Keadilan Hukum Implikasi Pluralisme Hukum Terhadap Keadilan dan Kepastian Hukum

b. Sistem Patrilinial, yaitu sistem pewarisan yang menarik garis keturunan dan hanya menghubungkan dirinya kepada ayah, ke atas kepada ayahnya ayah, hal demikian terdapat dalam sistem patrilinial murni seperti di tanah Batak, atau pada sistem patrilinial yang beralih-alih, yaitu dimana setiap orang menghubungkan dirinya kepada ayahnya atau kepada ibunya tergantung kepada bentuk perkawinan orang tuanya, misalnya di Lampung dan Rejang. 140 c. Sistem Bilateral atau parental, menurut Hazairin, dimana setiap orang itu menghubungkan dirinya dalam hal keturunan baik kepada ibunya maupun kepada ayahnya. 141 Dari ketiga bentuk sistem masyarakat adat tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam masyarakat patrilinial, akibatnya hanya laki-laki atau keturunan laki- laki saja yang berhak tampil sebagai ahli waris, sedangkan dalam sistem matrilinial yang berhak tampil sebagai ahli waris adalah anak perempuan. Dan dalam sistem ketiga, pada prinsipnya baik laki-laki maupun wanita dapat tampil sebagai ahli waris, mewarisi harta peninggalan ibu bapaknya dan saudara-saudaranya, baik saudara laki- laki maupun saudara perempuan.

1. Keadilan Hukum

Keadilan merupakan salah satu ajaran pokok yang bersifat universal, Islam memerintahkan penegakan keadilan bagi semua orang. Bahkan, Islam memerintahkan untuk menegakkan keadilan meskipun terhadap non muslim selama mereka tidak menyerang dan mengusir umat Islam. Menurut Radbruck, keadilan berarti menjatuhkan putusan tanpa memandang kedudukan seseorang, memperlakukan seseorang dengan standar yang sama. Keadilan merupakan salah satu nilai hukum, selain kemanfaatan, dan kepastian hukum. Ketiga nilai hukum tersebut tidak selalu menyatu secara harmonis di dalam 140 Ibid, h. 5 141 Ibid, h. 6. 69 hukum. Hukum yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut tidak memiliki keabsahan. 142 Ketiga nilai hukum tersebut memiliki tingkatan secara hirarkis, kepastian hukum berada di tengah antara kemanfaatan dan keadilan. Ketika muncul pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, sebenarnya terdapat pertentangan antara keadilan yang tampak apparent dan keadilan yang sejati real. Kepastian hukum yang menjadi karakter hukum positif harus mengalah kepada keadilan. 143 Sedangkan menurut Aristoteles, keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesetaraan. Namun, kesetaraan perlu dibedakan antara kesetaraan numerik dan kesetaraan proporsional. Kesetaraan numerik mempersamakan setiap manusia menjadi satu unit. Inilah yang dimaksud sekarang dengan prinsip kesetaraan di depan hukum bagi semua warga equality before the law. Sementara kesetaraan proporsional memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuan, prestasi, dan sebagainya. 144 Keadilan yang diwujudkan kepada ahli waris non muslim lebih merupakan keadilan substantif. Meski menurut peraturan perundang-undangan ahli waris non muslim tidak berhak mewarisi pewaris muslim, ahli waris non muslim tetap berhak mendapatkan bagian harta warisan dari pewaris muslim, sama dengan ahli waris muslim lainnya, meski sebagai penerima wasiat wajibah, dan bukan sebagai ahli waris. Hal ini sesuai dengan keadilan substantif Aristoteles, tetapi dasar hak bukan atas dasar jasa yang telah dilakukan, melainkan adanya hubungan keluarga, baik karena nasab atau perkawinan dengan pewaris. Pemberian bagian harta warisan pewaris muslim kepada ahli waris non muslim melalui wasiat wajibah sesuai dengan teori keadilan Rawls, bahwa setiap orang memiliki hak yang sama terhadap kebebasan-kebebasan dasar yang sama secara luas yang sesuai dengan pola kebebasan yang serupa bagi yang lain. Dalam hal 142 Jurnal Yudisial, Penegakan keadilan Dalam kewarisan Beda Agama, Vol. 8 No. 3 Desember 2015 Hal. 273. 143 Ibid. 144 Ibid. 70 ini, kebebasan seseorang untuk beragama jika mengakibatkan seseorang tidak menerima bagian warisan karena perbedaan agama merupakan ketidakadilan. 145 2. 2.Kepastian Hukum

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS YANG BEDA AGAMA Tinjauan Yuridis Terhadap Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris Yang Beda Agama Melalui Wasiat Wajibah.

0 6 19

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS YANG BEDA AGAMA Tinjauan Yuridis Terhadap Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris Yang Beda Agama Melalui Wasiat Wajibah.

0 9 13

Pilihan Hukum Dalam Pembagian Harta Waris Beda Agama (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Medan dan Pengadilan Negeri Medan 2011-2016) - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 1

Pilihan Hukum Dalam Pembagian Harta Waris Beda Agama (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Medan dan Pengadilan Negeri Medan 2011-2016) - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 1

Pilihan Hukum Dalam Pembagian Harta Waris Beda Agama (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Medan dan Pengadilan Negeri Medan 2011-2016) - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 3

Pembagian harta bersama dalam perkawinan poligami menurut hukum Islam di Indonesia (Studiterhadap putusan pengadilan Agama Medan nomor 636/Pdt.G/2008 Pa-Mdn) - Repository UIN Sumatera Utara

0 6 104

ANALISIS PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TERKAIT DENGAN IZIN PERKAWINAN BEDA AGAMA)

0 4 187

Dampak Penundaan Pembagian Harta Waris terhadap Kerukunan Anggota Keluarga (Studi Putusan Pengadilan Agama Pinrang Kelas 1B Tahun 2011-2014) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 120

Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama) - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 98