BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Dalam bagian ini akan dikemukan tentang hasil penelitian yang penulis peroleh disertai dengan analisis guna menjawab rumusan masalah yagn telah dibuat. Hasil
penelitan ini dan analisis tersebut disusun mengacu pada konsep-konsep yang telah dituangkan pada BAB II, dan data Bab III ini diperoleh wawancara dengan pemangku
jabatan di Dewan Adat Biak, dan sumber-sumber lainnya yang kemudian dianalisis berdasarkan keilmuan hukum yang didapat dari hukum adat yang berlaku di daerah
setempat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta artikel-artikel atau buku- buku yang menunjang penulisan skripsi ini,
A. Hasil Peneltian
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 dua pulau kecil, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta lebih dari 42 pulau sangat kecil,
termasuk Kepulauan Padaido yang menjadi primadona pengembangan kegiatan dari berbagai pihak. Luas keseluruhan Kabupaten Biak Numfor
adalah 5,11 dari luas wilayah provinsi Papua.
1
Kabupaten Biak Numfor terletak di Teluk Cenderawasih pada titik 0°21-1°31 LS, 134°47-136°48 BT dengan ketinggian 0 - 1.000 meter di
atas permukaan laut.Kabupaten ini merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara daratan Papua dan berseberangan langsung dengan
1
http:id.wikipedia.orgwikiKabupaten_Biak_Numfor download Kamis, 22 Mei 2014, Jam 18:45
Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk berhubungan dengan
dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Filipina. Letak geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya
sangat strategis untuk membangun kawasan industri, termasuk industri pariwisata.
Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak pada tahun 2011 dilaporkan bahwa suhu udara rata
‐rata di wilayah Kabupaten Biak Numfor adalah 27,1 C dengan kelembaban udara
rata ‐rata 86,3, sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah Kabupaten
Biak Numfor termasuk kategori panas
2. Asal Usul Masyarakat Biak
Pada waktu pemerintah Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an nama yang dipakai untuk menamakan Kepulauan Biak-Numfor
adalah Schouten Eilanden, menurut nama orang Eropa pertama
berkebangsaan Belanda, yang mengunjungi daerah ini pada awal abad ke 17. Nama-nama lain yang sering dijumpai dalam laporan-laporan tua untuk
penduduk dan daerah kepuluan ini adalah Numfor atau Wiak. Fonem “w” pada kata wiak sebenarnya berasal dari fonem “v” yang kemudian berubah menjadi
“b” sehingga muncullah kata Biak seperti yang digunakan sekarang. Dua nama
terakhir itulah kemudian digabungkan menjadi satu nama yaitu Biak-Numfor, dengan tanda garis mendatar di antara dua kata itu sebagai tanda penghubung
antara dua kata tersebut, yang dipakai secara resmi untuk menamakan daerah dan penduduk yang mendiami pulau-pulau yang terletak di sebelah utara Teluk
Cenderawasih itu.
2
Asal-usul nama serta arti kata tersebut ada beberapa pendapat. Pertama ialah bahwa nama Biak yang berasal dari kata “v” iak itu yang pada mulanya
merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut
mengandung “pengertian orang-orang yang tinggal di dalam hutan”, “orang- orang yang tidak pandai kelautan”, seperti misalnya tidak cakap menangkap
ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain. Nama tersebut diberikan oleh penduduk pesisir pulau-pulau itu
yang memang mempunyai kemahiran tinggi dalam hal-hal kelautan. Sungguhpun nama tersebut pada mulanya mengandung pengertian menghina
golongan penduduk tertentu, nama itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama resmi untuk penduduk dan daerah tersebut.
3
2
http:id.wikipedia.orgwikiKabupaten_Biak_Numfor download Kamis, 22 Mei 2014, Jam 20: 45
3
http:id.wikipedia.orgwikiKabupaten_Biak_Numfor download Kamis, 22 Mei 2014, Jam 21:05
Pendapat lain, berasal dari keterangan cerita lisan rakyat berupa mite, yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam yang
meninggalkan Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga klen Mandowen. Menurut mite itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat
meninggalkan Pulau Warmambo nama asli Pulau Biak untuk menetap di suatu tempat yang letaknya jauh sehingga Pulau Warmambo hilang dari
pandangan mata. Demikianlah mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo nampak di atas
permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau `v`iak`, artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian dipakai oleh
mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo dan hingga sekarang nama itulah yang tetap dipakai.
4
Kata Biak secara resmi dipakai sebagai nama untuk menyebut daerah dan penduduknya yaitu pada saat dibentuknya lembaga
Kainkain Karkara Biak
pada tahun 1947.
5
Lembaga tersebut merupakan pengembangan dari lembaga adat
kainkain karkara mnu
yaitu suatu lembaga adat yang mempunyai fungsi mengatur kehidupan bersama dalam suatu komnunitas yang disebut mnu atau
kampung. Penjelasan lebih luas tentang kedua lembaga itu diberikan pada pokok yang membicarakan organisasi kepemimpinan di bawah.
4
Kamma 1978:29-33
5
De Bruijn 1965:87
Nama Numfor berasal dari nama pulau dan golongan penduduk asli Pulau Numfor. Penggabungan nama Biak dan Numfor menjadi satu nama dan
pemakaiannya secara resmi terjadi pada saat terbentuknya lembaga dewan daerah di Kepulauan Schouten yang diberi nama Dewan daerah Biak-Numfor
pada tahun 1959.
6
Biak-Numfor untuk menyebut daerah geografisnya dan daerah administrasi pemerintahannya. Nama Biak digunakan untuk menyebut bahasa
dan orang yang memeluk kebudayaan Biak yang bertempat tinggal di daerah Kepulauan Biak-Numfor sendiri maupun yang bertempat tinggal di daerah-
daerah perantauan yang terletak di luar kepulauan tersebut.
3. Bentuk Pemerintahan