Manfaat Penelitian Landasan Teoritis Pengertian Pidana dan Tindak Pidana

b. Tujuan Khusus Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penulisan penelitian ini, penelitian yang dilakukan untuk membahas permasalahan tersebut mempunya tujuan khusus: 1. Untuk mengetahui kebijakan hukum pidana terhadap dokter yang melakukan malpraktek di rumah sakit. 2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban rumah sakit secara pidana bagi dokter yang melakukan malpraktek dalam pelayanan kesehatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian bagi lembaga Fakultas Hukum Universitas Udayana dan sebagai bahan referensi pada perpustakaan. b. Manfaat Praktis Penulisan karya tulis ini nantinya diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dan solusi yang konkrit bagi para penegak hukum khususnya pihak rumah sakit dalam hal pertanggungjawaban terhadap para dokter dalam pelayanan kesehatan.

1.6 Landasan Teoritis

Untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pertanggungjawaban pidana oleh rumah sakit terhadap dokter yang melakukan malpraktek dalam pelayanan kesehatan, terlebih dahulu akan dikemukakan sekilas mengenai hal-hal yang berkaitan dan mendukung permasalahan yang akan di bahas selanjutnya dalam tulisan ini.

a. Pengertian Pidana dan Tindak Pidana

Istilah hukuman dan pidana memiliki arti yang berbeda, hukuman adalah istilah umum untuk segala macam sanksi baik itu pidana, perdata, administratif, dan disiplin. Istilah pidana diartikan sempit yang berkaitan dengan hukum pidana. 7 Hukum pidana menurut Van Hamel dalam bukunya Moeljatno, hukum pidana didefinisikan sebagai dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu Negara dalam menyelenggarakan ketertiban umum rechtsoerde yaitu melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa yang melanggar larangan-larangan tersebut. 8 Menurut Moeljatno hukum pidana merupakan dasar- dasar dan aturan-aturan untuk: 1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut; 2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan; 7 Andi Hamzah, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, h. 27. Selanjutnya disingkat Andi Hamzah I. 8 Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta. h.8. 3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut. 9 Uraian yang telah dijabarkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum pidana mengatur tentang: 1. Larangan untuk melakukan suatu perbuatan; 2. Syarat-syarat agar seseorang dapat dikenakan sanksi pidana; 3. Sanksi pidana apa yang dapat dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang dilarang delik; 4. Cara mempertahankan atau memberlakukan hukum pidana. Istilah tindak pidana berasal dari “strafbaar feiit”, Istilah ini terdapat dalam Wetboek van Strafrecht WvS Belanda demikian juga WvS Hindia Belanda atau yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, tetapi tidak ada penjelasan resmi mengenai apa yang dimaksud dengan “strafbaar feiit” tersebut. Pengertian tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai hukuman pidana, dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan subyek tindak pidana. 10 Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, yang diancam dengan pidana. Pada sistem KUHP Indonesia mengenal beberapa delik, yaitu: 9 Ibid h.10. 10 Wirjono Prodjodikoro, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, h.58. a. Kejahatan misdrijven yang dimuat di dalam Buku Kedua b. Pelanggaran Overtredingen yang dimuat di dalam Buku Ketiga Pembagian jenis Tindak Pidana ini dapat didasarkan kepada berat atau ringannya ancaman, sifat, bentuk, dan cara perumusan suatu tindak pidana dan lainnya. Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP kita dibagi atas kejahatan misdrijiven dan pelanggaran overtredingen. Menurut Memorie van Toelichting M.v.T pembagian atas dua jenis tadi didasarkan atas perbedaan prinsipil. Selain pembedaan tindak pidana atas kejahatan dan pelanggaran sebagaimana dapat dilihat di dalam KUHP, dikenal juga pembedaan atau penggolongan tindak pidana yang didasarkan kepada hal: 1. Cara merumuskan tindak pidana: Cara merumuskan tindak pidana ini terbagi menjadi 2 yaitu melalui delik formil formele delicten dan delik materiil materiele delicten. 2. Bentuk kesalahan: Bentuk kesalahan dalam tindak pidana terbagi menjadi 2 yaitu delik dolus dolus delicten dan delik culpa culpose delicten. 3. Perbedaan Subjek: Perbedaan subjek dalam tindak pidan dibagi menjadi 2 yaitu delik khusus delicta propria dan delik umum commune delicten. 4. Berdasarkan kepada sumbernya: Berdasarkan kepada sumbernya tindak pidan dibagi menjadi 2 yaitu tindak pidana umum dan tindak pidana khusus. 11

b. Pertanggungjawaban Pidana dan Teori Pertanggungjawaban Pidana