Sedangkan bahan hukum Sekunder merupakan bahan-bahan pendukung yang digunakan dari berbagai literatur lain untuk mendukung permasalahan
yang dikaji. Bahan hukum sekunder diperoleh dari penelitian pustaka library research, yang dalam penelitian hukum normatif terbagi ke dalam 3 tiga
kelompok, yaitu : a.
Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat, bahan hukum
primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif artinya mempunyai otoritas.
37
Dalam bahan hukum primer ini penulis akan menelaah dan menganalisis : Al-quran, Al-hadis, kitab undang-undang hukum perdata
KUHPerdata, kompilasi hukum Islam KHI, yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 52KAG1999, putusan Pengadilan dan lain-lain.
b. Bahan hukum Sekunder
Untuk memperkaya kajian ini penulis akan menggunakan kitab-kitab lain dan karya ilmiah yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji,
seperti: - Hukum Waris karangan Ependi Parangin.
- Hukum Waris Dalam Islam karangan Muhammad Ali Ash-Shabuni. - Hukum Waris Islam karangan Suhrawardi K. Lubis dan Komis
Simanjuntak. - Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia karangan Zainuddin Ali.
- Hukum Kewarisan Perdata Barat karangan Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah.
- Hukum Waris Perdata karangan Maman Suparman. - Fiqh Mawaris karangan Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy.
- Antropologi Hukum karangan T.O Ihromi. - Konflik Tanah Ulayat dan Pluralisme Hukum karangan Edy Ikhsan.
- Sosiologi Hukum karangan Satjipto Rahardjo.
- Kamus hukum karangan Sudarsono. - Jurnal Yudisial, Penegakan Keadilan Dalam Kewarisan Beda Agama.
5. Metode Pengumpulan Bahan Hukum
37
Ibid.
21
Metode yang diterapkan dalam pengumpulan bahan hukum adalah dengan cara mengumpulkan dan menginventarisasi bahan hukum yang primer
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yang selanjutnya diklasifikasikan menurut kelompoknya sesuai dengan hierarki peraturan
perundang-undangan. Adapun terhadap bahan hukum sekunder dan tersier dikumpulkan dengan menggunakan kajian kepustakaan studi document.
Kajian kepustakaan ini dilakukan dengan sistem kartu card system yakni dengan cara mencatat dan memahami isi dari masing-masing informasi yang
diperoleh dari bahan-bahan hukum primer, sekunder maupun tersier. Sehingga dapat disimpulkan penulisan tesis ini lebih menitik beratkan pada penelitian
kepustakaan library research serta bahan-bahan yang dapat menunjang dalam kaitannya dengan pembahasan permasalahan.
6. Teknik Analisis
Analisis dapat dirumuskan sebagai proses penguraian secara sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu.
38
Teknik analisis dalam penelitian hukum di dalam menganalisis bahan-bahan hukum tersebut dapat dilakukan
secara deskripsi, interpretasi, kontruksi, evaluasi, argumentasi dan sistemisasi. Dalam kerangka berpikir yang diarahkan untuk dapat memberikan jawaban atas
rumusan masalah dan tujuan yang dikaji dalam penelitian ini. Teknik analisis bahan hukum di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
Deskriftif, yaitu uraian yang apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dan proposisi-proposisi hukum dan non hukum. Interpretatif, yaitu teknik
menggunakan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum yang terkait dengan pembahasan yang tidak jelas. Konstruktif, yaitu pembentukan konstruksi yuridis
dengan melakukan analogi dan pembalikan proposisi. Evaluatif, yaitu penilaian, tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak
sah oleh penulis terhadap suatu pandangan atau proposisi, pernyataan rumusan norma baik itu bahan hukum primer maupun sekunder. Argumentatif, yaitu
38
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum Jakarta : Rajawali, h. 137
22
penilaian yang dilakukan penulis atas dasar penalaran hukum. Sistematis, yaitu penulis berusaha mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi
hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat.
J. Sistematika Penulisan