atau seluruh karya ilmiah sendiri tanpa menyebutkan bahwa karya tersebut sudah pernah dipublikasikan. Secara etika keilmuan tidak
menyalahi apabila hak cipta dari karya sebelumnya masih sama penulisnya, tetapi dianggap ilegal melanggar apabila hak cipta dari
karya sebelumnya sudah dialihkan ke pihak lain.
C. Kebijakan Plagiarisme
Ada beberapa produk hukum yang terkait dengan plagiarisme di Indonesia, diantaranya sebagai berikut.
1. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. 2. Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. 3. Surat Dirjen Dikti Nomor 1311DC2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat. 4. Surat Dirjen Dikti Nomor 190DT2011 tentang Validasi Karya Ilmiah.
5. Surat Dirjen Dikti Nomor 3298DT99 tentang Upaya Pencegahan Tindakan Plagiat.
D. Jenis Plagiarisme
Dalam beberapa literatur, terdapat beberapa jenis atau klasifikasi plagiat
sebagai berikut. 1. Laman
University of
Arizona ht
t p: ww
w .u.
a ri z on
a . e d u~rlo482 pla
g ia r is
m .p
df mengidentifikasi
ada tiga jenis tindakan plagiat, yaitu: a. Menggunakan kata atau kalimat penulis lain 100 tanpa
mencatumkan kutipan yang sesuai dengan kaidah. b. Menggunakan kata atau kalimat orang lain, kemudian merubahnya
sebagian. Menggunakan kutipan atau tanpa kutipan termasuk plagiarisme
c. Meringakas atau menggunakan teknik pharapase tanpa menyebutkan sumber aslinya
2. Barnbaum n.d dari Valdosta State University, menggolongkan plagiat
menjadi lima tipe, yaitu: Tipe I
: Copy Paste Tipe II
: Word Switch Tipe III
: Style Tipe IV
: Metaphore Tipe V
: Idea a. “Copy-paste”, menggunakan kalimat atau frase orang lain tanpa
menggunakan tanda kutip dan tanpa merujuk sumber. b. “Word-switch”, Jika kita menggunakan kalimat atau frase orang lain
kemudian merubahanya sebagian, maka hal tersebut masih termasuk dalam kategori plagiriame sekalipun kita menyebutkan kutiap dan
merujuk sumbernya. c. “Style”, jika kita megikuti suatu sumber, mengmabil kalimat atau
paragraf demi pragraf, meskpiun tidak ada satupun kalimat atau paragraf yang mirip tapi dari gaya penulisan sangat sama, hal
tersebut juga masih termasuk plagiarisme. d. “Metafora”, metafora digunakan untuk membuat sebuah gaagsan
lebih jelas atau menggunakan suatu analogi tertentu yang milmilki nilai emosional bagi para pembaca. Jika kita belum bisa menemukan
metafora orisinal untuk menggbambarkan suatu gagasan, gunakanlah metafora yang terdapat dalam sumber rujukan tanpa kita lupa untuk
memberikan kredit bagi pemilkinya. e. “ide”, jika kita menggunakan atau mengambil ide, pikiran, gagasa,
atau pendapat orang lain tanpa menyebutkan sumber rujukan yang sesuai dengan kaidah.
E. Beberapa Plagiat
Berikut adalah contoh dari kasus tindakan plagiarisme yang terjadi pada lingkungan akademik di Inonesia.
1. Kasus plagiat M Z, kasus ini dilakukan oleh seorang mahasiswa pada program doktoral di ITB. MZ berhasil menyelesaikan disertasinya
pada tahun 2008 dengan disertasi yang berjudul “topological relations for spatial anyalys”. Pada tahun yang sama tahun 2008,
disertasi yang berjudul “topological relations for spatial anyalys” di
presentasikan pada seminar internasional IEEE International Conference on Cybernetics and Intelligent Systems di Chengdu
China, 21-24 Sptember 2008. Pengarang yang tercantum dalam makalh tersebut adalah MZ, SH dan YP. Setelah dilakukan
pengecekan telah diketmukan oleh komite IEEE sebagai bentuk plagiasi dari makalah yang berjudul “On 3D Topological
Relationships” yang dikarang oleh Siyka Zlatanova dan dipresentasikan pada the 11
th
International Workshop on Database and Expert System Application, DEXA 2000, pp. 913- 919. Komite
IEEE mengkategorikan plagiasi yang dilakukan oleh MZ sebagai plagiasi Level 1 paling berat. Pagiarisme yang dilakukan oleh MZ
dilakukan dengan unsur kesengajaan tanpa diketahui oleh pembimbingnya. Kampus pun bsersikap dengan memberikan sanski
yang tergolong sangat berat dengan mencabut disertasi dan ijasah. PRESS RELEASE ITB, 2010
2. Kasus plagiarisme yang kedua adalah kasus yang terjadi di universita terkemuka di Yogyakarta pada proragm doktoral S3. Mahasiswa S3
tersebut diketahui menjiplak skripsi mahasiswa S1 alumnus Universitas terkemuka di Surabaya. Kampus mengambil sikap
dengan memberikan sanksi mencabut disertasi dan ijazahnya sehingga tidak berlaku lagi. Kemdikbud, 2016.
3. Kasus pagiarisme yang ketiga adalah kasus pada guru besar AABP yang dianggap sangat berat. AABP disinyalir melakukan tindakan
plagiarisme dan diberikan sanksi dengan pemberhentian secara tidak hormat dengan dibatalkannya gelar guru besar atau profesor pada
AABP. Kemdikbud, 2016.
F. Faktor Penyebab Plagiat