2.3.4. Katarak Kongenital dan Katarak Juvenil
Menurut Ilyas 2009, katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganan yang kurang tepat. Katarak kongenital sering ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes melitus, hipoparatiroidisme, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik, dan histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia,
koloboma iris, keratokonus, iris, heterokromia, lensa ektopik, displasia, retina, dan megalo kornea. Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk dan gambaran morfologik. Katarak juvenil merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada orang
muda, yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital Ilyas, 2009.
2.3.5. Katarak yang Didapat Acquired Cataract
Pada katarak yang didapat, kekeruhan akibat degenerasi terjadi pada serat lensa normal yang sudah terbentuk. Mekanisme dan penyebab pasti terjadinya
degenerasi lensa pada katarak ini masih belum jelas. Meskipun demikian, faktor- faktor secara umum seperti faktor fisik, kimia, atau biologi yang mempengaruhi
keseimbangan air dan elektrolit dalam intra dan ekstraselular atau yang dapat mengganggu sistem koloid dalam serat lensa dapat menyebabkan kekeruhan
Khurana, 2007.
2.3.5.1. Katarak Senilis
a Definisi
Menurut Khurana 2007, katarak senilis yang disebut juga katarak terkait usia merupakan katarak didapat yang paling sering terjadi pada orang yang
berusia lebih dari 50 tahun. Saat berusia 70 tahun, lebih dari 90 individu
Universitas Sumatera Utara
menderita katarak senilis. Keadaan ini biasanya bilateral, namun mata yang satu biasanya dipengaruhi lebih awal daripada mata yang lainnya.
Secara morfologi, katarak senilis terdiri dari 3 bentuk, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan subkapsular posterior Rosenfeld, 2007.
b Etiologi Khurana, 2007
i. Faktor yang mempengaruhi onset usia, tipe, dan maturasi dari katarak
senilis -
Keturunan -
Radiasi ultraviolet -
Faktor diet -
Krisis dehidrasi -
Merokok ii.
Penyebab katarak presenilis Istilah katarak presenilis digunakan ketika perubahan terjadinya katarak
yang serupa dengan katarak senilis terjadi sebelum usia 50 tahun. Penyebab yang paling sering antara lain:
- Keturunan
- Diabetes melitus
- Distrofi miotonik
- Dermatitis atopik
c Mekanisme kehilangan transparansi lensa
Menurut Khurana 2007, mekanisme ini berbeda antara katarak senilis kortikal dan nuklear. Pada katarak senilis kortikal, penurunan total protein, asam
amino, dan potasium berhubungan dengan peningkatan konsentrasi sodium dan hidrasi dari lensa, diikuti dengan koagulasi protein. Dengan bertambahnya usia,
ada dua hal yang terjadi. Pertama, penurunan fungsi dari mekanisme pompa transportasi aktif lensa mengakibatkan rasio Na
+
dan K
+
terbalik. Hal ini menyebabkan hidrasi dari serat lensa. Kedua, penurunan reaksi oksidatif akibat
bertambahnya umur menyebabkan penurunan kadar asam amino sehingga sintesis
Universitas Sumatera Utara
protein di dalam lensa juga akan menurun. Kedua hal ini akan menyebabkan kekeruhan dari serat lensa kortikal akibat denaturasi protein lensa.
Proses degeneratif yang terjadi pada katarak nuklear berhubungan dengan dehidrasi dan pemadatan nukleus lensa yang mengakibatkan katarak keras. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan signifikan protein yang tidak larut dalam air. Meskipun demikian, jumlah isi protein dan distribusi kation di dalam lenasa tetap
normal Khurana, 2007.
d Stadium Maturasi
Menurut Ilyas 2009, katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu insipien, imatur, intumesen, matur, dan hipermatur. Pada katarak insipien
akan terlihat kekeruhan mulai dari ekuator berbentuk jeriji menuju korteks, anterior, dan posterior katarak kortikal. Vakuol juga mulai terlihat di dalam
korteks. Pada katarak intumesen, kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa
akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal Ilyas, 2009.
Pada katarak imatur sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur volume lensa dapat bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif Ilyas, 2009. Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal Ilyas, 2009.
Katarak hipermatur merupakan katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning, dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak terus berlanjut disertai dengan
Universitas Sumatera Utara
kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga korteks akan memperlihatkan bentuk seperti sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni Ilyas, 2009.
Menurut Khurana 2007, pada katarak nuklear, proses sklerotik menyebabkan lensa tidak elastis dan keras, menurunkan kemampuan akomodasi,
dan menghalangi masuknya cahaya. Perubahan ini terjadi dimulai dari tengah, kemudian menyebar ke perifer dengan lambat, dan mencapai kapsul lensa ketika
telah matang. Nukleus dapat menjadi berawan keabu-abuan atau berbercak kuning atau hitam karena deposisi dari pigmen. Katarak nuklear berpigmentasi
yang sering dijumpai meliputi coklat katarak brunesen, hitam katarak nigra, atau yang jarang dijumpai merah katarak rubra.
Tabel 2.2. Perbedaan Stadium Katarak Senilis Insipien
Imatur Matur
Hipermatur Kekeruhan
Ringan Sebagian
Seluruh Masif
Cairan lensa Normal
Bertambah air masuk
Normal Berkurang
air + massa lensa keluar
Iris Normal
Terdorong Normal
Tremulans Bilik mata depan
Normal Dangkal
Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal
Sempit Normal
Terbuka Shadow test
Negatif Positif
Negatif Pseudopos
Penyulit -
Glauko ma -
Uveitis + glauko ma Sumber: Ilyas 2009.
e Gejala Klinis
Menurut Khurana 2007, kekeruhan lensa dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, dan mungkin tidak terlihat dalam pemeriksan okular rutin. Gejala katarak
yang sering muncul antara lain:
Universitas Sumatera Utara
- Silau glare
Salah satu dari gejala awal gangguan penglihatan pada katarak adalah silau atau intoleransi terhadap cahaya yang terang, seperti cahaya matahari atau
cahaya dari lampu kendaraan bermotor. -
Poliopia uniokular misalnya objek yang terlihat dua atau lebih Ini juga merupakan salah satu dari gejala awal katarak. Hal ini terjadi
karena refraksi yang iregular oleh lensa yang bervariasi sesuai indeks refraksi sebagai akibat dari proses terbentuknya katarak.
- Halo
Ini dapat dialami oleh pasien katarak yang mengalami pemecahan cahaya putih menjadi spektrum warna karena adanya tetesan air di dalam lensa.
- Titik hitam black spots di depan mata dapat terjadi pada beberapa pasien.
- Bayangan kabur, distorsi bayangan, dan bayangan yang berawanberasap
mungkin terjadi pada stadium awal katarak. -
Kehilangan penglihatan Kehilangan penglihatan pasien katarak bersifat tidak nyeri dan menurun
secara progresif bertahap. Pasien dengan kekeruhan di sentral mengalami kehilangan penglihatan lebih awal. Pasien ini melihat dengan baik ketika
pupil berdilatasi karena cahaya yang remang di malam hari. Pada pasien dengan kekeruhan perifer, hilangnya penglihatan tertunda dan penglihatan
semakin membaik dengan adanya cahaya yang terang ketika pupil berkontraksi. Pada pasien dengan sklerosis nuklear, penglihatan jauh
semakin memburuk karena terjadi miopia indeks progresif. Pasien ini mampu membaca tanpa kacamata presbiopi. Perbaikan penglihatan dekat
ini disebut sebagai “second sight”. Penglihatan semakin menurun seiiring dengan bertambahnya kekeruhan lensa.
f Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah slitlamp, funduskopi pada kedua mata bila mungkin, dan tonometer selain
daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi
Universitas Sumatera Utara
pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pascabedah dan fisik umum Ilyas, 2009.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunnya tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan
hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan Ilyas, 2009. Menurut Khurana 2007, pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara
lain: -
Pemeriksaan tajam penglihatan -
Oblique illumination examination -
Tes bayangan iris shadow test -
Distant direct ophthalmoscopic examination -
Slit-lamp examination Pada oblique illumination examination dapat dijumpai warna lensa di daerah
pupil yang bervariasi sesuai dengan tipe katarak Khurana, 2007. Tes bayangan iris shadow test dilakukan untuk mengetahui derajat
kekeruhan lensa. Dasar dari pemeriksaan ini adalah makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior, maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh
tersebut, sedangkan makin tebal kekeruhan lensa, maka makin kecil bayangan iris pada lensa yang keruh Ilyas, 2009.
g Penatalaksanaan
Walaupun telah berkembang berbagai teknologi bedah katarak, sampai sekarang belum ditemukan pengobatan katarak dalam bentuk tablet, salep, tetes
mata, dan gizi tertentu untuk mencegah perkembangan katarak. Tidak satu pun obat yang dikenal yang dapat menyembuhkan katarak Ilyas, 2003.
Katarak hanya dapat diangkat dengan cara pembedahan. Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak, atau lensa tanam
intraokular. Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan telah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan bila katarak ini
Universitas Sumatera Utara
telah menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan sosial atau atas indikasi
medis lainnya Ilyas, 2003. Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa
katarak dapat dilakukan dengan intrakapsular atau ekstrakapsular. Tindakan bedah ini pada saat ini dianggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit Ilyas,
2009. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular EKIK
merupakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Pembedahan ini dapat dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi
dan mudah putus. Pada EKIK, tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. EKIK tidak boleh dilakukan
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini antara lain:
astigmatisme, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan Ilyas, 2009. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstrakapsular
EKEK merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kasul lensa anterior
kapsulotomi anterior dengan meninggalkan kapsul posterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama- sama keratoplasti, implantasi lensa intraokular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intraokular, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata
mengalami bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini, yaitu terjadinya katarak sekunder Ilyas, 2009.
2.3.5.2.Katarak Metabolik
Diabetes melitus merupakan salah satu etiologi katarak metabolik. Katarak terkait umur terjadi lebih awal pada penderita diabetes. Katarak nuklear lebih
Universitas Sumatera Utara
sering terjadi dan mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat Khurana,2007. Diabetes melitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks
refraksi lensa, dan amplitudo akomodasi lensa. Jika kadar glukosa di dalam darah meningkat, kadar glukosa di dalam aqueous humor juga meningkat. Karena
glukosa yang berasal dari aqueous humor masuk ke dalam lensa secara difusi, kadar glukosa di dalam lensa pun akan meningkat. Beberapa dari glukosa tersebut
akan dimetabolisme oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol yang tidak dapat dimetabolisme lagi, tetapi menetap di dalam lensa. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam lensa yang mengakibatkan serat lensa membengkak. Hidrasi lentikular tersebut dapat mengganggu kekuatan
refraksi lensa Rosenfeld, 2007
2.3.5.3.Katarak Toksik
Menurut Rosenfeld 2007, penggunaan jangka panjang kortikosteroid dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior. Insiden ini berhubungan
dengan dosis dan lama pengobatan, serta ada variasi kerentanan individu terhadap terjadinya katarak yang diinduksi kortikosteroid.
Phenothiazine, golongan utama obat psikotropik, dapat menyebabkan penumpukan pigmen pada epitelium lensa anterior. Penumpukan pigmen tersebut
bergantung pada dosis dan lama pengobatan Rosenfeld, 2007. Penggunaan miotik, antikolinesterase, dapat menyebabkan katarak.
Pembentukan katarak mungkin terjadi pada pasien yang menerima terapi antikolinesterase dalam jangka waktu yang lama dan yang sering menerima dosis.
Amiodaron, obat antiaritmia, pernah dilaporkan menyebabkan penumpukan pigmen stellate anterior axial. Pada keadaan ini, kondisi signifikan jarang terjadi
Rosenfeld, 2007. Penggunaan statin pada manusia menunjukkan tidak adanya hubungan
dengan peningkatan risiko terjadinya katarak Meskipun demikian, penggunaan bersama simvastatin dan eritromisin mungkin berhubungan dengan dua sampai
tiga kali peningkatan resiko terjadinya katarak Rosenfeld, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5.4.Katarak Akibat Radiasi
Menurut Khurana 2007, paparan terhadap berbagai jenis energi radiasi dapat menyebabkan terjadinya katarak akibat kerusakan pada epitelium lensa.
Paparan berlebih bertahun-tahun terhadap sinar inframerah dapat menyebabkan kekeruhan lensa subkapsular posterior dan pengelupasan kapsul anterior lensa.
Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang bekerja pada industri kaca, sehingga sering disebut sebagai “glass-blower’s atau glass-worker’s cataract”. Paparan
terhadap sinar X, sinar γ, atau neutron mungkin berhubungan dengan katarak iradiasi. Dalam berbagai penelitian, radiasi ultraviolet berhubungan dengan
terjadinya katarak senilis.
2.3.5.5.Katarak Elektrik
Katarak elektrik diketahui terjadi setelah lewatnya listrik yang kuat di dalam tubuh Khurana, 2007. Syok elektrik dapat menyebabkan koagulasi protein dan
pembentukan katarak. Awalnya vakuol lensa muncul pada bagian pertengahan perifer anterior lensa, diikuti dengan kekeruhan linier korteks subkapsular anterior
Rosenfeld, 2007.
2.4. Merokok dan Katarak