Penyelesaian Sengketa Adat Hakim Adat

variasi nilai sangsi adat berdasarkan masing-masing wilayah adat. Lembaga ini tetap hidup bahkan sampai saat ini. 14

c. Penyelesaian Sengketa Adat

Sengketa adat dibedakan menjadi dua yakni antar lain :  Sengketa adat pidana : pembunuhan, pencurian,  Sengketa adat perdata : pelanggran hak-hak dasar, norma adat, dan lain-lain. Proses penyelesain sengketa juga perlu melihat KKB yang mengatur penyelesain sengketa dimana nantinya ada pelaku dan korban atau orang – orang yang bersengketa didalam persidangan yang akan dipimpin oleh hakim yakni kepala suku untuk menyelesaikan perkara dan hakim akan mengambil keputusan dan harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. 15

d. Hakim Adat

Sanksi hukum adat yang dimaksud di atas keputusannya ditetapkan oleh hakim adat. Hakim adat adalah seseorang yang dipercaya dan ditunjuk langsung oleh masyarakat wilayah hukum adat tetentu menjadi mananwir atau kepala suku. Hakim dalam peradilan adat sebagai pengambil keputusan tidak 14 Wawancara : Bpk.Gerald Kafiar.A.Md.Pi - Ketua III Bidang Yudicatief Dewan Adat Biak. 15 Wawancara : Bpk.Gerald Kafiar.A.Md.Pi - Ketua III Bidang Yudicatief Dewan Adat Biak. dibedakan atau tidak ada perbedaan antara hakim untuk keputusan sengketa pidana maupun sengketa perdata. 16 Dalam proses peyelesaian sengketa adat hakim dituntut bijaksana untuk menyelesaikan sengketa adat yang sedang diproses, ada 2 bagian penting yang menjadi inti bagi seorang hakim adat yaitu : 1 harus menegakkan hukum siapa pun pelanggar hukum maka wajib dihukum. 2 mengangkat harkat dan martabat serta hak asasi seseorang. Hakim dalam membuat keputusan harus melihat status ekonomi apakah orang yang dihukum statusnya mampu atau tidak, kalau tidak mampu maka masih bisa diberikan kelonggaran mengingat hakim harus menghargai hak asasi seseorang. 17 Aturan-aturan yang mempertegas kedudukan peradilan adat selain Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No 21 Tahun 2001 kemudian bisa dilihat pada Perdasus No.20 Tahun 2008 baik asas, tujuan, kedudukan, tugas, fungsi, dan wewenang dari peradilan adat di Papua pada khsususnya di Kabupaten Biak Numfor yakni : ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Peradilan adat di Papua berasaskan : a. kekeluargaan; 16 Wawancara : Bpk.Gerald Kafiar.A.Md.Pi - Ketua III Bidang Yudicatief Dewan Adat Biak. 17 Wawancara : Bpk.Gerald Kafiar.A.Md.Pi - Ketua III Bidang Yudicatief Dewan Adat Biak. b. musyawarah dan mufakat; dan c. peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Pasal 3 Peradilan adat di Papua bertujuan : a. sebagai wujud pengakuan pemerintah terhadap keberadaan, perlindungan,penghormatan dan pemberdayaan terhadap masyarakat adat Papua dan bukan Papua b. memperkokoh kedudukan peradilan adat; c. menjamin kepastian hukum, kemanfaatan, keadilan; d. menjaga harmonisasi dan keseimbangan kosmos; dan e. membantu pemerintah dalam penegakan hukum. Kedudukan Peradilan Adat Pasal 4 Peradilan adat bukan bagian dari peradilan negara, melainkan lembaga peradilan masyarakat adat Papua. Tempat Kedudukan Pengadilan Adat Pasal 5 1 Pengadilan adat berkedudukan di lingkungan masyarakat adat di Papua. 2 Lingkungan masyarakat adat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yaitu masyarakatadat berdasarkan sistem kepemimpinan keondoafian, sistem kepemimpinan raja, sistem kepemimpinan pria berwibawa, dan sistem kepemimpinan campuran. Tugas Pasal 6 Pengadilan adat bertugas menerima dan mengurus perkara perdata adat dan perkara pidana adat. Fungsi Pasal 7 Pengadilan adat berfungsi untuk : a. penyelesaian perkara perdata adat dan perkara pidana adat; dan b. melindungi hak-hak orang asli Papua dan bukan Papua. Kewenangan Pasal 8 1 Pengadilan adat berwenang menerima dan mengurus perkara perdata adat dan perkara pidana adat di antara warga masyarakat adat di Papua. 2 Pengadilan adat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menerima dan mengurus perkara yang terjadi antara orang asli Papua dan bukan asli Papua jika ada kesepakatan di antara para pihak. 3 Perkara adat yang tidak bisa diselesaikan melalui kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat diselesaikan melalui mekanisme peradilan negara . 4 Dalam hal salah satu pihak yang bersengketa atau yang berperkara berkeberatan atas putusan yang telah diambil oleh pengadilan adat yang memeriksanya, pihak yang berkeberatan tersebut dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri. 5 Untuk membebaskan pelaku pidana dari tuntutan pidana menurut ketentuan hukum pidana yang berlaku, diperlukan pernyataan persetujuan untuk dilaksanakan dari Ketua Pengadilan Negeri yang mewilayahinya yang diperoleh melalui Kepala Kejaksaan Negeri yang bersangkutan dengan tempat terjadi peristiwa pidana. 6 Dalam hal permintaan pernyataan persetujuan untuk dilaksanakan bagi keputusan pengadilan adat ditolak oleh Pengadilan Negeri, maka kepolisian dan kejaksaan dapat melakukan penyidikan dan penuntutan, dalam hal ini keputusan pengadilan adat yang bersangkutan akan dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan perkara yang diajukan.

B. Analisis

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan narasumber, penulis akan menganalisis eksistensi peradilan adat Papua khususnya di Kabupaten Biak. Analisis ini didasarkan pada rumusan masalah yaitu Bagaimana eksistensi peradilan adat di Kabupaten Biak Numfor dalam sistem hukum di Indonesia yakni :

1. Analisis Alat-Alat Perlengkapan Adat, Tugas Dalam Persekutuan Hukum

Adat dan Delik Adat