Merokok Jenis Rokok Merokok

ke atas pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi pada perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi merokok pada laki-laki sebesar 62,2 dan perempuan sebesar 1,3. Penduduk yang tinggal di pedesaan mempunyai prevalensi merokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Prevalensi merokok di pedesaan adalah sebesar 34 dan di perkotaan sebesar 28,2. Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tinggal di desa adalah sebesar 67 dan yang tinggal di kota 56,1 sedangkan prevalensi wanita umur 15 tahun ke atas di desa 1,5 dan di kota 1,1. Di tingkat provinsi, angka tertinggi laki-laki yang merokok adalah di Gorontalo 69 dibandingkan Bali 45,7. Prevalensi merokok wanita meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua, Kalimantan timur, Jawa Tengah, dan Bali, meskipun secara menyeluruh prevalensinya masih tetap sangat rendah Depkes RI, 2004. Menurut Surkesnas 2004, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas 2004 menunjukkan bahwa perokok umur ≥ 15 tahun di Ind onesia sebesar 35, kisaran menurut provinsi terendah di Nanggroe Aceh Darussalam 24 dan tertinggi di Maluku Utara 42, persentase di atas rata-rata angka nasional meliputi 13 provinsi. Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan 63 dibanding 4,5. Sebanyak 63 perokok yang merokok ≥ 10 batang per hari, kisaran menurut provinsi terendah di Maluku 22 dan tertinggi di Sumatera Utara 84.

2.1.2. Merokok

Menurut Sitepoe 2000, merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900ºC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30ºC untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok. Definisi perokok sekarang menurut WHO dalam Depkes 2004 adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya masih merokok saat survey dilakukan. Menurut Harrisons 1987 dalam Sitepoe 2000, asap rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua Universitas Sumatera Utara komponen: komponen yang lekas menguap membentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap dapat berupa gas sejumlah 85 dan sisanya berupa partikel. Asap rokok yang diisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Menurut Drastyawan et al 2001 dalam Nasution 2007, besar pajanan asap rokok bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh jumlah rokok yang diisap dan pola pengisapan rokok tersebut. Menurut Kollapan dan Gopi 2002; Solak et al 2005 dalam Nasution 2007, faktor lain yang turut mempengaruhi akibat asap rokok antara lain usia mulai merokok, lama merokok, dalamnya isapan, dan lain- lain. Berdasarkan lamanya, merokok dapat dikelompokkan sebagai berikut: merokok selama kurang dari 10 tahun, antara 10-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Jumlah rokok yang dikonsumsi per hari dapat diklasifikasikan sebagai berikut: ringan 1-10 batang per hari, sedang 11-20 batang per hari, dan berat lebih dari 20 batang per hari.

2.1.3. Jenis Rokok

Menurut Sitepoe 2000, di luar negeri bahan baku rokok hanya tembakau, dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia bahan baku rokok adalah tembakau dan juga cengkeh atau disebut rokok kretek. Sebagai bahan baku, di samping tembakau juga ditambahkan kemenyan dan kelembak, atau disebut rokok kelembak atau rokok siong. Selain rokok yang khusus dijumpai di Indonesia, ada pula tembakau yang digunakan sebagai rokok pipa dan rokok cerutu yang tersebar luas di seluruh dunia. Pada rokok pipa, tembakau dibakar kemudian diisap melalui pipa. Khusus rokok cerutu, daun tembakau kering yang dirajang agak lebar disusun sedemikian rupa. Rokok digulung dengan berbagai jenis pembalut atau pembungkus. Ada yang menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih; daun nipah; pelepah tongkol jagung atau disebut rokok kelobot; dan dengan tembakau sendiri Universitas Sumatera Utara atau disebut rokok cerutu; ada juga yang tidak menggunakan pembalut, misalnya rokok pipa Sitepoe, 2000. Baik rokok putih maupun rokok kretek ‒demikian pun dengan rokok pipa ‒ada yang menggunakan filter dan ada pula yang tanpa filter. Konsumsi rokok berfilter banyak dijumpai di kota, sedangkan perokok di pedesaan banyak menggunakan rokok tanpa filter Sitepoe, 2000. Rokok kretek merupakan rokok khusus Indonesia yang hanya diproduksi di Indonesia. Jenis rokok ini diproduksi dengan mesin yang disebut rokok kretek mesin dan dapat pula diproduksi secara manual menggunakan tenaga kerja berjumlah banyak atau disebut rokok kretek tangan Sitepoe, 2000.

2.1.4. Bahan Kimia yang Terkandung di dalam Rokok