Hubungan Proses Pembelajaran, Manajemen Administrasi Akademik Dengan Mutu Lulusan Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa Tahun 2004-2005

(1)

HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN

ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN

AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA

TAHUN 2004-2005

T E S I S

OLEH

SOFJAN, A.R

037 012 022/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN

ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN

AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA

TAHUN 2004-2005

T E S I S

Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

SOFJAN, A.R 037012022

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA TAHUN 2004-2005.

Nama Mahsiswa : SOFJAN, A.R Nomor Induk Mahasiswa : 037 012 022

Program Magister : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Jurmaini Mainuddin, M.A Ketua

Drs. Marwan Harahap, M.Eng dr. Dayeng S, Sp.OG Anggota Anggota

Ketua Program Magister Direktur SPs USU

DR. Drs. Surya Utama, M.S Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc


(4)

Telah di uji :

Pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Jurmaini Mainuddin, M.A

Anggota

: Drs. Marwan Harahap, M.Eng

dr. Dayeng S, Sp.OG

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt

Prof. dr. Delfi Lutan, Sp,.OG.


(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN

ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN

AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA

TAHUN 2004-2005

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Agustus

2007

S O F J A N, A.R

037 012 022


(6)

HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN AKADEMI KEBIDANAN

BUSTANUL ULUM LANGSA TAHUN 2004-2005 SOFJAN, A.R

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan proses pembelajaran, manajemen administrasi akademik dan hubungan bersama-sama antara proses pembelajaran dan manajemen akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa. Jenis penelitian studi korelasional (corelational researh) dengan rancangan penelitian studi sekat silang (cross sectional). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa tahun ajaran 2004-2005, yang duduk di tingkat III dan masih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang berada pada semester V yang berjumlah 50 mahasiswi. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder, dengan Instrumen penelitian wawancara, kuesioner dan analisis dokumen. Analisa data dengan univariat, bivariat dengan menggunakan korelasi pearson product momen dengan tingkat kemaknaan 95% dan analisis Multivariat dengan menggunakan analisis regresi Linier.

Dari hasil Penelitian disimpulkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara proses pembelajaran dengan mutu lulusan (r = 0,726 dan P < 0,05), Ada hubungan yang signifikan antara manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan (r = 0,473 dan P < 0,05) dan Ada hubungan bersama-sama yang signifikan, baik antara proses pembelajaran maupun manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa (F = 34,540 dan P = 0,000).

Disarankan agar dapat meningkatkan komitmen, kompetensi pengajar atau murid, mengembangkan kemampuan manajemen administrasi akademik, kepercayaan diri, kreatifitas, kebebasan berfikir terhadap pengajar dan peserta didik dan dapat meningkatkan peran serta masyarakat atau alumni, baik moral maupun finansial dalam upaya peningkatan mutu lulusan Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.

Kata Kunci : Proses Pembelajaran, Manajemen Administrasi Akademik dengan


(7)

RELATION OF STUDY PROCESS, MANAGEMENT ADMINISTRATION OF ACADEMIC WITH QUALITY GRADUATE IN MIDWIFERY

ACADEMY OF BUSTANUL ULUM LANGSA 2004-2005 SOFJAN, A.R

ABSTRACT

This research aim to to know relation process study, administration management of academic relation and together between study process and management of academic with quality of graduate in Midwifery Academy of Bustanul Ulum Langsa. Type research of correlation study (correlation research) with device research of crossed partition study (cross sectional). Sample and population in this research is Midwifery Academy student of Bustanul Ulum Langsa school year 2004-2005, what sit in level of III and still active in following learning process taught residing at V semester amounting to 50 students. Data obtained from primary and secondary data, with Instrument research of interview, document analysis and questioner. Data analysis with univariat, bivariate by using pearson correlation of product moment with 95% meaning level and Multivariat analysis by using Linear regression analysis.

The result show that study process variable and administration management of academic variable have an effect by together onto improvement of student grad quality, where most influencing variable is study process variable equal to 59,5 % (R 2 = 0,595), and rest influenced by other factor. Thereby can be concluded that, There is relation which isn't it between study process with grad quality (r = 0,726 and P < 0,05), there is relation which isn't it administration management of academic with grad quality (r = 0,473 and P < 0,05) and there is significant of together relation, which isn't it for study process and administration management of academic with grad quality in Midwifery Academy of Bustanul Ulum Langsa (F = 34,540 and P = 0,000).

Is suggested that can improve commitment, instructor interest or pupil, developing ability of administration management of academic, self confidence, creativity, freedom of thinking to educative participant and instructor that can improve role and also collegiate or society, good of moral or financial in the effort improvement of grad quality of Midwifery Academy of Bustanul Ulum Langsa. Keyword : Study Process, Administration Academic of Management with Quality


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada orang-orang yang selama ini telah banyak berjasa dan senantiasa setia tak henti-hentinya memberikan dorongan, bantuan, dukungan dan bimbingan diantaranya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur SPs USU

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Ketua Program Magister AKK SPs USU

3. Bunda Prof. Dr. Jurmaini Mainuddin, M.A., selaku ketua pembimbing. 4. Bapak Drs. Marwan Harahap, M.Eng., sebagai anggota pembimbing 5. Bapak dr. Dayeng S, Sp.OG., sebagai anggota pembimbing

6. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai anggota pembanding. 7. Bapak Prof. dr. Delfi Lutan, Sp.OG., sebagai anggota pembanding.

8. Ketua Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa, yang telah memberikan kesempatan kepapa penulis berupa berbagai kemudahan, baik dari aspek pendanaan maupun lokasi penelitian.

9. Almarhum Ayahanda A.R Syami dan Ibunda Hj. Fatimah Sulaiman serta adik-adik yang telah banyak memberikan inspirasi dan doa kepada penulis.


(9)

10. Istimewa dan sangat spesial kepada istriku Hj. Sjukriah Mard dan anak-anakku Nora Esa, Vazlon Muda, Soraya Masyithah, Maulana Akbar dan Iqbal Mukmin yang telah dengan sabar dan penuh perhatian terus menggugahku untuk sesegera mungkin menyelesaikan tesis ini.

11. Alma Ata Gank sebagai kelompok belajar yang terus membantu aktifitas penulisan tesis ini.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah menerima amal baiknya.

Penulis menyadari, bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun bahasanya, oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritikan dan saran dari semua pihak. Akhirnya, semoga tesis ini dapat dijadikan rujukan dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan inspirasi dalam pemecahan masalah praktis di berbagai organisasi terutama institusi pendidikan.

Medan, Agustus 2007 Penulis


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sofjan AR.

Tempat / Tanggal Lahir : Simpang Ulim, 5 Juli 1944

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Kawin

Alamat : Jl. TM.Bachrum No.5 Kel.GP Jawa Kec.Langsa Kota Telepon / Hp : 064121214, 0811670445

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SR Simpang Ulim : Tamat Tahun 1958 2. SMP Bandung : Tamat Tahun 1970 3. SPR Bandung : Tamat Tahun 1972 4. SMA Medan : Tamat Tahun 1975 5. Akademi Anestesi Jakarta : Tamat Tahun 1981 6. S1 MIPA UNSAM Langsa : Tamat Tahun 1995 RIWAYAT PEKERJAAN :

1. Tahun 1967 – 1978 : Kepala Puskesmas Kuta Binjai Aceh Timur 2. Tahun 1978 – 1981 : Tugas Belajar di Akademi Anestesi Jakarta 3. Tahun 1981 – 1985 : Kepala Kamar Operasi dan ICU RSUD Langsa 4. Tahun 1985 – 2000 : Kepala Keperawatan RSUD Langsa

5. Tahun 2000 – sekarang : Direktur Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa RIWAYAT ORGANISASI :

1. Tahun 1972 – 2000 : Anggota Golkar Kabupaten Aceh Timur 2. Tahun 2000 – 2003 : Anggota Partai Golkar Kota Langsa

3. Tahun 1995 – sekarang : Pengurus ICMI Orsat Kabupaten Aceh Timur 4. Tahun 1997 – sekarang : Sekretaris WJI Kabupaten Aceh Timur 5. Tahun 1999 – sekarang : Ketua DPD MKGR Kabupaten Aceh Timur 6. Tahun 2001 – sekarang : Pengurus IPHI Kabupaten Aceh Timur 7. Tahun 2001 – sekarang : Waket DPD II Partai Golkar Pemko Langsa.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN... i

PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ii

PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR... vi

RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 5

1.3.Perumusan Masalah ... 6

1.4.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1. Tujuan Umum ... 6

1.4.2. Tujuan Khusus ... 7

1.5.Manfaat Penelitian ... 7

1.6.Landasan Teori... 8

1.7.Hipotesis Penelitian ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Proses dan komponen Pembelajaran ... 13

2.2.1. Tujuan Pembelajaran ... 14

2.2.2. Kegiatan belajar mengajar ... 15

2.2.3. Metode Pembelajaran ... 17

2.2.4. Alat Bantu Belajar Mengajar ... 19

2.2.5. Evaluasi Pembelajaran ………. ... 20

2.3. Manajemen Administrasi akademik ………... 22

2.3.1. Perencanaan Akademik ……….. 24

2.3.2. Pengorganisasian Akademik ……… .. 24

2.3.3. Pelaksanaan Akademik ……… .. 24

2.3.4. Pengawasan akademik ………. .. 25

2.3.5. Pelaporan Akademik ……….. 26

2.4. Mutu Lulusan (prestasi belajar) Mahasiswa ... 26


(12)

2.4.2. Pelaksanaan Tugas ………... .. 27

2.4.3. Karakteristik Profesi Bidan ………. 28

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………... 34

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3. Rancangan Penelitian ... 34

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 35

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

3.7. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 44

3.8. Instrumen Penelitian ……….. ... 45

3.9. Tehnik Analisa Data ... 45

3.10.Jadwal Penelitian ... 46

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN 4.1. Hasil Penelitian ……….. ... 47

4.1.1. Gambaran Umum Akbid Bustanul Ulum Langsa ……… .. 47

4.1.2. Analisis Univariat ……….. 50

4.1.3. Analisis Bivariat ………. 58

4.1.4. Analisis Multivariat……….. ….. 59

4.2. Pembahasan………... 60

4.2.1. Hubungan Proses Pembelajaran dengan Mutu Lulusan ... 60

4.2.2. Hubungan Manajemen Administrasi Akademik dengan Mutu Lulusan ………. 62

4.2.3.Hubungan Bersama-sama, proses pembelajaran dan manajemen Administrasi Akademik dengan Mutu Lulusan ... 63

BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan ……… 65

5.2. Saran-saran ……….... 65

DAFTAR PUSTAKA ………... .. 67


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Daftar Nama Dosen DPK, Dosen Tetap Yayasan, Dosen Tidak Tetap Yayasan dan Dosen Kontrak Akademi Kebidanan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Tahun Ajaran 2005 – 2006 ... 48 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Proses Pembelajaran Akademi Kebidanan

Bustanul Ulum Langsa Tahun 2005 ... 50 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Manajemen administrasi Akademik Akbid

Bustanul Ulum Langsa Tahun 2005 ... 54 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Mutu Lulusan Akbid Bustanul Ulum Langsa

Tahun 2005 ... 56 Tabel 4.5. Uji Korelasi Antara Proses Pembelajaran, Manajemen

Administrasi Akademik Dengan Mutu Lulusan ... 58 Tabel 4.6. Statistik Regresi Linier Berganda ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 3.5 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Proses Pembelajaran,


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal 1. Frequency Table/ Regression ... 70 2. Kuesioner Penilaian Mahasiswa Terhadap Proses Pembelajaran Dosen

Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa Tahun 2004-2005. ... 73 3. Kuesioner Penilaian Peneliti Terhadap Manajemen Administrasi Akademik

Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa Tahun 2004-2005 ... 76

4. Kuesioner Mutu Lulusan Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa Tahun 2004-2005 ... 78


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan umat manusia dalam milenium baru tentang pendidikan tinggi mempunya dimensi, tidak hanya domestik tetapi global, dalam bentuk persaingan, mutu dan jaringan kerjasama (Tilaar, 2004). Abad XXI yang di tandai dengan kemajuan tekhnologi, telekomunikasi, tranportasi dan berbagai karakteristik, tentunya membawa perubahan termasuk lembaga pendidikan bidang kesehatan.

The World Summit pada tanggal 8 – 12 Agustus 1993 yang dikutip oleh Yordan

(2001) telah menetapkan kriteria tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) yang ideal menuntut lembaga pendidikan yang berkualitas, yaitu pendidikan yang memberikan ketrampilan yang berkelanjutan, efisien dan praktis serta mampu memecahkan persoalan yang ada di masyarakat.

Di Indonesia lembaga pendidikan kesehatan masih dihadapkan pada sejumlah masalah yang secara umum menyangkut masalah pemerataan, kualitas, relevansi, efisiensi dan efektivitas (Depkes RI, 2003), termasuk pendidikan dosen. Pada hakikatnya lembaga pendidikan merupakan suatu wadah yang bertanggungjawab untuk mendidik dan mempersiapkan sumber daya manusia, termasuk pendidikan bidang kesehatan khususnya tenaga bidan, guna mendukung terlaksananya visi pembangunan kesehatan Nasional menuju Indonesia Sehat 2010.

Institusi pendidikan yang berkualitas akan bertahan keberlangsungannya bila berorientasi pada mutu, karena akan menghasilkan tenaga kesehatan sesuai


(17)

kebutuhan masyarakat dan profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Hasil survey The Political and Economic Risk Cosultancy (PERC) pada tahun

2001 dalam (Djumiati, 2004), menyatakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia menempati peringkat ke dua belas dari dua belas negara Asean dengan nilai 6,56, hal ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia sangat rendah, sehingga menjadi permasalahan nasional.

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang mempunyai tujuan, kegiatan belajar mengajar, mempunyai metode, memiliki alat bantu belajar dan melakukan evaluasi belajar, di mana materinya relevan dengan kebutuhan masyarakat yang berorientasi pada hasil (output) dengan melakukan

supervisi, monitoring yang terus menerus, sehingga berdampak terhadap

peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan (continue quality

improvement) (Widawati, 2002).

Untuk mendukung kegiatan pembelajaran diperlukan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan standar yang dibutuhkan, penyusunan rencana program pengajaran, dan melakukan evaluasi belajar, tentunya dengan pengelolaan yang professional, karena proses atau kegiatan pembelajaran sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa/kemampuan lulusan.

Kegiatan pembelajaran hendaknya dapat memberikan pengalaman belajar menumbuhkan rasa percaya diri, rasa harga diri dan rasa kemandirian dalam melaksanakan tugas. Hal ini dapat terwujud apabila kegiatan-kegiatan

pembelajaran menerapkan empat pilar cara belajar, yaitu (1) Learning to know


(18)

Learning to Live (belajar untuk hidup) (4). Learning to be (belajar untuk diri

sendiri), sehingga bila diterapkan secara bersama–sama oleh mahasiswa, dalam

hal ini mahasiswa kebidanan mampu berkembang secara integral, diperolehnya

“Behaviour objective” atau perilaku nyata yang diharapkan dalam pendidikan

kebidanan (Widyawati, 2002).

Pada era globalisasi saat ini, sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk dapat memenangkan persaingan, institusi pendidikan dituntut untuk melakukan peningkatan mutu berdasarkan pertimbangan potensi, kendala, peluang, ancaman, efektivitas dan efesien dalam bertindak, yang salah satu upaya menciptakannya melalui pengelolaan administrasi akademik yang berkualitas, yang dimulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan kegiatan evaluasi.

Sebuah institusi pendidikan akan bertahan bila mempunyai keunggulan kompetitif yaitu memenuhi visi, misi, tujuan, cara kerja yang efisien, tenaga pendidik yang profesional dan mempunyai integritas tinggi, sehingga dihasilkan produk jasa yang berkualitas, akuntabel, transparan, memiliki kemampuan dan ketrampilan sesuai bidangnya masing–masing, yang dapat di ukur dari hasil ujian, pelaksanaan tugas sesuai dengan karakteristik pendidikan bidan.

Demikian juga dalam penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan pendidikan bidan yang bermutu, merupakan bagian integral pembangunan kesehatan yang diharapkan dapat berperan sebagai pemikir, perencana, pelaksana serta penggerak menyangkut tugas dalam kehidupan sehari–hari.


(19)

Beberapa upaya pendidikan yang lebih bermutu harus memperhatikan komponen–komponen berikut ini: 1). Kurikulum yang berbasis kompetensi

(competency based approach), 2). Dukungan terhadap pengembangan staf

akademik dan 3). Kegiatan pembelajaran yang baik, sehingga prestasi belajar atau mutu lulusan akan lebih baik (Depkes RI, 2003).

Hasil sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) TAP MPR No.IV/MPR/2002 tanggal 07 – 18 Agustus 2002 tentang Arah Kebijakan Pendidikan, diputuskan antara lain di bidang pendidikan butir 6; “Meningkatkan Kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta dengan memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efIsien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

Hasil surveI awal yang dilakukan, menunjukkan bahwa tidak semua dosen pada akademi kebidanan Bustanul Ulum Langsa dalam proses pembelajaran membuat tujuan instruksional khusus menyangkut kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa, rencana program pembelajaran yang belum baik, menilai perubahan tingkah laku, jarang menggunakan sarana penunjang dan evaluasi yang memadai.

Begitu juga dengan sistem adminsitrasi di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum belum mempunyai manajemen administrasi akademik yang memadai, hal ini ditandai dengan tidak adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan, sehingga berdampak terhadap proses belajar mengajar.


(20)

Dari catatan administrasi akademik di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa (2004) dari jumlah mahasiwa selama kurun waktu 2001-2004 jumlah yang lulus sebanyak 161 orang (100%), di antaranya 86 mahasiswa (54%) lulus dengan

predikat sangat memuaskan, sedangkan lulusan dengan predikat memuaskan

sebanyak 40 mahasiwa (25%), 35 mahasiswa lulus dengan kategori cukup (21,%). Data di atas menunjukkan secara umum mutu lulusan mahasiswa Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa masih rendah, di mana tingkat kelulusan mahasiswa selama kurun waktu 2001-2004 yang lulus dengan predikat sangat memuaskan hanya 54%, dari 60%-80% target yang direncanakan.

Oleh karena permasalahan sebagaimana tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti, tentang hubungan proses pembelajaran dan manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan mahasiswa, sehingga akan memunculkan beberapa kebijakan dari fenomena proses pembelajaran, manajemen administrasi akademik, yang akhirnya dapat meningkat mutu lulusan mahasiswa yang belajar atau kuliah pada Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.2. Identifikasi Permasalahan

Setelah dilakukan identifikasi, terdapat beberapa permasalahan yaitu:

1.2.1. Apakah terdapat atau adanya dugaan hubungan proses pembelajaran

dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.2.2. Apakah terdapat atau adanya dugaan hubungan manajemen administrasi

akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.


(21)

1.2.3. Apakah terdapat atau adanya dugaan hubungan bersama-sama, baik proses pembelajaran maupun manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.3. Perumusan Masalah

Proses pembelajaran belum berjalan sebagaimana mestinya, belum terdapat pengelolaan yang baik menyangkut administrasi akademik, dan masih banyak mahasiswa dengan peringkat kelulusan nilai cukup, hanya sedikit yang mendapatkan peringkat sangat memuaskan dan tidak ada yang mendapatkan peringkat terpuji.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:

1.3.1. Apakah ada hubungan bermakna antara proses pembelajaran dengan mutu

lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.3.2. Apakah ada hubungan bermakna antara manajemen administrasi akademik

dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.3.3. Apakah ada hubungan bermakna secara bersama-sama, proses

pembelajaran dan manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan proses pembelajaran dan manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.


(22)

1.4.2. Tujuan Khusus

(1) Untuk mengetahui hubungan proses pembelajaran dengan mutu lulusan di

Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.

(2) Untuk mengetahui hubungan manajemen administrasi akademik dengan

mutu lulusan mahasiswa Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.

(3) Untuk mengetahui hubungan bersama-sama antara proses pembelajaran dan

manajemen akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.5. Manfaat Penelitian

(1) Bagi direktur Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa diperolehnya

informasi tentang proses pembelajaran dan prestasi belajar mahasiswa, sebagai masukan untuk rencana perbaikan.

(2) Bagi dosen, staf dan tenaga akademik, sebagai bahan masukan dalam

perencanaan, pengembangan SDM, peningkatan Sistem Mutu Kendali kegiatan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan.

(3) Bagi penelitian selanjutnya dalam hal ini riset pengembangan tenaga

kesehatan institusi Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa sebagai bahan masukan untuk penelitian, faktor-faktor lain, misalnya tingkat kemampuan dosen, partisipasi stakeholder, orang tua, motivasi mahasiswa

dalam memilih pendidikan di Bustanul Ulum Langsa dan hubungannya dengan prestasi belajar mahasiswa.


(23)

1.6. Landasan Teori

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur–unsur pendidikan, yakni: a). Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidikan), b). Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c). Out put (perilaku

yang diharapkan).

Prinsip utama dalam proses pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok, keluarga dan masyarakat, apabila proses pendidikan dilihat sebagai sistem, proses belajar dalam kegiatannya menyangkut aspek masukan, proses dan hasil (Suhila, dkk, 2002).

Sedangkan kegiatan pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (1978), dalam (Suhila, 2002) adalah cara yang dipakai pengajar, ahli kurikulum, perancang bahan dan lain-lain yang bertujuan untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi guna keperluan belajar. Hakekat pembelajaran adalah merencanakan dan mengelola komponen pembelajaran secara sistematis dalam merancang, mengembangkan, mengimplementasikan pengajaran dan melakukan penilaian.

Menurut Natoatmodjo (2003), dalam kegiatan belajar ada tiga persoalan

pokok, yaitu masukan (input), proses dan keluaran. Persoalan masukan

menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya, persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya


(24)

perubahan kemampuan pada diri subjek belajar melalui kemampuan menyerap pengetahuan dan aplikasi sehingga terjadi perubahan perilaku serta terjadi hubungan timbal balik berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari, sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar (perubahan perilaku).

Franco (1987) dalam (Widyawati, 2002), ada empat kata kunci yang terkait dengan pendidikan dan pelatihan: belajar, perilaku, orang dan pekerjaan. Keempat kata tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait, tidak dapat dipisahkan dan harus dapat dipahami oleh para pengelola lembaga pendidikan atau pelatihan.

Untuk menghasilkan tenaga bidan yang berkualitas, haruslah memiliki kemampuan komprehensif dan profesional hanya dapat dilakukan melalui institusi pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan bidan saat ini sudah termasuk pendidikan tinggi, dalam rangka peningkatan mutu institusi pendidikan yang dapat menghasilkan bidan yang bermutu diperlukan tenaga dosen yang berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum, tempat praktek, mempunyai tujuan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, memahami konsep dan pelaksanaan metode, alat bantu pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran. Selanjutnya mahasiswa harus memiliki kesehatan yang prima dan mempunyai kepribadian yang baik dan semuanya ini di dukung dengan


(25)

manajemen administrasi akademik, administrasi umum dan administrasi mahasiswa.

1.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan sebelumnya dan berdasarkan teori, maka hipotesisi dirumuskan sebagai berikut:

1.7.1. Ada hubungan proses pembelajaran dengan mutu lulusan di Akademi

Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.7.2. Ada hubungan manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan di

Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.

1.7.3. Ada hubungan bersama-sama, baik proses pembelajaran maupun

manajemen akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil pengamatan Djumiati (1999), pada karya ilmiah peningkatan kinerja dosen dalam proses belajar mengajar di Akademi Kebidanan Depkes.Medan dinyatakan bahwa, kemampuan dosen kurang terutama dalam membuat rencana pembelajaran, menyusun instrumen evaluasi dan keterampilan pembelajaran klinik.

Berdasarkan hasil penelitian Nazaruddin (2002), yang menyatakan bahwa Pendidikan Profesional Keperawatan berbasis kompetisi dipengaruhi oleh efektivitas manajemen, kurangnya sikap profesional, gaya mengajar dosen yang kurang variatif dan inovatif. Penelitian lain yang di lakukan oleh Mardapi (1984) dalam (Djumiati, 1999), menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan awal mahasiswa melalui tes masuk dengan prestasi belajar mahasiswa FPTK IKIP Yogyakarta (1981-1982). Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Harinti (1992), terhadap mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah IKIP se-Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpulkan bahwa ada hubungan antara prestasi Akademik dengan latar belakang sosial.

Hasil penelitian Yordan (2001), yang menyatakan bahwa dalam menciptakan sumber daya manusia kesehatan (dokter, tenaga medis) yang berkualitas dibutuhkan metode pendidikan yang non konvensional, dengan

metode SPESIES, yaitu Student Centre Learning, Problem Based Learning


(27)

Metode Student Centre Learning, pendekatan yang digunakan adalah

melalui belajar mandiri yang mengacu kepada kurikulum, misalnya dengan diskusi atau membuat pola–pola belajar sendiri. 2). Problem Based Learning,

yaitu belajar membuat permasalahan dan pemecahannya yang berkaitan dengan

kesehatan dan pengobatan serta kesehatan masyarakat lainnya, 3). Integrated

Learning, yaitu pola belajar yang memadukan kurikulum dengan problem solving,

baik bersifat horizontal maupun vertikal, artinya ada keterkaitan antara dosen,

pelajar dan masyarakat, 4). Community Based Education, adalah pendidikan

berbasis masyarakat, di mana anak didik melakukan kajian–kajian tentang masalah kesehatan masyrakat atau penyakit – penyakit yang terjadi di masyarakat, dengan tetap mengacu pada kurikulum, 5), Elective, yaitu pendekatan di mana

anak didik memilih sub–sub topik yang ditetapkan, artinya memilih objek-objek kajian pendidikan yang sesuai dengan disiplin ilmunya, misalnya mengkaji tentang kebidanan, penyakit dalam, diluar program rutinitas akademi atau universitas dan 6) systematic, artinya mata ajaran dan kajian–kajian pengetahuan

yang telah ditetapkan, dilakukan secara sistematis dan mengarah pada kurikulum yang ditetapkan, serta pengaturan waktu yang sistematis diluar waktu rutinitas kuliah atau pengajaran.


(28)

2.2. Proses dan Komponen Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan dengan dosen pemegang peranan utama yang harus dilaksanakan sesuai tuntutan kurikulum. Menurut Djamrah (1995) dalam (Depkes RI, 2002) bahwa kegiatan pembelajaran adalah sebagai kegiatan antara pendidik dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan transfer ilmu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Roestiyah (1998) mengemukakan pembelajaran adalah suatu bimbingan kepada anak dalam kegiatan pembelajaran. Ini berarti yang aktif adalah yang mengalami kegiatan belajar, sedangkan dosen membimbing dengan memperhitungkan kepribadian mahasiswa.

Menurut Gagne dan Briggs (1978), dalam ( Suhila, 2002) kegiatan pembelajaran adalah cara yang dipakai pengajar, ahli kurikulum, perancang bahan dan lain-lain yang bertujuan untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi guna keperluan belajar. Suryosubroto (2005), menyatakan bahwa kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar meliputi: penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan program berdasarkan satuan waktu, pengisian daftar kemajuan murid, penyelenggaraan hasil belajar, laporan hasil evaluasi dan kegiatan bimbingan penyuluhan.

James Finn (1997) dalam (Yordan, 2001) memberikan rumusan pembelajaran dengan titik tolak yang berbeda, yaitu sebagai kombinasi yang unik dan pengaturan unsur-unsur dalam proses instruksional yang dirancang untuk suatu tujuan yang disepakati bersama, guna memecahkan masalah-masalah belajar. Unsur proses instruksional ini adalah: (a) teknik presentasi massa, (b)


(29)

pengajaran individual yang otomatis, (c) interaksi manusiawi, (d) studi individual, (e) kegiatan kreatif.

Hakekat pembelajaran adalah perencana dan pengelolaan komponen pembelajaran secara sistematis di dalam merancang, mengembangkan menilai dan mengimplimentasikan pengajaran. Dengan demikian penjelasan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah dan membangkitkan kemampuan, sikap dan ketrampilan.

2.2.1. Tujuan Pembelajaran

Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses ini manusia menggunakan pikirannya, perasaannya, kemampuannya dan budi nuraninya untuk tujuan mengubah perilaku dari kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diukur sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk itu dosen harus mampu merumuskan tujuan instruksional yang dikelommpokkan dalam 3 (tiga) kategori yakni: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor (Natoatmodjo, 2003).

Menurut Bloom (1956), dalam (Natoatmodjo, 2003) mengemukakan

bahwa domain kognitif terdiri dari: ingatan/recall , pemahaman, penerapan

analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Krathwohl (1964), domain afektif terdiri dari penerimaan, pemberian respons, penilaian, pengorganisasian, karakteristik.

Sunaryo (1984) mengatakan bahwa pada domain psikomotor meliputi, menirukan, manipulasi, menseksamakan, mengartikulasikan dan menaturalisasi.


(30)

2.2.2. Kegiatan Belajar Mengajar

Belajar adalah usaha untuk menguasai sesuatu yang berguna untuk hidup. Pendidikan kesehatan adalah proses yang dinamis dan interaktif yang melibatkan partispasi dari pendidik dengan subjek belajar. Ganda (2004) menyatakan bawa kelengkapan belajar terdiri dari sarana, ruang belajar dan literatur. Dalam menyenggarakan sebuah proses pembelajaran secara umum mencakup beberapa hal yaitu (1) penyusunan rencana program pembelajaran, (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran melalui hasil belajar.

1) Penyusunan Rencana Program Pembelajaran.

Dalam penyusunan rencana pembelajaran, disusun berdasarkan tujuan pengadaan sebuah lembaga pendidikan kesehatan, dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut : Memahami garis – garis besar program pembelajaran (GBPP), Analisa Materi Pembelajaran (AMP) dan Membuat Program Tahunan Program Semester, Silabus dan Satuan Pembelajaran; serta Membuat rencana pembelajaran.

2) Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang termasuk didalamnya yaitu 1) Mengelola kelas dengan mendayagunakan segala fasilitas yang ada, 2) menciptakan suasana belajar yang kondusif baik sebagai kelompok belajar maupun individual yang memungkinkan subjek belajar dapat mengembangkan potensinya (Anwar, 2003).

Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan subjek belajar yang diinginkan, selain itu dalam pengelolaan


(31)

kelas juga dapat diartikan sebagai kegiatan menciptakan, memelihara, memperbaiki dan mengembalikan kondisi belajar yang memungkinkan kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien (Abdurrahman, 2000).

Sedangkan dalam pelaksanaan proses belajar, diawali oleh pembukaan pelajaran yang komponen kegiatannya antara lain: menarik perhatian, membuat kaitan dengan materi yang disajikan, menimbulkan motivasi dan memberi acuan melalui berbagai usaha seperti mengemukakan tujuan, dan masalah pokok yang dibahas. Kegiatan selanjutnya adalah menjelaskan, yang mencakup: a) merencanakan, menganalisa secara sistematis bahan ajar yang disampaikan, b) menyajikan dengan jelas dan menggunakan ilustrasi yang secara induktif dan deduktif dan memberi tekanan pada hal yang kritikal atau mendasari serta adanya umpan balik (Depkes RI, 2002).

Dalam proses kegiatan belajar berlangsung, sebaiknya dilakukan diskusi, tanya jawab atau metode pembelajaran lain, dimana pada tahap akhir pembelajaran diberikan gambaran umum terhadap materi yang dibahas sebagai pembulatan.

3) Tahap akhir dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan (Moekidjat, 2000). Dalam proses pendidikan, evaluasi yang dimaksud adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berhubungan dengan dunia pendidikan, dalam konteks ini diartikan sebagai out put (hasil belajar). Kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan adalah, kegiatan


(32)

pembelajaran, tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan serta hasil yang telah diperoleh oleh subjek belajar, yaitu adanya perubahan perilaku baru.

2.2.3. Metode Pembelajaran

Didalam proses belajar mengajar, seorang dosen sebaiknya memiliki strategi, agar smahasiswa dapat belajar secara efektif , efisien dan mengena sesuai dengan tujuan, untuk itu diperlukan penguasaan teknik penyajian metode mengajar (Roestiyah, 2001). Ada empat strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran yaitu: mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian mahasiswa sebagaimana yang diharapkan, memiliki sistem pendekatan kegiatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik kegiatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif, menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh dosen dalam melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran. Kualitas kegiatan pembelajaran adalah kondisi yang dengan sengaja diciptakan untuk mencapai cara yang terbaik dan efisien dalam menstransfer ilmu dari seorang dosen kepada mahasiswa (Pasurowati, 2000).

Menurut UNESCO (1994) dalam (Widyawati, 2002) mengemukakan bahwa abad ke-21 memperkenalkan empat pilar belajar: learning to know (belajar

mengetahui), learning to do (belajar melakukan), learning to live together (belajar

hidup dalam kebersamaan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri). Learning

to know adalah kegiatan pembelajaran yang memungkinkan para mahasiswa


(33)

pada tingkat pendidikan tinggi adalah penerapan paradigma penelitian ilmiah.

Problem solving dalam pelaksanaan pilar kedua learning to do sasarannya adalah

kemampuan untuk mendukung dan memasuki ekonomi industri masyarakat, yang menuntut tidak hanya kemampuan penguasaan keterampilan motorik, tapi juga

kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan. Pekerjaan seperti: controlling,

monitoring, maintaining, designing, organizing. Kegiatan pembelajaran

melakukan sesuatu yang konkrit, tidak terbatas kepada pengasahan keterampilan motorik melainkan meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi masalah menjadi penting . Pada tingkat

pendidikan tinggi learning to do mengundang makna atau implikasi tentang

perlunya pendidikan profesional secara konsekuentif bermuara pada paradigma pemecahan masalah yang memungkinkan mahasiswa berkesempatan mengintegrasikan pemahaman konsep, penguasaan keterampilan teknik dan intelektual, untuk memecahkan masalah dan dapat berlanjut kepada inovasi dan improvisasi (Widyawati, dkk, 2002).

Dengan demikian learning to live togheter sangat bermanfaat bagi bidan,

karena dengan itu bidan, bisa bersosialisasi dan dapat membaur dengan masyarakat serta bekerjasama, sehingga berusaha untuk mencapai tujuan kelompok, mengunakan ketrampilam interpersonal dengan efektif dan berusaha untuk memelihara kekompakan bidan.

Pilar ketiga, yaitu Learning to live together adalah membekali mahasiswa

tidak hanya untuk menguasai IPTEK dan kemampuan motorik serta memecah masalah tetapi juga membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang


(34)

lain yang berbeda dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka dan dalam keragaman terdapat persamaan, hal ini didapatkan dalam suasana belajar secara “inherently” mengandung nilai-nilai toleransi, saling ketergantungan,

bekerjasama dan tenggang rasa untuk mencapai tujuan bersama.

Pilar keempat learning to be merupakan muara akhir dari tiga pilar belajar

berhasil, learning to know, learning to do, laerning to live together akan

menimbulkan adanya rasa percaya diri pada mahasiswa akhirnya menjadi manusia yang berkepribadian mantap dan mandiri, manusia yang memiliki kemampuan emosional. Inilah makna dari belajar melakukan. Pendidikan yang berlangsung selama ini pada umumnya tidak mampu membantu mahasiswa mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri karena kegiatan pembelajaran pada saat ini jarang tercapai pada tingkat internalisasi. (Widyawati, dkk, 2002). 2.2.4. Alat Bantu Bejalar Mengajar

Depkes RI (2001) bahwa dalam peningkatan kualitas institusi pendidikan, keberadaan alat bantu belajar mengajar merupakan salah satu komponen yang penting bagi intitusi pendidikan kesehatan. Alat Bantu Belajar Mengajar (ABBM) di Akademi Kebidanan yang dimaksud adalah agar proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efesien.

ABBM adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar dapat berlangsung dengan teratur, tertib, efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat dipakai. Alat bantu pandang dengar (AVA) adalah suatu alat untuk menyalurkan pesan atau materi pelajaran dari pengajar/dosen ke peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan


(35)

minat dan perhatian peserta didik seperti yang diharapkan, agar proses belajar mengajar dapat terlaksana lebih efektif.

Beberapa media pandang dengar (AVA) yang umum adalah OHP (Over Head Projector), Slide Projector, Radio, Tape Recorder dan VCD, TV dll. Alat peraga adalah alat bantu yang diperagakan dalam pembelajaran yang berfungsi untuk memperjelas dan memvisualkan konsep, ide atau pengertian, sehingga lebih konkrit. Alat peraga, meliputi gambar peraga, model dan benda sesungguhnya. Peralatan laboratorium adalah alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana untuk berlatih guna mencapai ketrampilan tertentu, sedangkan bahan habis pakai adalah bahan-bahan yang digunakan dalam praktik. 2.2.5. Evaluasi Pembelajaran

Pengertian evaluasi menurut Perkumpulan Ahli Kesehatan

Masyarakat Amerika (Mantra, 1997) mendefinisikan secara konseptual dan operasional sebagai berikut : “Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya”. Proses ini paling sedikit mencakup langkah-langkah: 1) memformulasikan tujuan, 2) mengidentifikasikan kriteria yang tepat yang akan dapat dipakai mengukur sukses. 3) menentukan dan menjelaskan besarnya sukses. 4) merekomendasikan untuk kegiatan program selanjutnya.

Tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki program-program kesehatan dan infrastruktur pelaksanaannya serta mengarahkan alokasi sumber-sumbernya untuk program-program yang sedang berjalan dan akan datang. Dengan demikian evaluasi merupakan proses yang berlanjut dengan tujuan agar


(36)

kegiatan-kegiatan kesehatan menjadi lebih relevan, lebih efisien dan lebih efektif. Penerapannya menghendaki pikiran yang terbuka dan mampu memberi kritik yang membangun menuju kepada pemikiran pendapat yang sehat (WHO, 1990).

Dalam evaluasi ada beberapa istilah (terminologi) yang sering dipergunakan, antara lain :

a. Evaluasi pada tahap awal program (formatif evaluation)

Evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan program. Jadi sebelum program dimulai. Evaluasi formatif ini menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk mengembangkan program, agar program dapat lebih sesuai dengan situasi kondisi sasaran. Tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut.

b. Evaluasi proses (process evaluation)

Suatu proses yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen-elemen fisik dan struktural daripada program. Evaluasi proses ini menilai apakah elemen-elemen spesifik seperti fasilitas, staf, tempat atau pelayanan sedang dikembangkan atau diberikan sesuai rencana. Evaluasi proses mencakup pencatatan dan penggambaran kegiatan-kegiatan program tertentu yaitu tentang apa, seberapa banyak, untuk siapa, kapan dan oleh siapa. Evaluasi proses juga mencakup monitoring frekuensi partisipasi target, sasaran dan dipergunakan untuk memastikan frekuensi luasnya implementasi program atau elemen program tertentu.


(37)

c. Evaluasi pada akhir program (summative evaluation)

Evaluasi yang memberikan pernyataan efektif suatu program selama kurun waktu tertentu. Ini memungkinkan pengambilan keputusan merencanakan dan mengalokasikan resources.

d. Evaluasi dampak program

Suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektivitas program dalam menghasilkan perubahan, sikap dan perilaku pada target sasaran. Evaluasi yang mengukur efektivitas relatif dari berbagai tipe program dalam mencapai tujuan.

2.3.Manajemen Administrasi Akademik

Administrasi pendidikan adalah suatu keseluruhan aktivitas yang berlangsung dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan yang dilakukan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Menurut Edgar (1982) yang dikutip oleh Fachruddin (2003) menyatakan bahwa Adminsitrasi pendidikan tidak hanya mencakup masalah pendidikan dalam upaya perubahan menjadi anggota masyarakat, penyerapan nilai-nilai dan latihan-latihan bagi pengembangan kemampuan anak didik tetapi juga mencakup para pengelola (tenaga, pengajar, guru dan pegawai serta masyarakat sekolah) dalam masalah wewenang, membentuk kredibilitas yang baik dalam mengambil keputusan membangun proses yang tepat dalam pelayanan pendidikan.

Kegiatan administrasi pendidikan terutama bertujuan untuk tercapainya efisiensi dan efektivitas proses pencapaian tujuan pendidikan. Adapun tujuan administrasi pendidikan adalah sebagai berikut: Mempermudah perumusan tujuan


(38)

dan menetapkan dasar – dasar kebijakan yang telah digariskan pada rencana pendidikan, mendorong dan mendukung serta memfasilitasi pengembangan program secara efektif dan efisien, meningkatkan kemampuan personal serta segenap potensi yang dimiliki untuk mempermudah dan mempercepat serta memaksimalisasikan pencapaian tujuan, mengawasi segenap kegiatan dan mengarahkannya pada pencapaian tujuan yang tepat dan konkrit, mengkoordinasi semua data dan keterangan serta volume pekerjaan sehingga dapat menjadi bahan

pengkajian dan evaluasi pengembangan dan menyusun dan menetapkan serta mengusahakan dan terjaminnya kelangsungan penyelenggaraan program dan pencapaian tujuan dengan baik.

Penataan Administrasi Pendidikan adalah salah satu fungsi pokok adminsitrasi pendidikan. Fungsi ini adalah seluruh upaya menyusun, mengembangkan, membina suatu kualitas atau kondisi yang kondusif sehingga semua menjadi lancar, sempurna dan indah. Berdasarkan pendapat para ahli ada beberapa fungsi administrasi yang bersifat manajerial (penataan), antara lain menurut George Terry dan Henry Fayol dalam (Notoadmojdo) yaitu:

2.3.1. Perencanaan (Planning) dalam pembelajaran dan manajemen akademik. Perencanaan berfungsi sebagai penentu awal dari apa saja yang akan dilakukan. Selain itu perencanaan untuk mengelola usaha, menyediakan segala sesuatu yang berguna untuk jalannya suatu kegiatan dalam waktu tertentu, menggariskan kegiatan –kegiatan dan langkah–langkah berikutnya untuk mencapai tujuan dengan penggunaan konsep–konsep yang matang dan metode serta tenaga yang terampil (Hawari, 1975).


(39)

Dalam administrasi pendidikan, untuk merealisasikan tujuan pendidikan hendaklah perencanaan tentang pengorganisasian materi pelajaran, dan proses belajar mengajar, pembaharuan dan pengembangan metode, pembiayaan pendidikan dan kegiatan–kegiatan lainnya yang mendukung pelaksanaan pengajaran termasuk penyediaan sarana dan fasilitas yang diperlukan.

2.3.2. Pengorganisasian (Organizing) dalam pembelajaran dan manajemen akademik

Pengorganisasian adalah kegiatan membangun struktur, penempatan tenaga kerja (pendidik), pemberian tugas, menetapkan hak dan kewajiban agar terdapat kesesuaian tindakan dalam usaha kerja sama itu disamping menentukan metode kerja, menyusun alat–alat dan menggerakkan tenaga kerja atau pembahagian tanggung jawab dan wewenang. Demikian juga dalam mencapai tujuan administrasi pendidikan, maka diperlukan pengorganisasian terhadap kegiatan pembelajaran maupun aspek yang mendukung proses pembelajaran tersebut (Fachruddin, 2003).

2.3.3. Pelaksanaan yang terdiri dari pengarahan (directing) dalam pembelajaran dan manajemen akademik dan koordinasi.

Pengarahan (directing) merupakan usaha yang sistimatis untuk mengarahkan

mekanisme organisasi. Kegiatan pengarahan berbentuk tugas pemimpin yang dilakukan terus menerus berjenjang ke bawah, tanpa pengarahan kemungkinan kegiatan akan menyimpang dari garis yang ditentukan. Bentuk pengarahan antara lain : 1) Pengarahan berbentuk lisan dan 2) Pengarahan berbentuk tulisan (nota dinas, surat teguran dan lain sebagainya).


(40)

Koordinasi (Coordinating) dalam pembelajaran dan manajemen akademik.

adalah usaha untuk menyatukan arah dan upaya ini semua bidang dapat dibawa dalam hubungan kerja sama yang harmonis dan saling mendukung sehingga tidak terjadi duplikasi atau determintatition minded. Melalui koordinasi setiap unit kerja

yang ada harus memiliki job description yang jelas untuk mencegah agar tidak

terjadi duplikasi kegiatan ataupun keterlambatan dan saling tunggu menunggu dalam menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan pada unit–unit kerja dengan klasifikasi kerja masing-masing.

2.3.4. Pengawasan (controling) dalam pembelajaran dan manajemen akademik. Pengawasan adalah kegiatan untuk meneliti jalannya program dan melihat apakah segala kegiatan yang dilaksanakan sesuai atau belum dengan rencana yang digariskan. Pengawasan sangat penting dilakukan dalam rangka menemukan faktor– faktor penghambat atau kelemahan dan faktor pendorong; potensi, kekuatan yang ada untuk selanjutnya memberikan masukan untuk melihat pelung– peluang bagi pengembangan atau rencana kerja yang akan datang sehingga potensi dapat lebih dikembangkan dan kelemahan –kelemahan dapat dihilangkan atau tidak terulang lagi sehingga pada tahap berikutnya memiliki kesiapan menghadapi tantangan. Kegiatan pengawasan administrasi akademik meliputi : Mengukur prestasi yan telah dicapai institus, membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya dan memperbaiki kelemahan sesuai penyebabnya.


(41)

Pelaporan adalah himpunan dari seluruh kegiatan dan pengalaman dalam pelaksanaan yang tersusun secara sistematis. Tentunya catatan untuk laporan yang baik tidak hanya merekam hal–hal yang baik dan menunjuk keberhasilan saja (Moekidjat, 2000). Agar laporan itu lengkap, maka perlu diagendakan. Dalam dunia pendidikan maka pelaporan yang dimaksud adalah laporan–laporan mengenai proses pendidikan, antara lain absensi, laporan prestasi belajar dan kegiatan subjek belajar serta laporan institusi pendidikan.

2.4. Mutu Lulusan (Prestasi Belajar) Mahasiswa (Student Achievement)

Prestasi belajar atau Student Achievement mahasiswa pada umumnya

dihubungkan dengan kemungkinan prestasi kerja yang nantinya akan dicapai setelah mereka memasuki dunia kerja. Oleh karena itu sering kali diprediksi bahwa mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi, akan memiliki prestasi kerja yang tinggi pula. Namun demikian bagi seorang profesional, prestasi hasil belajar yang tinggi saja dianggap belum cukup. Faktor-faktor psikologis lain seperti kematangan atau emotional intelligence menurut istilah

Goleman (1999) dan lingkungan manajemen dunia kerjanya memiliki peranan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang (Widodo,1999).

Prestasi belajar yang merupakan ukuran kemajuan belajar mahasiswa menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2002, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi terdiri dari:

2.4.1. Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.

Dilaksanakan secara berkala melalui ujian-ujian oleh dosen dan pembimbing. Ujian diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir


(42)

semester, ujian akhir program studi dan ujian karya tulis. Dilihat dari pengelompokkan lain, ada ujian yang bersifat pengetahuan (akademik, kognitif) melalui ujian tertulis, ujian yang bersifat psikomotorik (profesional, vokasional) melalui ujian praktikum di laboratorium dan ujian praktek di tatanan nyata.

2.4.2. Pelaksanaan Tugas.

Hasil belajar dari pelaksanaan tugas dapat berupa penulisan makalah, diskudi, seminar, pembuatan laporan dan pembuatan rancangan. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan menggunakan huruf A, B, C, D dan E yang masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Masing-masing-masing perguruan tinggi dapat menetapkan mahasiswa putus kuliah berdasarkan kriteria yang diatur dalam keputusan masing-masing perguruan tinggi (Depdiknas, 2002).

Pasal 14 Kepmendiknas 232/U/2002 menjalaskan pula bahwa syarat kelulusan program pendidikan ditetapkan atas pemenuhan jumlah sistem kredit semester (SKS) yang disyaratkan dan indeks prestasi kumulatif (IPK) minimum, pengamatan oleh dosen. Indeks prestasi kumulatif minimum, ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi, sama atau lebih tinggi dari 2, 0 untuk program Sarjana dan Program Diploma. Selanjutnya pasal 15 dari Keputusan Menteri tersebut disebutkan bahwa predikat kelulusan atas tiga tingkat yaitu: memuaskan,

sangat memuaskan, dan cumlaude yang dinyatakan pada transkip akademik.

Indeks prestasi kumulatif sebagai dasar penentuan predikat kelulusan Program Sarjana dan Diploma adalah: (1) IPK 2,0-2,75 = Cukup, (2) IPK 2,76-2,99 =

Memuaskan, (3) 3,00-3,50 = Sangat memuaskan, (4) IPK 3,51-4,00 = cumlaude


(43)

2.4.3. Karakteristik profesi.

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Metode konvensional seperti pemusatan pengajaran oleh dosen (tenaga pengajar) dan pemberian infomasi ilmu pengetahuan satu arah tidak akan mampu menciptakan tenaga medis yang memiliki kemampuan pendidikan berkelanjutan (Yordan, 2001). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai peran pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, pendidik dan peneliti. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) No. 572/Menkes/VI/ 1996 bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana dan Pelayanan Kesehatan masyarakat sehingga ia merupakan tenaga yang berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan guna menurunkan angka kematian bayi, balita dan Ibu.

Kurikulum yang dipergunakan pada pendidikan di jurusan kebidanan maupun di program studi kebidanan adalah kurikulum berdasarkan paradima

competent-based approach yaitu kemampuan komprehensif profesional

menggantikan paradigma content based approach yaitu penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor (IBI,1999). Berdasarkan Kepmenkes RI No.H.K.00.064.302863, bahwa dalam pelaksanaan program pendidikan bidan diperlukan sarana dan peralatan yang memadai meliputi, bangunan akademik (ruang kuliah, ruang diskusi, dan lain sebagainya), bangunan asrama, bila diperlukan yang di sesuaikan dengan sifat dan jenis pendidikan, serta bangunan perumahan pimpinan dan tenaga pelaksana. Selain itu dibutuhkan peralatan


(44)

penyelenggara pendidikan yang terdiri dari :1) peralatan laboratorium, 2) alat bantu termasuk perangkat keras dan lunak, 3)perangkat administrasi sistem kredit, 4) peralatan ruangan/gedung dan asrama, 5) kendaraan, serta 6) tempat praktek (Pusdiknakes, 2003).

Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan keahlian dan profesi bidan, seperti praktikum praktek klinik, praktek lapangan yang berbasis kemampuan. Kegiatan pembelajaran praktikum, praktek klinik dan lapangan termasuk penilaian keterampilannya yang harus diberikan prioritas lebih tinggi, dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran akademik yang

menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan (knowledge). Kecendrungan

yang mungkin terjadi dan sangat penting dihindari ialah penyelenggaraan pendidikan profesional tanpa kegiatan pembelajaran praktikum, praktek klinik dan praktek kerja lapangan yang dikelola secara efisien dan efektif (Depkdiknas, 2002)

Bagi para pendidik dosen, prestasi hasil belajar mahasiswa harus merupakan data yang memberikan informasi tentang efisien dan efektivitas kegiatan pembelajaran yang menjadi tanggug jawabnya. Untuk mengoptimalkan prestasi hasil belajar mahasiswa antara lain dapat digunakan beberapa prinsip sebagai berikut: prinsip umpan balik, prinsip pendayagunaan hadiah sebagai penguat positif, prinsip sikap belajar yang positif, prinsip belajar melalui proses, prinsip perhatian pada perbedaan individual, prinsip guru atau dosen dan pembanding praktek sebagai model belajar atau model peran, prinsip transfer


(45)

belajar positif, sehingga dapat menghasilkan mahasiswa yang bermutu dan mempunyai kemampuan.

Kemampuan merupakan suatu kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan

dalam melaksanakan suatu kegiatan. Komponen suatu kemampuan performance

(Makmun, 1998) adalah unsur kemampuan kinerja yang nampak sesuai dengan

bidang keprofesiannya, “subject” yaitu unsur kemampuan penguasaan subtansi

pengetahuan bidang keprofesiannya, sebagai prasyarat (enabling competencies)

bagi kinerjanya. Ada 3 kemampuan yang diharapkan mampu dikuasai oleh mahsiswa yaitu, kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. Sunaryo (1984), mengemukakan jenjang kemampuan kognitif meliputi: mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Ada lima kemampuan sikap yang harus dikuasai mahasiswa yaitu, kemampuan menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan dan mewatak, sedangkan kemampuan psikomotor yang harus dimiliki mahasiswa berupa, kemampuan menirukan, manipulasi, menyeksamakan, mengartikulasi dan menaturalisasi.

Kemampuan proses yaitu unsur kemampuan penguasaan proses mental (intelektual), mencakup proses berpikir logis, sitematis, kritis, rasional dan kreatif dalam memecahkan masalah, membuat keputusan, dan sebagainya, sebagai

prasyarat bagi knerjanya. Komponen “adjusment”, yaitu unsur kemampuan

bersikap, berkomitmen, nilai, ciri-ciri kepribadian, dan perilaku sebagai prasyarat fundamental untuk keseluruhan perangkat komponen kemampuan lainnya bagi terwujudnya kinerja sebagai profesi.


(46)

Komponen-komponen kemampuan yang secara utuh untuk membentuk keprofesian itu pada dasarnya dapat diklasifikasikan sebagai kemampuan, yaitu “generic” atau “performance” dan kemampuan “enabling”. Kemampuan

generic” merupakan kemampuan yang seharusnya ada pada suatu bidang

pekerjaan profesional tertentu, yang sekaligus dapat dibedakan dari pekerjaan keprofesian lainnya. Kemampuan “generic” bagi pekerjaan guru misalnya, akan

berbeda dari pekerjaan konselor sekolah, bagi pekerjaan seorang bidan akan berbeda dengan pekerjaan seorang dokter, pekerja sosial dan sebagainya. Rincian dan jumlah perangkat kemampuan itu juga akan bervariasi secara kontekstual dan

gradual, walaupun terdapat kesamaan dan persamaan mendasar (“coommon

competencies”) misalnya kemampuan Bidan profesional pemula (lulusan

pendidikan D-III) berbeda dari Bidan pra profesional/vokasional (lulusan

SPK+bidan 1 tahun) dan Bidan profesional (lulusan D-IV, S-1 Kebidanan) atau

spesialis Kebidanan “enabling” merupakan prasyarat bagi terbentuknya

kemampuan “generic”. Dengan kata lain, seseorang tidak akan mengusai dengan

baik suatu kemampuan “generic”, tanpa didukung oleh kemampuan “enabling”.

Pada dasarnya hal itu akan diperoleh,terbina, tumbuh dan berkembang melalui pengalaman belajar praktek klinik dan lapangan (“field practice, field traning,

clinical practice”) yang terstuktur dan terawasi (“supervised) secara memadai

dalam jangka waktu tertentu, sekitar satu sampai dua tahun (Makmun, 1998). Untuk memperoleh pengalaman belajar klinik dan lapangan seperti itu,

hanya dimungkinkan setelah kemampuan “enabling” terselesaikan terlebih


(47)

laboratorium terkait (pengalaman belajar melalui ceramah, diskusi, seminar, praktikum dan sebagainya). Namun demikian, patut untuk dicatat bahwa beberapa perangkat komponen prasyarat tertentu seperti proses, “adjusment” dan “attitude”,

lazimnya tidak merupakan program perkuliahan sendiri, melainkan terbentuk

melalui “built in, by product” dari pengalaman belajar ceramah, diskusi,

praktikum dan praktek klinik serta praktek lapangan dari berbagai kegiatan lainnya termasuk “model peran” dari masyarakat akademik dan budaya profesi yang bersangkutan. Bentuk pendidikan tinggi kebidanan ini diharapkan akan menghasilkan Bidan profesional pemula yang lebih bermutu di masa datang, mampu bersaing di pasaran tenaga kerja internasional dengan bidan-bidan dari negara-negara lain di era globalisasi.

Penilaian dan pengukuran kemampuan keprofesian, dirasakan semakin penting artinya dalam setiap profesi, karena penilaian dan pengukuran merupakan upaya sistematik untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menafsirkan data, fakta, dan informasi dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat kemampuan seseorang dalam suatu jenis atau bidang keprofesian berdasarkan kriteria atau norma tertentu. Kesimpulan tersebut digunakan dalam proses pengambilan keputusan tentang status atau kedudukan orang yang bersangkutan berikut rekomendasi tindaklanjutnya. Fokus pengukuran adalah pada proses pengumpulan, penyusunan, pengolahan, dan penafsiran data, fakta, dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan fokus kegiatan penilaiannya adalah pada proses upaya pemberian nilai serta peringkat kemampuan seseorang,


(48)

berdasarkan hasil pengukuran dalam bidang pekerjaan keprofesian berdasarkan kriteria tertentu.

Hasil penilaian dan pengukuran, merupakan hal yang sangat penting untuk keperluan sertifikasi, surat izin kerja, surat izin praktek, pengangkatan promosi karier dan jabatan, sistem penghargaan dan penggajian dan lain-lainnya. Adapun karakteristik kemampuan yang harus dimiliki bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar bagi asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya, kemampuan tersebut meliputi: (Depkes RI, 2003), yaitu:

1) Pra Konsepsi, KB, dan Ginekologi.

2) Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan.

3) Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran.

4) Asuhan pada Nifas dan Menyusui.

5) Asuhan pada Bayi Baru Lahir.

6) Asuhan pada Bayi dan Balita.

7) Kebidanan Komunitas.

8) Asuhan pada Ibu/Wanita dengan Gangguan Reproduksi.

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian studi korelasional (corelational researh) untuk mengetahui

gambaran hubungan proses pembelajaran dan manajemen akademik dengan mutu kelulusan mahasiswa Akademik Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.


(49)

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa, terhadap mahasiswa tingkat III semester V, yang dimulai dengan melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisa data, serta penyusunan laporan akhir yang membutuhkan waktu 6 (enam) bulan dari bulan September 2005 sampai Februari 2006.

3.3. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian ini adalah penelitian studi sekat silang (cross

sectional) yang sifatnya sesaat pada waktu tertentu untuk menjelaskan tentang

hubungan proses pembelajaran, manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan melalui pengujuan hipotesis.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa tahun ajaran 2004-2005, yang duduk di tingkat III dan masih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang berada pada semester V yang berjumlah 50 mahasiswa.

3.5. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian diturunkan dari kerangka konsep teori, yang tujuannya untuk mengetahui proses pembelajaran, manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa. Dari kerangka konsep proses pembelajaran dan manajemen administrasi akademik berhubungan dengan mutu lulusan. Sedangkan nilai ujian akhir nasional (UAN), jumlah dan kualitas pengajar, interaksi, kurikulum, karakteristik dan kesehatan


(50)

mahasiswa, sarana dan prasarana, manajemen administrasi umum dan manajemen administrasi mahasiswa merupakan confounding variable yang tidak diteliti, yang

dapat dibahas melalui penelitian selanjutnya.

Proses pembelajaran - Tujuan pembelajaran - Kegiatan belajar mengajar - Metode pembelajaran - Alat bantu belajar - Evaluasi pembelajaran

Gambar 3.5. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Proses Pembelajaran, Manajemen Administrasi Akademik dengan Mutu Lulusan

3.6. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.6.1. Variabel Proses Pembelajaran, memiliki 5 dimensi yaitu:

a. Tujuan Pembelajaran adalah, hasil belajar sesuai yang telah

ditetapkan dosen berdasarkan tujuan instruksional khusus yang mencakup dalam 3 (tiga) kategori yakni: Kognitif, afektif dan psiokomotor, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari:

Sangat Mampu = 5, Mampu = 4, Cukup Mampu = 3, Kurang Mampu = 2, dan Tidak Mampu = 1. kemudian dengan Manajemen administrasi akademik

-Perencanaan akademik -Pengorganisasian akademik -Pelaksanaan akademik

-Pengawasan akademik

-Evaluasi akademi

Mutu Lulusan -Hasil ujian

-Pelaksanaan tugas -Karakteristik bidan


(51)

menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Mampu (4, 5) dan kelompok tidak Mampu (3, 2 , 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan.

Cara ukur : Observasi Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

dosen. Hasil ukur : 1. Baik.

2. Tidak Baik. Skala ukur : Ordinal

b. Kegiatan belajar mengajar adalah usaha untuk menguasai sesuatu

melalui proses pendidikan yang dinamis dan interaktif yang melibatkan partispasi dari pendidik dengan subjek belajar meliputi : Penyusunan rencana program pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran

melalui hasil belajar, dengan menggunakan skala Likert yang

terdiri dari: Sangat Paham = 5, Paham = 4, Cukup Paham = 3, Kurang Paham = 2, dan Tidak Paham = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Paham (4, 5) dan kelompok Tidak Paham (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan. Cara ukur : Observasi kegiatan belajar mengajar. Hasil ukur : 1. Baik.


(52)

2. Tidak Baik. Skala ukur : Ordinal

c. Metode, yaitu tata cara yang digunakan dalam proses

belajar-mengajar sebagai bagian dari pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian mahasiswa sebagaimana yang diharapkan, memiliki sistem pendekatan kegiatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat dan memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik kegiatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif serta menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh dosen dalam melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari : Sangat Mampu = 5, Mampu = 4,

Cukup Mampu = 3, Kurang Mampu = 2, dan Tidak Mampu = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Mampu (4, 5) dan kelompok Tidak Mampu (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan

Cara ukur : Observasi pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar. Hasil ukur : 1. Baik.


(53)

2. Tidak Baik.

Skala ukur : Ordinal

d. Alat bantu, yaitu segala sesuatu media atau bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran meliputi: Alat bantu pandang dengar (AVA), peralatan laboratorium dan bahan habis pakai, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari : Sangat Lengkap = 5,

Lengkap = 4, Cukup Lengkap = 3, Kurang Lengkap = 24, dan Tidak Lengkap = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi lengkap (4, 5) dan kelompok tidak lengkap (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan

Cara ukur : Observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hasil ukur : 1. Baik.

2. Tidak Baik. Skala ukur : Ordinal

e. Evaluasi Pembelajaran adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya meliputi : Evaluasi awal program, proses, akhir

program dan dampak program, dengan menggunakan skala Likert

yang terdiri dari : Sangat Mampu = 5, Mampu = 4, Cukup Mampu = 3, Kurang Mampu = 2, dan Tidak Mampu = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan


(54)

dikatagorikan menjadi Mampu (4, 5) dan kelompok Tidak Mampu (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan

Cara ukur : Observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hasil ukur : 1. Baik.

2. Tidak Baik. Skala ukur : Ordinal

3.6.2. Manajemen Administrasi Akademik, yaitu proses manajemen yang

dilakukan guna mendukung pelaksanaan proses pembelajaran, yang meliputi:

a. Perencanaan yang terdiri dari : perencanaan tentang

pengorganisasian materi pelajaran, belajar mengajar, pembaharuan dan pengembangan metode, pembiayaan pendidikan, kegiatan – kegiatan lainnya yang mendukung pelaksanaan pengajaran dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari : Selalu = 5, Sering = 4,

Kadang-kadang = 3, Pernah = 2, dan Tidak Pernah = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Selalu (4, 5) dan kelompok Tidak Pernah (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar


(55)

Cara ukur : Observasi dokumentasi administrasi akademik. Hasil ukur : 1. Baik.

2. Tidak Baik.

Skala ukur : Ordinal

b. Pengorganisasian yang terdiri dari: Pembuatan struktur,

penempatan tenaga pendidik, pemberian tugas, menetapkan hak dan kewajiban agar terdapat kesesuaian tindakan dalam usaha kerja sama dan menentukan metode kerja serta menyusun alat–alat dan menggerakkan tenaga kerja atau pembahagian tanggung jawab dan

wewenang, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari :

Selalu = 5, Sering = 4, Kadang-kadang = 3, Pernah = 2, dan Tidak Pernah = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Selalu (4, 5) dan kelompok Tidak Pernah (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan

Cara ukur : Observasi dokumentasi administrasi akademik.

Hasil ukur : 1. Baik. 2. Tidak Baik.

Skala ukur : Ordinal

c. Pelaksanaan adalah suatu kegiatan yang terdiri dari: Pengarahan

lisan dan tulisan dan Koordinasi sesui dengan uraian kegiatan, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari : Selalu = 5,


(56)

Sering = 4, Kadang-kadang = 3, Pernah = 2, dan Tidak Pernah = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Selalu ( 4, 5) dan kelompok Tidak Pernah (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan

Cara ukur : Observasi dokumentasi administrasi akademik.

Hasil ukur : 1. Baik. 2. Tidak Baik.

Skala ukur : Ordinal

d. Pengawasan adalah suatu kegiatan yang terdiri dari: Mengukur

prestasi yan telah dicapai institusi, membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya dan memperbaiki kelemahan sesuai penyebabnya, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari : Selalu = 5, Sering = 4,

Kadang-kadang = 3, Pernah = 2, dan Tidak Pernah = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Selalu (4, 5) dan kelompok Tidak Pernah (3, 2, 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan

Cara ukur : Observasi dokumentasi administrasi akademik.


(57)

2. Tidak Baik.

Skala ukur : Ordinal

e. Laporan atau evaluasi adalah suatu kegiatan yang terdiri dari : Absensi, laporan prestasi belajar, kegiatan subjec belajar dan

laporani institusi pendidikan, dengan menggunakan skala Likert

yang terdiri dari : Selalu = 5, Sering = 4, Kadang-kadang = 3, Pernah = 2, dan Tidak Pernah = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan menjadi Selalu (4, 5) dan kelompok Tidak Pernah (3, 2 , 1).

Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar

conteng yang dikuantifikasikan

Cara ukur : Observasi dokumentasi administrasi akademik.

Hasil ukur : 1. Baik. 2. Tidak Baik.

Skala Ukur : Ordinal. 3.6.3. Mutu Lulusan, yaitu tingkat prestasi belajar mahasiswa tahun ajaran 2004

sampai dengan 2005, berdasarkan:

a. Hasil ujian, meliputi hasil yang diperoleh mahasiswa dari ujian formatif, ujian tengah smester dan ujian akhir semester, yang di ukur dengan menjumlahkan setiap nilai hasil ujian dengan menggunakan skala Likert

terdiri dari Sangat Baik= 90 -100(A), Baik=80-89(B), Cukup Baik=65-79(C), Kurang Baik=55-64(D) dan Tidak Baik= <55 (E), demgan katagori A,B,C,D=Lulus dan E=Tidak Lulus.


(58)

Alat ukur : Lembar daftar nilai.

Cara ukur : Observasi dokumentasi hasil/skor ujian

Hasil ukur : 65-79=2,0-2,7(C), 80-89=2,76-2,99(B), dan

90-100=3,0-3,5(A), 3,51-4,0(Terpuji).

Skala ukur : Ordinal

b. Pelaksanaan tugas meliputi: penulisan makalah, mengikuti diskusi dan

seminar, pembuatan laporan dan rancangan tugas lain, oleh mahasiswa tingkat III, yang di ukur dengan menjumlahkan setiap nilai hasil pelaksanaan tugas dengan menggunakan skala Likert terdiri dari Sangat

Baik= 90 -100(A), Baik=80-89(B), Cukup Baik=65-79(C), KurangBaik=55-64(D) dan Tidak Baik= <55 (E), dengan kategori A,B,C, D=Lulus dan E= Tidak Lulus,

Alat ukur : Daftar panduan tugas.

Cara ukur : Penerimaan hasil pelaksanaan tugas

Hasil ukur : 65-79=2,0-2,7(C), 80-89=2,76-2,99(B), dan 90- 100=3,0-3,5(A), 3,51-4,0(Terpuji).

Skala ukur : Ordinal.

c. Karakteritik profesi bidan.

Karakteristik profesi yang harus dimiliki bidan yaitu, kemampuan tentang: Pra konsepsi, KB, dan Ginekologi, Asuhan dan Konseling selama kehamilan, asuhan selama persalinan dan kelahiran, asuhan pada nifas dan menyusui, asuhan pada bayi baru lahir, asuhan pada bayi dan balita, kebidanan komunitas dan asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi, yang di ukur dengan menjumlahkan setiap nilai hasil


(59)

pelaksanan praktek lapangan dengan menggunakan skala Likert terdiri dari

Sangat Baik = 90 -100 (A), Baik =80-89 (B), Cukup Baik =65-79 (C), KurangBaik =55-64(D) dan Tidak Baik = < 55 (E), dengan kategori A,B,C,D = Lulus dan E = Tidak Lulus.

Alat ukur : Panduan observasi.

Cara ukur : Obsevasi pelaksanaan praktek lapangan

Hasil ukur : 65-79=2,0-2,7(C), 80-89=2,76-2,99(B), dan 90-100=3,0-3,5(A), 3,51-4,0(Terpuji).

Skala ukur : Ordinal

3.7. Sumber dan Metode Pengumpulan Data 3.7.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung mahasiswa terhadap pengelola administrasi akademik dan dosen yang berpedoman pada kuesioner yang telah diuji coba dan dianalisis validitas dan reliabilitas instrument.

3.7.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan atau arsip Akademi Kebidanan Bustanul Ulum, terutama hasil belajar (prestasi belajar), , yang dikumpulkan dari bagian pendidikan dan sumber lain yang relevan dengan tujuan penelitian.

3.8. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner, analisis dokumen.


(60)

Analisa univariat dilakukan secara deskriptif menggambarkan proses belajar mengajar, manajemen akademik dan mutu lulusan akademi kebidanan Bustanul Ulum Langsa kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi frekuensi.

3.9.2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel proses pembelajaran dan manajemen akademik dengan mutu lulusan. Prosedur dipilih berdasarkan skala ukur dari variabel bebas yang akan dianalisis dengan

menggunakan korelasi pearson product momen dengan tingkat kemaknaan 95%,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

∑ ∑

= =

) )( ( x2 y2

xy rxy

V rxy

3.9.3. Analisis Multivariat.

Analisis Multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable

dependent proses pembelajaran, dan manajemen administrasi akademik

dengan variable dependen dengan mutu lulusan yang menggunakan analisis regresi linier.

3.10. Jadwal Penelitian

Bulan Pelaksanaan

No Kegiatan

Sept Okt Nov Des Jan Feb

1 Penelusuran Pustaka

2 Studi Pendahuluan

3 Pengurusan Adminitrasi penelitian

4 Konsultasi

5 Menyusun Proposal Penelitian

6 Kolokium

7 Persiapan Penelitian


(61)

9 Pengolahan dan Analisa Data

10 Seminar Hasil


(1)

berlangsung kegiatan. Komponen kegiatan antara lain : menarik perhatian, membuat kaitan dengan materi yang disajikan, menimbulkan motivasi dan memberi acuan melalui berbagai usaha seperti mengemukakan tujuan, dan masalah pokok yang dibahas (Depkes RI, 2002).

Kegiatan selanjutnya adalah menjelaskan, yang dapat diartikan sebagai usaha menyampaikan informasi atau bahan ajar, yang mencakup : a) merencanakan, menganalisa secara sistematis bahan ajar yang disampaikan, b) menyajikan dengan jelas dan menggunakan ilustrasi yang secara induktif dan deduktif dan memberi tekanan pada hal yang kritikal atau mendasari serta adanya umpan balik (Depkes RI, 2002).

Dalam proses kegiatan belajar berlangsung, maka tidak terlepas dari diskusi, tanya jawab atau metode pembelajaran lain yang digunakan, dan pada tahap akhir pembelajaran adalah penutupan pelajaran, yaitu sebagai upaya yang dilakukan pendidik untuk memberikan gambaran umum terhadap materi yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Diploma III Kebidanan, harus ditunjang dengan 3 (tiga) jenis ABBM, yang terdiri dari :

3. Alat Bantu Pandang Dengar (AVA) 4. Peralatan Laboratorium


(2)

Beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam menciptakan bidan yang berkualitas dan profesional adalah tenaga dosen, kurikulum, sarana dan prasarana. Tenaga dosen (SDM) dari segi kualifikasi, strata dan jumlahnya harus memadai. Pendidikan Tinggi Depdiknas menetapkan tenaga pengajar (dosen) yang mengajar pada Program Diploma III harus memiliki pendidikan minimal satu tingkat di atasnya dengan pendidikan minimal Strata I dibidang kebidanan di setiap institusi.

Sedangkan jumlah tenaga dosen di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum sebanyak 70 orang, dengan perincian 17 orang sebagai dosen tetap, dengan kualifikasi pendidikan 5 orang (29,4%) pendidikan dasar kebidanan, 4 orang (23,5%) pendidikan DIV Bidan Pendidik, 3 orang (17,6%) pendidikan Kesehatan Masyarakat dan sisanya sarjana agama (IAIN), sedangkan jumlah dosen tidak tetap sebanyak 53 orang dengan kualifikasi pendidikan 8 (22,85%) pendidikan dasar kebidanan, selebihnya pendidikan Kesehatan Masyarakat, D-III keperawatan, ekonomi, D-III gizi, D-III analis dan manajemen. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa ratio dosen tetap dengan mahasiswa hanya 1: 14 (15 dosen mengajarkan 220 mahasiswa), seyogyanya berdasarkan Kepmenkes RI No.H.K.00.064.302863, perbandingan dosen tetap adalah 1:7, ini menunjukkan bahwa kualifikasi dan jumlah dosen tetap di Akademi Kebidanan masih kurang, sehingga berdampak terhadap mutu lulusanya.


(3)

Ciri-Ciri Pembelajaran

Menurut Roestiyah (1989) Widyawati (2002) menyatakan ciri-ciri pembelajaran adalah aktivitas utama dalam belajar:

a. Peserta didik dapat belajar tanpa kehadiran guru melalui berbagai sumber belajar lainnya.

b. Perhatian dan motivasi belajar peserta didik berkembang dengan baik karena aktivitas belajar dapat disesuikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangannya.

c. Belajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu karena kegiatan belajar dapat berlangsung di luar kelas, di sekolah maupun di luar sekolah dengan atau melalui berbagai media atau sumber yang ada.

Demikian percepatan perkembangan kemajuan peserta didik akan

dipengaruhi oleh belajar yang dilakukan, minat dan motivasi peserta didik tersebut.

Orang-orang yang berprestasi tidak bersikap untung-untungan, mereka lebih menyukai untuk memecahkan masalah daripada sekedar memperoleh hasil kerja secara untung-untungan.

Orang yang bermotif prestasi, menyukai pada kadar resiko moderat (berada diantara orang-orang yang gemar mengambil resiko kegagalan yang terlalu tinggi dan orang-orang konservatif yang tidak suka mengambil resiko dalam sesuatu usaha) karena mereka memprediksi bahwa upaya dan kemampuannya memungkinkan untuk berhasil, ketimbang ganjaran keberhasilan.

Perguruan tingi menetapkan jumlah SKS yang harus ditempuh dengan berpedoman pada kisaran beban studi bagi masing-masing program sebagaimana yang ditetapkan.


(4)

Menurut Makmun (1998) dalam Suhila (2002) menyebutkan 9 langkah dalam prosedur penilaian dan pengukuran kemampuan keprofesian yaitu:

1) Identifikasi alternatif keputusan yang akan diambil. 2) Rumusan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. 3) Penetapan metode dan teknik yang akan dicapai.

4) Pengecekan ada tidaknya instrumen, dan bila tidak ada, maka pengembangan instrumen yang diperlukan menguji cobakan kehandalan instrument.

5) Pengukuran, pengumpulan data dan informasi yang diperlukan. 6) Pencatatan, penyusunan, penganalisaan, dan interpretasi data. 7) Penetapan kriteria dan acuan norma.

8) Penilaian dan penyimpulan hasil analisis data.

9) Penetapan keputusan yang terbaik atau menguntungkan

Penilaian dan pengukuran kemampuan keprofesiannya diadakan untuk keperluan pembuatan keputusan apakah yang bersangkutan dapat diusulkan untuk diterima atau ditolak bagi promosi dalam jenjang keprofesiannya. Dalam rangka

pengembangan dan pembinaan kualifikasi kemampuan keprofesian, juga diperlukan penilaian dan pengukuran kemampuan keprofesian, yang terutama disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan kebutuhan yang berubah, yang menuntut peningkatan mutu keprofesiannya secara terus-menerus.


(5)

Adapun kemampuan yang harus dimiliki Bidan yaitu: Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar bagi asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya, kemampuan tersebut meliputi : (Depkes RI, 2003).

1) Pra Konsepsi, KB, dan Ginekologi

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, penyakit kandungan dan kesiapan menjadi orang tua.

2) Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan

Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini dari kelainan pada kehamilan, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tersebut.

3) Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap budaya setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangan situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan

kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.


(6)

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi pada ibu nifas dan menyusui dan tanggap terhadap budaya setempat, serta mengenal komplikasi pada masa nifas.

5) Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

6) Asuhan pada Bayi dan Balita

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun).

7) Kebidanan Komunitas

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

8) Asuhan pada Ibu/Wanita dengan Gangguan Reproduksi

Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

a. yang diformulasikan menjadi indeks prestasi kumulatif (IPK), dengan kategori: Terpuji, jika IPK 3,51- 4 (A), Sangat Memuaskan, jika IPK 3 – 3,50 (B), Memuaskan, jika IPK 2,76 – 2,99 (C), Cukup Memuaskan, jika IPK 2,0 – 2,75 (D) dan Tidak Memuaskan, jika IPK < 2,0 (E).