DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Anshari, Tampil, 2005, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
A.H, Tumbel, 1991, Peti Kemas, dan Penangananya, CV. Permai I, Jakarta. Gultom, Elfrida, 2007, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan Untuk
Meningkatkan Ekonomi Nasional, Raja wali Pers, Jakarta. Kramadibrata, soedjono, 2002, Peranan Sektor Transportasi Dalam Mengantisipasi
PJP II dan Pelita VI, ITB, Bandung. Pelindo II, PT, 2000, Pengelolaan Pelabuhan dari Aspek Penagturan Pelabuhan
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Purba, Hasim, 2005, Hukum Pengangkutan di Laut,Pustaka Bangsa Press, Medan.
Purba, Radiksa, 1981, Angkutan Muatan Laut, Bhatara, Jakarta. R.P, Suyono, 2001, Shipping : Pengangkutan Internasional Ekspor Impor Melalui
Laut, Seri Bisnis Internasional, PPM, Jakarta. Sasono, Budi Herman, 2014, Managemen Kapal Niaga, Andi, Yogyakarta.
Siregar, Muctaruddin, 2002, Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen Pengangkutan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. Suranto, 2004, Managemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta
Prosedur Impor Barang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Triadmodjo, Bambang, 2010, Perencanaan Pelabuhan Lokal, Betta Offset,
Jogyakarta. Umar, Husein, 2007, Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran, PT. Raja
Grafindo, Jakarta.
B. Makalah
Irpan Mashude, Makalah, 2014, “Peran Pelabuhan Dalam Kegiatan Pelayaran”, Makalah disampaikan dalam pemaparan kertas kerja PT. Pelindo II di
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Rahadian Adha, Makalah, 2001, “Perkembangan Bisnis Pelabuhan”, Surabaya. Pemaparan Mentri Perhubungan Pekan Orientasi Wartawan Maritim, 1999,
“Peran Penting Pelabuhan dalam Mata Rantai Sistranas”, Yogyakarta.
C. Undang-Undang
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 21PMP2007 tentang Sistem dan Peosedur Pelayanan Kapal Barang dan
Penumpang pada Pelabuhan Laut yang di Selenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis UPT Kantor Pelabuhan.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 5PP2010 tentang Kenavigasian.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 34PMP2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran
Utama. Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor
51PMP2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut. Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor
135PMP2015 tentang Perubahan atas Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 36PMP2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 69PP2001 Jo Keputusan Mentri Perhubungan Nomor KM552002 tentang
Kepelabuhanan. Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 5PP2009 tentang
Kenavigasian. Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Mentri Perehubungan Nomor
KM242002 tentang Pelayaran.
D. Website
Wikipedia,SejarahPelabuhan,Belawan,https:id.m.wikipedia.orgwikiPelabuhan_
Belawan, diakses 2 februari 2016, pukul 22.10 wib.
Aldino,blogspot,TentangKepelabuhanan,http:yongkialdino.blogspot.co.id201501 tentang-pelabuhan_6.html, diakses 3 Februari 2016, pukul 20.30 wib.
Universitas Sumatera Utara
Lisaherdiana,Artikel,Pelabuhan,http:lisaherdiana.blogspot.co.id201204pelabuha n.html, diakses tanggal 15 Februari 2016, pukul 21.00 wib.
ManoGaol,KriteriadanHierarkiPelabuhan,http:kwu.pakgaol.com201210kriteria- hirarki-pelabuhan.html, diakses tanggal 17 februari 2016.
Mdk16,Artikel,JenisKapalMenurutFungsidanKegunaanya,https:mdk16.wordpress. compage6, diakses tanggal 18 Februari 2016, pukul 09.12 wib.
Nurul,Blog,PelayananKapal,http:togethernunu150291.blogspot.co.id200808pela yanan-kapal.html, diakses tanggal 18 Februari 2016, pukul 12.30 wib.
Wikipedia,Navigasi,https:id.wikipedia.orgwikiNavigasi,diaksestanggal 1 Februari 2016, pukul 08.30 wib.
Perambuan-aton.blogspot.com, diakses pada tanggal 28 Maret 2016, pukul 21:00 wib.
https:id.wikipedia.orgwikiNavigasi, diakses pada tanggal 1 februari 2016, pukul 08:30 wib
Universitas Sumatera Utara
BAB III KENAVIGASIAN DAN PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA DI
PELABUHAN A. Pengertian Navigasi dan Kenavigasian Serta Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran
Bernavigasi adalah merupakan bagian dari kegiatan melayarkan kapal dari satu tempat yang lain, dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain.Pengetahuan mengenai
navigasi dan kenavigasian ini sangat penting diketahui untuk membantu keselamatan dalam pelayaran sampai persandaran kapal di pelabuhan.
Navigasi adalah suatu proses mengendalikan gerakan alat angkutan baik di udara, laut ataupun sungai maupun di daratdari satu tempat ke tempat yang lain
dengan lancar, aman dan efisien. Seiring dengan perkembangan zaman, modrenisasi peralatan navigasi sangat membantu akurasi penentuan posisi kapal di permukaan
laut, sehingga dapat menciptakan aspek ekonomis dalam asas “Bussines to Bussines”. Sistem navigasi laut merupakan perpaduan antara teknologi dan sistem
yang mencakup beberapa kegiatan pokok, antara lain : 1.
Mempelajari serta menentukan rute jalan yang harus ditempuh agar kapal dengan aman, cepat, selamat, dan efisien sampai tujuan.
2. Menentukan tempat kedudukan posisi, dimana kapal berada di permukaan
bumi. 3.
Menentukan haluan antara tempat tolak dan tempat tiba yang diketahui sehingga jauhnyajaraknya dapat ditentukan.
34
34
https:id.wikipedia.orgwikiNavigasi, diakses pada tanggal 1 februari 2016, pukul 08:30 wib
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat mengendalikan, mengolah gerak dan melayarkan kapal dengan lancar, aman dan efisien di semua perairan samapai kepelabuhan, dibutuhkan
navigator yang mempunyai kemampuan yang mampu mengetahui mengenai navigasi serta kenavigasian ini baik dalam teori maupun prakteknya, sehingga
navigator mampu mengarahkan kapal dalam berbagai situasi keadaan dengan selamat sampai kepelabuhan tujuan port of destination. Pengaturan navigasi ini
menyangkut keamanan, komunikasi dan peralatan navigasi ataupun sarana bantu navigasi lainya yang diatur oleh negara yang bersangkuatan juga oleh perserikatan
Bangsa-Bangsa PBB yang tergabung dalam IMO International Maritime Organition. Untuk mendukung semua aturan-atauran yang berlaku baik dalam
Hukum Internasional maupun Hukum Republik Indonesia maka ada larangan, yaitu tindakan yang dapat mengakibatkan kerusakan danhambatan pada sarana bantu
navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran serta fasilitas-fasilitas alur pelayaran sehingga menyebakan tidak berfungsinya sarana bantu navigasi.
Pasal 1ayat 44 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran berbunyi “ Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari
satu titik ke titik yang lain dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan atau rintangan pelayaran”.Begitu pentingnya mengenai navigasi dan
kenavigasian ini dalam proses pelayan kapal, baik dilaut maupun proses kapal yang akan bersandar di pelabuhan, sehingga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2010 Tentang Kenavigasian, Pasal 1 ayat 1juga disebutkan pengertian dari kenavigasian sebagai berikut :
“Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran, hidrografi dan meterologi,
alur perlintasan, pengerukan dan reklemasi, pemanduan, penaganan kerangka
Universitas Sumatera Utara
kapal, salvage, dan pekerjaan dibawah air untuk kepentingan keselamatan pelayaran kapal sampai kepelabuhan”
35
Sarana bantu navigasi pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada diluar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan dan dioperasikan
untuk meningkatkan keselamatan dan efisien bernavigasi kapal danatau lalu lintas kapal.
. Untuk membawa kapal dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencapai
ketempat pelabuhan yang dituju dengan aman dan efisien, disamping di perlukan adanya bantuan pesawat navigasi yang ada diatas kapal maka diperlukan lagi adanya
sarana bantu navigasi yaitu berupa sarana-sarana bantu navigasi pelayaran.
36
1. Menara suar, yaitu alat penerang lensa, lampu dsb yang mampu
mengeluarkan sinar dengan sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menara ditempatkan di sepanjang pelabuhan, dan berfungsi sebagai tanda
bagi kapal-kapal yang bernavigasi dari lepas pantai kedarat atau Adapun fungsi dari sarana bantu navigasi pelayaran adalah untuk menandai
bahaya, sebagai penentuan posisi kapal dan untuk menandain alur pelayaran, sarana bantu navigasi juga meliputi peta laut adalah katalog dari peta-peta laut dan foto
peta, almanak nautika digunakan untuk menetukan tempat kedudukan kapal dengan benda-benda angkasa, buku-buku panduan bahari yang digunakan untuk membantu
seorang navigtor menemukan keterangan-keterangan terinci berbagai aspek dalam rute pelayaran di berbagai tempat dunia. Adapun jenis-jenis sarana bantu navigasi
pelayaran yang ditempatkan pada alur-alur pelayaran, dipelabuhan maupun pulau meliputi :
35
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian, Pasal 1 ayat 1
36
Undang-Undang Republik Indonesia No 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 1ayat 46.
Universitas Sumatera Utara
sepanjangpantai untuk memastikan tempat pendaratan, titik koeksi atau posisi kapal.
2. Rambu Suar, yaitu suatub alat penerangan Lensa, lampu dsb yang mampu
mengeluarkan sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menara atau dilabuhkan didasar laut yang ditempatkan diprairan pantai atau didalam
pelabuhan, dan berfungsi memberikan informasi kepada kapal-kapal yang bernavigasi didaerah sekitarnya mengenai lokasi-lokasi di pelabuhan, posisi
alur masuk dan alur keluar, tempat-tempat dangkal, lain-lain dibawah air beserta alur-alur pelayaran yang aman.
3. Suar spot, adalah suatu alat penerang lensa, lampu dsb yang mengeluarkan
sorot sinar yang tak berputa, dipasang diatas bangunan sejenis menara disepanjang pantai atau pelabuhan yang berfungsi untuk memberikan
informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi disekitar daerah itu yang menunjukan akan adanya benda-benda bahaya yang akan denagan
penyinaran atas karang atau tempat-tempat dangkal yang bersangkutan. 4.
Suar penuntun, landing light, yaitu suatu alat penerang lensa, lampu dsb yang mampu memberikan penerangan dengan sifat tertentu, dipasang diatas
bangunan sejenis menara dalam pelabuhan atau selat yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi dialur-alur
pelayaran yang sulit dipelabuhan atau selat. 5.
Suar pengarah, yaitu alat penerang yang mampu sekaligus memberikan tiga jenis sinar yang berbeda denagan ciri tertentu. Dipasang diatas bangunan
sejenis menara dalam pelabuhan atau selat yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi di alur-alur pelayaran yang
Universitas Sumatera Utara
sulit dan sempit dengan sinar putih di tengah diapit oleh sinar hijau dan sinar merah.
6. Stasiun rambu radio gelombang menengah, yaitu perlengkapan radio berupa,
transmiter, antena dan lain-lain untuk menyinarkan sinyal-sinyal gelombang menengah agar kapal-kapal yang dilengkapi dengan pencari arah radiodapat
memanfaatkan pancaran sinyal tersebut untuk menentukan posisi. 7.
Telekomunikasi pelayaran, yaitu telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas pelayaran yang merupakan setiap pemancaran, pengiriman atau
penerimaan setiap jenis tanda, gambar, suara dan segala bentuk informasi apapun melalui sistem kawat, optik radio, atau sitem elektromagnetik lainya
dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan pelayaran.
8. Stasiun bumi pantai yaitu stasiun bumi dalam dinas tetap satelit atau dalam
beberapa hal, dalam dinas bergerak satelit pelayaran yang ditempatkan dalam suatu tempat tertentu didarat yang disediakan untuk jarinagn pencatu bagi
dinas bergerak pelayaran. Selain dengan adanya sarana bantu navigasi dalam pelayaran dilaut dan
persandaran kapal dipelabuhan, yang membantu kapal untuk berlayar dengan selamat, aman dan efisien serta melakukan proses persandaran kapal maka terdapat
juga navigasi yang ada dalam pelabuhan yang meliputi, penetapan frekwensi kapal yang dapat diterima mulai dari alur masuk pelabuhan, pintu masuk pelabuhan dan
dalam kolam. Untuk menghindari bahaya bagi kapal yang masuk dan keluar pelabuhan kapal dengan ukuran tertentu diwajibkan untuk menggunakan pandu serta
sebelum beberapa jam kapal masuk kepelabuhan maka kapal sudah harus
Universitas Sumatera Utara
berkomunikasi dengan kenavigasian yang ada dipelabuhan untuk memberitahukan posisi mereka dan waktu yang direncanakan untuk masuk kepelabuhan. Biasanya 5
samapi 10 mil dari pelabuhan telah terdapat sarana bantu navigasi sebagai sarana mempermudah kapal yang akan masuk pelabuhan.
37
B. Penyelenggaraan Bantuan Navigasi Pelayaran
Dalam hal proses penyelenggaraan bantuan navigasi pelayaran baik dilaut maupun di pelabuhan merupakan suatu tugas dan fungsi dari navigasi tersebut untuk
menandai bahaya serta penentu posisi kapal untuk menandai alur pelayaran, sehingga berjalan tidaknya penyelenggaraan bantuan navigasi pelayaran ini
merupakan penentu keselamatan dan keamanan proses pelayaran dan persandaran kapal di pelabuhan. Oleh karna itu, untuk mewujudkan proses pelayaran sebagai
perpindahan dari satu tempat ketempat yang lain, dari pelabuhan satu ke-pelabuhan yang lain, maka dibuatlah pelaksanaan penyelenggaraan bantuan navigasi, dimana
dalam pelaksanaan penyelenggaraan bantuan navigasi ini harus memperhatikan Prinsip-prinsip dalam melaksanakan suatu tugas jaga navigasi.
38
1. Prinsip-Prinsip Umum Tugas Jaga Principles Of Watchkeeping In
Generally, merupakan suatu pengaturan jaga navigasi oleh nahkoda dibawah pengarahan dan bimbingan nahkoda, dimana para para perwira
melaksanakan tugas jaga navigasi dan ikut bertangung jawab atas keselamatan pelayaran selama tugas jaga, khususnya pencegahan tubrukan
kapal maupun terjadinya kandas kapal karna dangkalnya perairan yang dilalui suatu kapal sehingga kandasnya kapal ini mampu mengakibatkan
37
Suranto, Managemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta Prosedur Impor Barang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. hal 17
38
Materi Pelajaran Sekolah Pelayaran
Universitas Sumatera Utara
kapal terbalik maupun pecah sehingga kapal dapat tenggelam. Prinsip ini merupakan prinsip yang harus di jalankan dalam pelaksanaan
penyelenggaraan bantuan navigasi, karna secara umum banyaknya terjadi kecelakaan berupa tubrukan kapal, kandasnya kapal, itu terjadi karna tidak
diterapkanya prinsip umum ini sehingga untuk menjaga keselamtan pelayaran dan proses persandaran kapal ini maka perlunya diperhatikan
pelaksanaan prisip ini. 2.
Perlindungan Lingkungan Laut Protection Of Marine Environment, merupakan suatu prinsip dimana setiap anggota tugas jaga harus memahami
dan menyadari sepenuhnya apabila terjadi pencemaran, untuk itu harus mengambil setiap tindakan pencegahan terhadap terjadi pencemaran di
lingkungan laut. Tindakan pencegahan mengacu pada peraturan-peraturan internasional dan peraturan internasional dan peraturan nasionalsetempat
yang berlaku. 3.
Look Out pengamatan, yaitu suatu pengamatanyang harus dilaksanakan, terutama untuk memenuhi aturan 5 COLLREG 72 :
a. Senantiasa waspada secara visual maupun pendengaran dan dengan segala
cara lain terhdap setiap perubahan situasi. b.
Membuat penelitian terhadap situasi dan resikotubrukan kandas dan bahaya-bahaya navigasi lainya.
c. Mendeteksi adanya kapal-kapal dan orang-orang didalam keadaan
marabahaya, kerangka kapal dan marabhaya lainya. Petugas pengamat harus dapat sepenuhnya melaksanakan tugas tanpa dibebani
tugas-tugas lain yang dapat mengangu tugas pengamatan karna dalam pengamatan
Universitas Sumatera Utara
ini perlu kefokusan untuk menemukan sebab-sebab yang dapat membahayakan kapal untuk agar tidak terjadi tubrukan maupun kandasnya kapal, dan pemegang
kemudi yang sedang bertugas juga tidak dapat dibrikan tugas untuk melakukan pengamatan, kecuali untuk kapal kecil, dimana posisi pengemudi tidak terhalang
oleh bangunan kapal.
39
1. Situasi yang telah diyakini dalam keadaan aman.
Seorang perwira dapat melakukan jaga sendiri disiang hari apabila :
2. Faktor-faktor yang relevan telah benar-benar diperhitungkan, anatar lain ;
Keadaan cuaca, jarak nampak, kepadatan lalu lintas, bahaya-bahaya navigasi yang ada, bagan pemisah.
3. Bantuan petugas juga dapat segera diperoleh jika terjadi sesuatu marabahaya.
Komposisi tugas jaga menjamin dilaksanakanya pengamatan secara terus- menerus dan cermat, dan nahkoda sendiri perlu mempertimbangkan berbgai faktor
dalam menyusun komposisi tugas jaga navigasi berupa, jarak tempuh kapal, keadaan cuaca laut, kegiatan yang dilakukan di kapal pada setiap saat, termasuk kesibukan
komunikasi radio dan kemudahan mendapat bantuan tenaga untuk segera datang keanjungan jika diperlukan, serta memperhatikan ukuran kapal dan besarnya sudut
pandang dari tempat pengamatan.
40
Pengaturan Tugas Laut, yaitu menentukan komposisi petugas jaga termasuk bawahan yang ikut serta, serta beeberapa faktor yang harus menjadi pertimbangan
bahwa suatu anjungan tidak diperbolehkan untuk ditinggal kosong, melihat keadaan cuaca jarak tampak siangmaupun malam hari, memperhatikan keadaan penggunaan
39
Herman Budi Sasono, Soegiharto, Rosadiro Cahyono, Managemen Kapal Niaga, Andi ,Yogyakarta, 2014, hal 19
40
Ibid, hal 112
Universitas Sumatera Utara
dan kondisi operasional peralatan navigasi dengan sebaik-baiknya, dan melihat kondidi kamar mesin yang tidak di jaga serta memperhatikan keadaan khusus yang
mungkin terjadi sehubungan dengan operasi kapal yang tidak sebagaimana biasanya. Dalam penyelengaraan bantuan navigasi pelayaran sendiri terdapat waktu-
waktu jaga untuk menjalankan bantuan sarana navigasi, adapun waktu-waktu jaga tersebut yaitu :
1. Jam 00.00- 04.00 Jaga larut malam Dog wacth – Mualim II
2. Jam 04.00- 08.00 Jaga dini hari Morning wacth – Mualim II
3. Jam 08.00- 12.00 Jaga pagi hari Forenoon wacth –Mualim III
4. Jam 12.00- 16.00 Jaga siang hari Afternoon wacth- Mualim II
5. Jam 16.00- 20.00 Jaga sore hari Evening wacth – Mualim II
6. Jam 20.00- 24.00 Jaga malam hari night wacth – Mualim III
Melakukan Tugas Jaga Navigasi, yaitu suatu kewajiban-kewajiban perwira yang harus dilakukan dalam tugas jaga navigasi ini agar tidak terjadi tubrukan kapal,
adapun tugas jaga navigasi ini juga dilakukan di wilayah pelabuhan, karna selain menjaga keamanan serta mengawasi proses pelayaran tugas jaga ini juga mengawasi
wilayah pelabuhan sebagai navigator dalam persandaran kapal, mengawasi sampai kapal merapat kepelabuhan yang dituju, Adapun tugas jaga navigasi ini yang
menjadi kewajiban yaitu, tidak boleh meninggalkan anjungan sebelum adanya tugas ganti jaga, dan perwira yang dalam tugas navigasi ini segera memberitahu nahkoda
jika terjadi atau diperkirakan akan terjadi kurangnya jarak tampak, adanya kapal lain yang geraknya memerlukan perhatian khusus, serta tidak melihat benda darat atau
bul atau tidak memperoleh hasil pengukuran kedalaman air.
Universitas Sumatera Utara
Keselamatan pelayaran serta proses persandaraan kapal di pelabuhan meruapakan tanggung jawab dari pemerintah,
41
dari pelaksanaan sarana bantu navigasi, dimana fungsi dari sarana bantu navigasi itu meliputi, menentukan posisi
danatau haluan kapal, membertahukan adanya bahaya atau rintangan pelayaaran dan proses persandaran kapal, menunjukan batas-batas pelayaran yang aman, dan
menandai garis pemisah lalu lintas kapal.
42
C. Penyelenggaraan Pemanduan Lembaga-Lembaga di Pelabuhan