Dasar-dasar terbentuknya Dewan Adat atau Peradilan Adat

sebagai aturan hukum, bagi siapa pelanggar hukum maka akan di berikan sanksi adat. 10 dalam hal ini dikatakan bahwa Hukum Tuhan didalam perjanjian lama dan perjanjian baru adalah bagian yang memuat segala aturan yang menjadi kontrol agar manusia tidak melakukan pelanggaran yang dapat merugikan orang lain, dan ini menjadi bagian aturan-aturan adat yang apabila ada masyarakat adat dalam hal ini masyarakat Kabupaten Biak yang melangggar maka dia akan dikenakan sanksi adat. Selama ini sanksi adat di Kabupaten Biak Numfor sudah berjalan hal ini terlihat dengan sanksi adat yang diberikan dalam beberapa kasus yang menyangkut pembunuhan, perzinahan dan pelanggaran norma-norma adat. Itu semua merujuk pada sanksi hukum adat. Hasil wawancara dengan narasumber juga terungkap bahwa masyarakat memilih menyelesaikan masalah dengan hukum adat dikarenakan ada beberapa alasan yakni faktor keterbukaan dalam penyelesaian sengketa, faktor kendala bahasa, faktor waktu dan tempat, faktor kepastian dalam ganti rugi, dan faktor sosial budaya. 11

a. Dasar-dasar terbentuknya Dewan Adat atau Peradilan Adat

Hukum adat telah lama berlaku sebagai satu-satunya sumber hukum bagi masyarakat adat di Biak. Pada saat itu belum ada lembaga pemerintah 10 Wawancara : Bpk.Gerald Kafiar.A.Md.Pi - Ketua III Bidang Yudicatief Dewan Adat Biak 11 Wawancara : Bpk.Gerald Kafiar.A.Md.Pi - Ketua III Bidang Yudicatief Dewan Adat Biak yang mewadahi atau mengakomodir permasalahan-permasalahan adat serta tugas dan wewenang hakim adat yang telah dilantik sejak tahun 1950. Kemudian pada tahun 2000 Dewan Adat Papua di Jayapura membentuk dewan adat Biak Numfor dengan tujuan untuk mewadahi dan mengakomodir permasalahan-permasalahan adat. UU No. 21 Tahun 2001 BAB 14 pasal 50 ayat 1 dan 2 telah mengatur dan mengakomodir fungsi tugas peradilan adat yang dipakai sebagai acuan dasar untuk bekerja sesuai dengan peraturan, kewenangan sepenuhnya kepada peradilan adat untuk mengadili seseorang baik itu dari suku-suku asli maupun suku lain atau suku pendatang di Kabupaten Biak Numfor, jadi apabila ada masalah adat yang terjadi pada suku asli di Biak dan datang kepada dewan adat maka dewan adat akan menyelesaikan masalah berdasarkan aturan adat yang berlaku. Sejak tahun 1950 telah disahkan peraturan adat KKB Kankain Karkara Byak . Penelitian dokumentasi oleh Rapat Kerja Dewan Adat Biak pada tahun 12-14 November 2002 menemukan adanya pengangkatan hakim-hakim adat dan para kepala kampung pada tahun 1950 di wilayah Biak untuk wilayah Biak Selatan. Dokumen-dokumen putusan pengadilan adat juga telah tercatat sejak tahun 1953. Dalam dokumen KKB juga sudah tertera secara eksplisit hakim-hakimanggota-anggota Kankain Kakara District pada tahun 1950. Adapun nama hakim-hakim tersebut sebagai berikut: 1. Kornelia Kawer Wanita Bosnik 2. Willem Masosendifu Kepala Seksi Yadibur 3. Utrek Wompere Kepala Sekolah Opyaref 4. Paulus Morin Kepala Kampung Mamoribo 5. Yakob Ap Kepala Kampung Swaipak 6. Alexander Mansoben Kepala Kampung Mansoben di Asbik 7. Charles Morin Kepala Kampung Wundi 8. Yakob Mandibondibo Kepala Kampung Sorido IV 9. Hendrik Yarangga Kepada Kampung Samber 10. Hendrik Rumaropen Kepala Kampung Ambroben 11. Yakob Kafiar Kepala Seksi Mokmer 12. Hendrik Siambiak Kepala Kampung Mokmer. 12

b. Sanksi Hukum Adat