Yayasan sebagai badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan
hukum bersifat permanent, artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya. Yayasan juga memiliki hak dan
kewajiban, yaitu : 1.
Hak yaitu hak untuk mengajukan gugatan 2.
Kewajiban yaitu wajib mendaftarkan yayasan tersebut pada instansi yang berwenang untuk mendapatkan status badan hukum.
Sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan social, keagamaan dan kemanusiaan, yayasan mempunyai organ yang terdiri atas
Pembina, pengurus dan pengawas. Yayasan dilakukan sepenuhnyha oleh pengurus, oleh karena itu pengurus wajib memberikan laporan tahunan yang
disampaikan pada Pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan. Selanjutnya terhadap yayasan yang kekayaannya berasal dari
Negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kekayaan wajib diaudit oleh akuntan public dan laporan
tahunannya wajib diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia. Ketentuan ini dalam rangka penerapan prinsip keterbukaan dab akuntabilitas pada
masyarakat.
2.2 Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut Merriam Webster dan
Universitas Sumatera Utara
Oxford English Dictionary dalam Sedarmayanti, 2002: 37 kata empower mengandung dua pengertian, yaitu:
a. To give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain
b. To give ability to enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau
keperdayaan. Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan sebuah konsep yang
fokusnya adalah hal kekuasaan. Pemberdayaan secara substansial merupakan proses memutuskan atau breakdown dari hubungan antara subyek dan obyek.
Proses ini mementingkan pengakuan subyek akan kemampuan atau daya power yang dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini melihat penting mengalirnya
daya dari subyek ke obyek. Hasil akhir dari proses pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu yang semula jadi obyek menjadi subyek yang baru,
sehingga realisasi sosial yang ada nantinya akan dicirikan dengan realisasi antar subjek dengan subjek yang lain. Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari
orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaannya. Oleh karena itu pemberdayaan sangat jauh dari konotasi ketergantungan Tjandraningsih, 1996;
3. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadarann akan potensi yang dimiliknya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut
diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Penguatan ini meliputi langkah-
langkah yang nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan input, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang opportunities yang akan membuat
individu menjadi lebih berdaya Kartasasmita, 1996; 48. Dengan demikian pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu masyarakat tetapi juga
pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain yang merupakan bagian
pokok upaya pemberdayaan itu sendiri. Menurut Shardlow bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka “such a definition of empowerment is centrally about people taking control of their own
lives and having the power to shape their own future”. Dalam kesimpulannya, Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah
jauh berbeda dengan gagasan Biestek 1961 yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama “Self Determination”, yang dikenal
sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang pekerja sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa
yang harus ia hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya Adi, 2007; 32.
Dubois dan Miley mengemukakan dasar-dasar pemberdayaan meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja
secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit. b.
Proses pemberdayaan memandang system klien sebagai kompenen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan
kesempatan. c.
Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi d.
Kompetensi yang diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman khusus yang kuat daripada keadaan yang menyatakan apa yang
dilakukan. e.
Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.
f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, selalu berubah,
dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi. g.
Pemberdayaan adalah pencapaian struktur-struktur parallel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat Sumodingrat, 1991; 52.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses aktif antara motifator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu
diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses system sumber daya
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga proses pemberdayaan hendaknya meliputi penciptaan suasana kondusif enabling, penguatan kapasitas
dan kapabilitas masyarakat empowering, perlindungan dan ketidakadilan
Universitas Sumatera Utara
protecting, bimbingan dan dukungan supporting, dan memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang foresting.
Pemberdayaan itu sendiri adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah proses instant. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan:
penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. 1. Penyadaran
Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk
mempunyai sesuatu. 2. Pengkapasitasan
Pengkapasitasan capacity building, atau dalam bahasa yang lebih sederhana memampukan enabling.
3. Pendayaan Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas atau
peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Pemberian keterampilan dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan pendidikan.
2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat Menurut Chambers Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-
centered, participatory, empowering, and sustainable Kartasasmita, 1996; 63. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
Universitas Sumatera Utara
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat. Menurut Sumodiningrat bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan
upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut
dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Menurut Mubyarto menekankan bahwa adanya keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam proses
pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia, penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat ynag
bersangkutan. Suatu masyarakat sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentu memiliki keberdayaan yang tinggi
Somudiningrat, 1991; 41. 2.2.2 Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pembangunan nasional pada dasarnya merupakan suatu pemberdayaan masyarakat. Bagi pelaku perubahan, hal yang dilakukan terhadap
klien mereka baik ditingkat individu, kelompok, ataupun komunitas adalah upaya memberdayakan dan mengembangkan klien dari yang tidak atau kurang berdaya
menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Payne mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan empowerment, pada intinya ditujukan guna:
To help client gain power ofdecision and action over own lives by reducing the effect of social or personel blocks to exercising exiting
power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients.
Pemberdayaan empowerment, pada intinya demi membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang
akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan Adi, 2003:54
Kartasasmita menyatakan bahwa upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu:
a Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang enabling. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada
sumber daya manusia atau masyarakat yang tanpa daya. Karena kalau demikian masyarakat akan punah. Pemberdayaan adalah menbangun daya itu,
dengan mendorong encourage dan membangkitkan kesadaran awareness akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya
b Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat empowering,
sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim dan suasana. Upaya ini meliputi langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai
masukan serta pembukaan akses pada berbagai peluang opportunities yang
Universitas Sumatera Utara
membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam langkah pemberdayaan ini upaya utamanya adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, dan
akses pada sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti: modal, teknologi, informasi, lapangan pekerjaan dan pasar.
c Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat. Sehubungan
dengan hal tersebut, perlindungan dan pemihakkan sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat Kartasasmita, 1996; 39.
2.2.3 Strategi Program dan Keberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi
ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai
konsep sosialbudaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidaksaja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi,tetapi
juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Pemberdayaan masyarakat telah menjadi konsep yang banyak dipakai
oleh para pengambil keputusan untuk menunjukkan bahwa ada perubahan tujuan program pembangunan yang lebih berpihak kepada rakyat. Hasil penelaahan
dokumen kebijakan, program dan proyek-proyek pembangunan di sektor sosial dan ekonomi banyak mencantumkan istilah ,pemberdayaan masyarakat.,
pemberdayaan rakyat, pemberdayaan daerah, pemberdayaan kelompok. Istilah pemberdayaan juga ditujukan pada kelompok sasaran tertentu, seperti
Universitas Sumatera Utara
pemberdayaan fakir miskin, pemberdayaan anak, pemberdayaan keluarga. Dalam Rencana Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial, yang dijadikan landasan
dalam perencanaan pembangunan kesejahteraan sosial, secara nyata telah mencantumkan istilah pemberdayaan masyarakat sebagai strategi dalam
pembangunan, seperti yang tercantum sebagai berikut : Strategi dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran serta kebijakan yang
telah ditetapkan yaitu : 1
Pemberdayaan: peningkatan profesionalisme dan kinerja aparatur dan pelaku pembangunan kesejahteraan sosial untuk memberikan kepercayaan dan
peluang kepada masyarakat., Organisasi Sosial, LSM, dunia usaha dan penyandang masalah sosial dalam mencegah dan mengatasi masalah yang ada
di lingkungannya serta merealisasikan aspirasi dan harapan mereka dalam mewujudkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosialnya;
2 Kemitraan: kerjasama, kepedulian, kesetaraan, kebersamaan, kolaborasi dan pelaksanaan jaringan kerja yang menumbuh kembangkan kemanfaatan timbal
balik antara pihak-pihak yang bermitra dan mengoptimalkan pelayanan- pelayanan yang bersifat terpadu;
3 Partisipasi: prakarsa, peranan dan keterlibatan semua pihak pelaku
pembangunan dan penerima pelayanan, lingkungan sosial dan penyedia pelayanan dalam pengambilan keputusan, perumusan rencana, pelaksanaan
kegiatan dan pemantauan pelaksanaan serta melakukan pilihan terbaik untuk peningkatan kesejahteraan sosial. Namun demikian, makna pemberdayaan
dan implikasinya terhadap proses pelaksanaan program yang menggunakan
Universitas Sumatera Utara
strategi pemberdayaan belum sepenuhnya dipahami. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap para pengambil keputusan dari tingkat nasional
sampai tingkat kecamatan. Beberapa informasi diperoleh dari hasil diskusi kelompok terarah dan pertemuan nasional dalam rangka forum konsultasi
Exit Strategy JPS antara Pusat dan Daerah Jawa Barat di Bandung yang difasilitasi oleh Bappenas bulan Agustus 2002 Hikmat, 2000. Makna
Pemberdayaan, Strategi Program dan pemberdayaan masyarakat. http:perencanaan.depsos.go.id. Di akses pada tanggal 28 Februari 2009
pukul 14:32 WIB. Makna pemberdayaan bagi kalangan pemerintah dapat diidentifikasi
sebagai berikut: 1.
Upaya pembinaan, bahwa masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya harus dibina karena mereka dalam kondisi tidak mampu. Pembinaan menjadikan
program pemberdayaan tetap dalam kerangka ada pembina dan ada yang dibina. Hal ini berimplikasi adanya hubungan patron klien, hubungan atas
bawah, hubungan penguasa dan yang dikuasai. Salah satu pernyataan dikemukakan oleh salah seorang kepala bagian di lingkungan “pembinaan
penduduk miskin dilakukan dengan pemberian modal usaha agar mereka dapat meningkatkan usahanya. Kami sebagai pembina berusaha agar bantuan
modal usaha itu dapat tepat sasaran. 2.
Upaya pemberian bantuan sosial, bahwa masyarakat.harus dibantu karena ketidakpunyaan sumber untuk kehidupannya. Bantuan sosial ini ibarat
“sinterkelas” yang dapat menyelesaikan masalah dengan sesaat dan seolah-
Universitas Sumatera Utara
olah tugas yang memberikan bantuan selesai, ketika bantuan itu sudah diberikan kepada klien.
3. Upaya rehabilitasi sosial, bahwa masyarakat.harus direhabilitasi karena telah
mengalami “cacat” secara sosial dalam kehidupannya. Pandangan bahwa penyandang masalah sosial dan fakir miskin adalah kelompok yang telah
memberikan aib bagi wilayah pembangunan, sehingga mereka harus direhabilitasi. Konsep ini nampak ketika sasaran program dikategorikan pada
tuna sosial, seperti gelandangan pengemis, tuna susila, anak jalanan dan keluarganya. Pemberdayaan diartikan sebagai proses pemulihan rehabilitasi
agar mereka dapat kembali pada norma-norma yang berlaku umum di masyarakat.
4. Upaya penertiban, bahwa masyarakat.harus ditertibkan karena telah
mengganggu keindahan dan kenyamanan kota. Komunitas yang tinggal di daerah kumuh harus ditertibkan, karena tinggal di tanah ilegal dan tidak perlu
dianggap atau diakui sebagai warga setempat dicatat oleh RT 5.
Upaya pengembangan, bahwa masyarakat miskin harus dikembangkan karena ketertinggalan dalam kehidupannya. Makna pengembangan menunjukkan
bahwa ada power, kemampuan, keahlian yang dimiliki pemrakarsa program dan masyarakat.dalam keadaan “kecil” sehingga harus dibesarkan.
6. Upaya peningkatan, bahwa masyarakat.harus ditingkatkan kesejahteraannya
karena dalam kondisi dibawah taraf kesejahteraan masyarakat.padaumumnya. Makna ditingkatkan diwarnai oleh ukuran-ukuran kesejahteraan
masyarakat.yang ditentukan oleh pembuat program services provider.
Universitas Sumatera Utara
Muncul istilah dibawah batas ambang garis kemiskinan atas dasar indikator tertentu Adi, 2007; 73.
Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga
dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosialbudaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada
rakyat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Kajian strategis
pemberdayaan masyarakat.,baik ekonomi, sosial, budaya dan politik menjadi penting sebagai input untuk reformulasi pembangunan yang berpusat pada rakyat,
yang memberikan peluang bagi masyarakat.untuk membangun secara partisipatif. Dalam pembangunan partisipatif, pemberdayaan merupakan salah satu strategi
yang dianggap tepat jika elemen-elemen makro dikondisikan sedemikian rupa agar esensi pemberdayaan tidak menjadi terdistorsi. Menurut Kusnaka
Adimihardja Harry Hikmat menjelaskan sebagai berikut: Latar belakang pemikiran partisipasi yaitu program atau proyek atau kegiatan pembangunan
masyarakat.yang datang dari atas atau dari luar komunitas sering gagal dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.lokal. Praktisi pembangunan juga sering
mengalami frustasi terhadap kegagalan program tersebut. Oleh karena itu, reorientasi ulang terhadap strategi pembangunan masyarakat. muncul dengan
lebih mengedepankan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sebagai strategi dalam pembangunan masyarakat Hikmat, 2000. Makna Pemberdayaan, Strategi
Universitas Sumatera Utara
Program dan pemberdayaan masyarakat. http:perencanaan.depsos.go.id. Di akses pada tanggal 28 Februari 2009 pukul 15:13.
2.3 Pengertian Masyarakat Desa