Teori stres Stres .1 Defenisi stres

oleh faktor luar atau ketegangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari Hidayat, 2009.

2.2.2 Teori stres

Walter Cannon, 1875-1945, 1920an memperkenalkan studi sistematis hubungan antara stres dengan suatu penyakit. Stres yang menstimulir sistem syaraf otonomik, terutama sistem simpatetik, menimbulkan reaksi “fight or flight” pada binatang. Pada manusia, yang karena peradabannya tidak bisa melakukan keduanya, stres menyebabkan terjadinya suatu penyakit dikutip dari Noorhana, 2010. Harold Wolf 1982-1962, menjelaskan hubungan antara kondisi emosi spesifik dengan fisiologi pada saluran gastrointestinal. Sebelumnya, William Beumont 1785-1853, mengenali bahwa aliran darah ke perut dipengaruhi emosi. Hans Selye 1907-1982 mengembangkan model stres yang disebut sebagai General Adaption Syndrome yang terdiri dari 3 fase, yaitu: fase reaksi alarm, fase pertahanan, dimana pada fase ini diharapkan terjadi proses adaptasi, serta fase kelelahan. Stres yang dimaksud bisa berupa kondisi yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan. Diperlukan proses adaptasi untuk dapat menerima kedua tipe stres tersebut dikutip dari Noorhana, 2010. a.Fase reaksi alarm Fase saat tubuh menggerakkan sistem saraf simpatetik untuk menghadapi ancaman langsung. Pelepasan hormon adrenal, epineprine, dan norepinephrine terjadi saat munculnya emosi kuat. Hormon-hormon ini menghasilkan lonjakan energi, ketegangan otot, gangguan sistem pencernaan, dan meningkatnya tekanan darah Wade Tavris, 2007. b.Fase pertahanan Saat tubuh berusaha menolak atau mengatasi stresor yang tidak dapat dihindari. Selama fase ini, respons fisiologis yang terjadi pada fase alarm terus Universitas Sumatera Utara berlangsung, namun respons-respons tersebut membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap stresor-stresor lain. Dalam kebanyakan kasus, tubuh pada akhirnya akan beradaptasi terhadap stresor dan kembali ke kondisi normal Wade Tavris, 2007. c.Fase kelelahan Saat stres yang berkelanjutan menguras energi tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap masalah fisik dan pada akhirnya akan memunculkan penyakit. Reaksi yang sama, yang memampukan tubuh merespons tantangan secara efektif pada fase alaram akan merugikan bila berlangsung secara terus-menerus Wade Tavris, 2007.

2.2.3 Sumber stres