya tak pernah puas dengan hasil yang saya capai. 10. Saya bukan seseorang yang

dapat menerima kesalahan. 11. Saya suka membandingkan hasil

yang saya capai dengan hasil yang dicapai orang lain.

12. Saya tidak senang dengan setiap kegiatan yang sedikit mendapat penghargaan.

13. Saya sangat memperhatikan kritik.

14. Saya tak puas dengan pengetahuan dan kemampuan saya.

15. Saya ingin yang paling hebat di kantor

16. Saya menganggap orang-orang yang tak mencapai apa-apa kurang berharga bagi masyarakat.

17. Saya senang permainan kelompok, karena saya selalu berusaha untuk menang.

Tanggapan

No. Pernyataan

Benar Benar sebagian

salah 18. Karier lebih penting bagi saya

dibandingkan dengan hal-hal lain.

19. Saya lebih menyukai pekerjaan yang tidak begitu terjamin, tetapi punya prospek promosi baik, dibandingkan dengan pekerjaan yang terjamin tapi tidak punya prospek promosi/berkembang. 20. Saya suka menjadi pemimpin

kelompok.

21. Saya secara spontan menyukai orang yang berhasil dalam hidupnya.

22. Saya ingin bekerja lebih baik dari orang tua saya.

23. Jika saya seorang olah - ragawan saya tidak mau ikut kompetisi di mana dari permulaan sudah dapat dipastikan bahwa saya akan keluar paling buntut. 24. Jika saya kepala bagian/bidang,

saya akan berusaha bekerja lebih baik dari staf saya dalam setiap hal.

25. Saya hanya puas dengan diri saya bila saya mencapai yang baik dalam pekerjaan saya.


(5)

Lembar kerja 5

Lembar Rancangan Pengembangan Potensi Diri

Nama :

Jabatan :

Tujuan yang ingin dicapai : Bidang ...

Bidang ... Bidang ...

Bidang ... No. SASARAN

(SMART)

Factor penghambat

Waktu (….s.d…..l)

Langkah-langkah pencapaian

Saya katakan berhasil mengembangkan potensi ………….diri saya apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

... ... ... ... ...

Yang Membuat Rancangan

( )

Formulir Umpan Balik

Agar materi dan penampilan modul Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri lebih baik, kami mengharapkan umpan balik dari anda atas hal-hal sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggapan anda terhadap modul ini? Dangkal Tidak

berbobot

Berbobot Meyakinkan

1 2 3 4

2. Saran-saran apakah yang anda ajukan?

a. ………

………

b. ………

………

c. ………

………

d. ………

………

3. Bahan bacaan apa saja yang anda sarankan?

a. ………

………

b. ………

………

c. ………

………

d. ………

……… Nama

Alamat :

Harap dikirimkan ke:

Direktorat Pembinaan Diklat Aparatur Lembaga Administrasi Negara R.I. Jl. Veteran No. 10 Jakarta.


(6)