a. Kejahatan misdrijven yang dimuat di dalam Buku Kedua
b. Pelanggaran Overtredingen yang dimuat di dalam Buku Ketiga
Pembagian jenis Tindak Pidana ini dapat didasarkan kepada berat atau ringannya ancaman, sifat, bentuk, dan cara perumusan suatu tindak pidana dan
lainnya. Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP kita dibagi atas kejahatan misdrijiven dan pelanggaran overtredingen. Menurut Memorie van Toelichting
M.v.T pembagian atas dua jenis tadi didasarkan atas perbedaan prinsipil. Selain pembedaan tindak pidana atas kejahatan dan pelanggaran sebagaimana dapat dilihat
di dalam KUHP, dikenal juga pembedaan atau penggolongan tindak pidana yang didasarkan kepada hal:
1. Cara merumuskan tindak pidana:
Cara merumuskan tindak pidana ini terbagi menjadi 2 yaitu melalui delik formil formele delicten dan delik materiil materiele delicten.
2. Bentuk kesalahan:
Bentuk kesalahan dalam tindak pidana terbagi menjadi 2 yaitu delik dolus dolus delicten dan delik culpa culpose delicten.
3. Perbedaan Subjek:
Perbedaan subjek dalam tindak pidan dibagi menjadi 2 yaitu delik khusus delicta propria dan delik umum commune delicten.
4. Berdasarkan kepada sumbernya:
Berdasarkan kepada sumbernya tindak pidan dibagi menjadi 2 yaitu tindak pidana umum dan tindak pidana khusus.
11
b. Pertanggungjawaban Pidana dan Teori Pertanggungjawaban Pidana
Pada dasarnya tindak pidana merupakan perbuatan atau serangkaian perbuatan atau serangkaian perbuatan yang didasari sanksi pidana. Dilihat dari istilahnya, hanya
11
C.S.T. Kansil, 2007, Latihan Ujian Hukum Pidana, Sinar Grafika Offest, Jakarta, h.111. Selanjutnya disingkat C.S.T Kansil I.
sifat-sifat dari perbuatan saja yang meliputi suatu tindak pidana sedangkan sifat-sifat orang yang yang melakukan tindak pidana menjadi bagian dari persoalan lain, yaitu
pertanggungjawaban pidana. Menurut Van Hamel bertanggung jawab adalah suatu keadaan normalitas psychis dan kematangan atau kecerdasan yang membawa 3
kemampuan yaitu: 1.
Mampu untuk mengerti nilai dari akibat-akibat perbuatannya sendiri; 2.
Mampu untuk menyadari bahwa perbuatannya itu menurut pendangan masyarakat tidak dibolehkan;
3. Mampu untuk menentukan kehendakya atas perbuatan-perbuatannya
itu.
12
Menurut M.v.T, secara negatif menyebutkan mengenai pengertian kemampuan
bertanggungjawab itu
antara lain,
tidak ada
kemampuan bertanggungjawab pada si pelaku dalam hal:
1. Ia tidak ada kebebasan untuk memilih antara berbuat dan tidak berbuat
mengenai apa yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang; 2.
Ia ada dalam suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum dan tidak
dapat menentukan akibat perbuatannya.
13
Pemberian sanksi bagi seseorang yang telah melakukan suatu tindak pidana secara umum bertujuan untuk memberikan suatu efek jera bagi seseorang tersebut
agar suatu saat nanti tidak mengulangi tindak pidana tersebut kembali. Pemberian
12
Moeljatno, op.cit, h.15.
13
Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 10.selanjutnya disingkat Adami Chazawi I.
pidana sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pidana harus memenuhi 3 hal yaitu dapat menginsafi mengerti makna perbuatannya dalam kejahatan, dapat
menginsafi bahwa perbuatannya di pandang tidak patut dalam pergaulan di masyarakat, mampu untuk menentukan niat atau kehendaknya terhadap perbuatan
tadi. Maka dapat dikaji mengenai teori pertanggungjawaban pidana yang dalam istilah asing disebut dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang
menjurus kepada pemidanaan pelaku dengan maksud untuk menentukan apakah seorang terdakwa atau tersangka dapat dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan
pidana yang terjadi atau tidak.
14
Pompe memberikan
pendapat mengenai
unsur-unsur kemampuan
bertanggungjawab sebagai berikut: 1.
Kemampuan berpikir pembuat yang memungkinkan ia menguasai pikirannya, yang memungkinkan ia menentukan perbuatannya.
2. Dan oleh sebab itu, ia dapat menentukan akibat dari perbuatannya.
3. Dan oleh sebab itu pula, ia dapat menentukan kehendaknya sesuai
dengan pendapatnya.
15
Terkait dengan pertanggungjawaban pidana yang erat hubungannya dengan kesalahan, untuk menentukan seseorang tersebut melakukan tindak pidana maka
dapat dilihat terlebih dahulu apakah dari perbuatannya harus mempunyai kesalahan. Adapun teori yang mengatur mengenai kesalahan yaitu:
1. Teori psikologis merupakan teori yang menganggap kesalahan sebagai
sesuatu yang terdapat dalam alam pikiran orang yang bersalah si pelaku tadi,
14
Amir Ilyas, op.cit. h. 67.
15
Ibid, h.68
yang seakan-akan dapat ditangkap dimengerti oleh hakim, mungkin dengan bantuan seorang psikiater dokter penyakit jiwa atau psikoanalis.
2. Teori normatif merupakan teori yang menganggap kesalahan tidak sebagai
sesuatu yang terdapat dalam alam pikiran, tetapi sebagai sifat yang sedemikian rupa yang ditentukan oleh pertimbangan hukum.
3. Teori dimaksudkan disini, dimana kesalahan dilihat dari segi keputusan
pengadilan yaitu tindakan menghukum yang diambil.
16
c. Teori Kebijakan Hukum Pidana