BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Merokok
2.1.1. Epidemiologi Konsumsi Rokok
Hampir 1 juta milyar laki-laki di dunia merokok, sekitar 35 dari mereka berada di negara maju dan 50 berada di negara berkembang. Sekitar 250 juta
perempuan di dunia merupakan perokok. Sekitar 22 dari perempuan tersebut berada di negara maju dan 9 berada di negara berkembang. Rendahnya tingkat
konsumsi tembakau pada perempuan di seluruh dunia tidak mencerminkan kesadaran akan kesehatan, namun lebih kepada tradisi sosial dan rendahnya
sumber ekonomi pada perempuan. Jumlah perokok di dunia akan terus bertambah terutama karena terjadi pertambahan jumlah populasi. Pada tahun 2030 akan ada
sekitar 2 milyar orang di dunia. Meskipun angka prevalensi ini salah, jumlah perokok akan tetap meningkat. Konsumsi tembakau telah mencapai proporsi
epidemik global Mackay Eriksen, 2002. Indonesia adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.
Secara nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan
konsumsi tertinggi pada tahun yang sama Depkes RI, 2004. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang
pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980 konsumsi meningkat sebesar 159, yaitu dari 33 milyar batang menjadi
84 milyar batang. Antara tahun 1990 dan 2000 peningkatan lebih jauh sebesar 54 terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi.
Prevalensi merokok di kalangan dewasa meningkat menjadi 31,5 pada tahun 2001 dari 26,9 pada tahun 1995 Depkes RI, 2003.
Prevalensi merokok penduduk usia 15 tahun ke atas adalah 31,5 , lebih tinggi dibandingkan tahun 1995 yang sebesar 26,9. Prevalensi ini berbeda
menurut jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, kelompok umur, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Prevalensi merokok dewasa umur 15 tahun
Universitas Sumatera Utara
ke atas pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi pada perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi merokok pada laki-laki sebesar 62,2
dan perempuan sebesar 1,3. Penduduk yang tinggal di pedesaan mempunyai prevalensi merokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di
perkotaan. Prevalensi merokok di pedesaan adalah sebesar 34 dan di perkotaan sebesar 28,2. Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tinggal
di desa adalah sebesar 67 dan yang tinggal di kota 56,1 sedangkan prevalensi wanita umur 15 tahun ke atas di desa 1,5 dan di kota 1,1. Di tingkat provinsi,
angka tertinggi laki-laki yang merokok adalah di Gorontalo 69 dibandingkan Bali 45,7. Prevalensi merokok wanita meningkat menjadi lebih dari dua kali
lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua, Kalimantan timur, Jawa Tengah, dan Bali, meskipun secara menyeluruh prevalensinya masih tetap sangat rendah
Depkes RI, 2004. Menurut Surkesnas 2004, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas
2004 menunjukkan bahwa perokok umur ≥ 15 tahun di Ind onesia sebesar 35,
kisaran menurut provinsi terendah di Nanggroe Aceh Darussalam 24 dan tertinggi di Maluku Utara 42, persentase di atas rata-rata angka nasional
meliputi 13 provinsi. Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan 63 dibanding 4,5. Sebanyak 63 perokok yang merokok
≥ 10 batang per hari, kisaran menurut provinsi terendah di Maluku 22 dan tertinggi di Sumatera
Utara 84.
2.1.2. Merokok