Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Konsep Definisi Operasional

ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler agar dapat mengupayakan usaha untuk meminimalisasi efek-efek tersebut terhadap kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang, didapati masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 tentang lama pemakaian telepon seluler yang dapat mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan. Apa saja dari telepon seluler yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan? Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat: Universitas Sumatera Utara a. Meningkatkan pengetahuan baik mahasiswa kedokteran ataupun masyarakat mengenai gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler. b. Membuat masyarakat lebih peduli tentang efek-efek terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan dari pemakaian telepon seluler jangka masa panjang. c. Menyadarkan masyarakat khususnya mahasiswa FK USU untuk mengubah cara pemakaian telepon seluler supaya dapat meminimalisasi efek-efek dari penggunaan telepon seluler terhadap kesehatan. d. Memberi peluang kepada mahasiswa kedokteran lainnya untuk memanfaatkan penelitian ini sebagai dasar pertimbangan atau stimulus untuk meneliti dari sudut pandang yang berbeda. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telepon Seluler 2.1.1. Gelombang Elektromagnetik Telepon seluler bekerja dengan cara memancarkan sejenis radiasi elektromagnetik yaitu radiasi radiofrekuensi. Bidang elektromagnetik merupakan gabungan antara bidang listrik dan bidang magnetik. Bidang listrik terhasil dari perbedaan pada voltase: semakin tinggi voltase, semakin kuat bidang yang terhasil. Bidang magnetik pula terhasil apabila arus listrik mengalir: semakin besar arus, semakin kuat bidang magnetik tersebut. Bidang listrik bisa wujud walaupun tidak terdapat arus yang mengalir. Jika terdapat arus yang mengalir, kekuatan bidang magnetik akan berbeda dengan tenaga yang digunakan tetapi kekuatan bidang listrik akan konstan WHO, 2010. Frekuensi dan panjang gelombang merupakan karakteristik utama dari bidang elektromagnetik ini. Pada gelombang elektromagnetik, kedua-dua karakteristik ini saling berhubungan antara satu dengan lain : semakin tinggi frekuensi, semakin pendek panjang gelombangnya. Pada frekuensi radio dan gelombang mikro, bidang listrik dan magnetik merupakan dua komponen dari gelombang elektromagnetik. Densitas tenaga yang diukur dalam Watts per meter kuadrat Wm 2 , menerangkan intensitas dari bidang ini Serway dan Vuille, 2007. Gelombang elektromagnetik diprediksikan oleh James Clerk Maxweel dan dikonfirmasi secara eksperimental oleh Heinrich Hertz. Gelombang ini dihasilkan dari percepatan muatan listrik dan mempunyai ciri-ciri berikut. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang melintang, karena bidang listrik dan magnetik bersilang secara tegak lurus dengan arah propagasi gelombang tersebut. Gelombang elektromagnetik bergerak dengan kelajuan cahaya. Terdapat 7 jenis gelombang elektromagnetik. Gelombang radio merupakan hasil dari percepatan muatan melalui wayar yang mengkonduksi. Ini digunakan pada radio dan sistem Universitas Sumatera Utara komunikasi televisi. Gelombang mikro mempunyai panjang gelombang yang berjulat di antara 1 mm dan 30 cm dan dihasilkan oleh alat elektronik. Gelombang infrared diproduksi oleh objek dan molekul yang panas, mempunyai panjang gelombang kira- kira 1 mm – 7 x 10 -7 m. Cahaya tampak yang merupakan bentuk gelombang elektromagnetik yang paling umum merupakan sebagian dari spectrum yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Yang tergolong sebagai sinar ultraviolet UV adalah gelombang yang mempunyai panjang gelombang kira-kira 4 x 10 -7 m – 6 x 10 -10 m. Sumber utama dari sinar UV ini adalah matahari. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 10 -8 m – 10 -13 m. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh nuklei radioaktif dan mempunyai panjang gelombang kira-kira 10 -10 m – 10 -14 m Serway dan Vuille, 2007. Radiasi merupakan tenaga yang dipancarkan sebagai gelombang elektromagnetik atau partikel subatomik. Radiasi elektromagnetik pula merupakan sejenis radiasi yang termasuk cahaya tampak, gelombang radio, sinar gamma dan sinar X. Gelombang radio adalah sejenis gelombang elektromagnetik dari radiofrekuensi. Radiofrekuensi pula merupakan frekuensi yang berjulat dari 10 4 – 10 11 atau 10 12 Hertz dan digunakan pada alat telekomunikasi.

2.1.2. Gangguan-gangguan Kesehatan yang Dapat Ditimbulkan A.

Gangguan Proliferasi Sel Menurut penelitian saintifik yang dijalankan oleh Trošić dan Pavičić, 2009, didapati selepas diradisi dengan RFMW sebanyak 935MHz selama 72 jam, terdapat penurunan dalam proliferasi sel pada sel yang telah diradiasi selama 3 jam p0.05. Sel-sel ini juga menunjukkan terdapatnya gangguan pada stuktur mikrotubul segera setelah paparan. Didapati, proliferasi sel yang signifikan rendah setelah paparan selama 3 jam ditemui pada hari ke-3 pasca radiasi merupakan impak dari kerusakan struktur mikrotubul yang diobservasi segera setelah diradiasi dengan RFMW. Universitas Sumatera Utara Mereka juga mendapati terdapat perubahan pada serat mikrotubul setelah terpapar kepada radiasi RFMW selama 1, 2 dan 3 jam berbanding dengan kontrol negatif dan positif dari sampel sel. Irregularitas juga didapati pada morfologi sel dan struktur protein mikrotubul. Salah satu struktur yang paling penting yang melibatkan mikrotubul adalah spindel mitosis pada sel yang membagi. Mikrotubul merupakan suatu struktur yang dinamik di mana fungsinya tergantung dengan ketidakstabilan dinamik yang diinduksi oleh kekuatan elektromagnetik interna. Tetapi dalam penelitian ini tidak didapati bahwa radiasi bisa mempengaruhi indeks mitosis. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa kinetik dari proliferasi sel mungkin tergantung dengan kerusakan mikrotubul yang diobservasi segera setelah pemaparan terhadap radiasi pada frekuensi telepon seluler. Terdapat satu lagi penelitian yang dilakukan oleh Sekijima et al. , 2010, di mana mereka mengkaji bagaimana aktivitas dari bidang radiofrekuensi terhadap perubahan pada proliferasi sel dan profil ekspresi gen pada sel manusia, yaitu A172 glioblastoma, H4 neuroglioma, and IMR-90 fibroblas dari paru fetal normal selepas dipaparkan kepada continuous wave CW 2.1425 GHz dan bidang RF Wideband Code Division Multiple Access W-CDMA pada 3 tahapan. Pada fase inkubasi, sel dipaparkan pada specific absorption rates SARs 80, 250, atau 800 mWkg dengan kedua-dua CW dan bidang RF W-CDMA selama 96 jam. Hasilnya, didapati paparan terhadap RF pada batas SAR yang telah ditetapkan oleh ICNIRP tidak mungkin menimbulkan respon stres secara umum pada sel yang dikaji. Selain itu, Kim TH et al. , 2008, telah melakukan penelitian di mana mereka memaparkan kepala mencit C57BL yang diletakkan di dalam ruang paparan seperti korsel dengan radiasi RF telepon seluler sebanyak 849 MHz atau 1763. Di dalam ruang ini, hewan dipaparkan dengan radiasi sebanyak 7,8 Wkg secara intermiten selama 12 bulan. Hasil didapati bahwa paparan yang kronis terhadap radiasi RF 849 Universitas Sumatera Utara MHz dan 1763 MHz pada jumlah 7.8 Wkg SAR tidak dapat menginduksi perubahan sel seperti proliferasi, kamtian dan gliosis reaktif.

B. Infertilitas yang Disebabkan oleh Penginduksian Spesies Oksigen

Reaktif dan Kerusakan pada DNA di dalam Nukleus Sperma Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mendapat anak setelah setahun melakukan hubungan seks tanpa proteksi. Infertilitas kebanyakannya dialami oleh kira-kira 15 pasangan. Secara kasar, 40 kasus penyebabnya adalah dari laki-laki, 40 perempuan dan selebihnya adalah dari kedua-dua jenis kelamin. Dalam kebanyakan kasus, laki-laki tidak mampu untuk memproduksi spermatozoa dalam jumlah yang adekuat untuk mencapai fertilisasi teteapi juga terdapat kerusakan fungsional pada sel ini yang sekaligus menghalang terjadinya pembuahan De Iuliis et al ., 2009. Menurut penelitian yang dilakukan oleh De Iuliis et al., 2009, didapati bahwa RF-EMR yang terdapat dalam densitas kuasa dan julat frekuensi dari telepon seluler meningkatkan generasi dari spesies oksigen reaktif dalam mitokondria yang terdapat dalam spermatozoa manusia, menyebabkan menurunnya motilitas dan vitalitas dari spermatozoa. Di samping itu, ia juga menstimulasi formasi adduksi dari basis DNA dan akhirnya terjadi fragmentasi dari DNA. Temuan ini telah menunjukkan implikasi yang jelas untuk keselamatan penggunaan telepon seluler yang ekstensif oleh laki- laki pada usia reproduktif, di mana ini bisa memberi dampak terhadap kesuburan mereka dan kesehatan zuriat mereka. Studi ini secara jelasnya menunjukkan bahwa RF-EMR bisa merusakkan fungsi sperma melalui mekanisme yang melibatkan kebocoran dari elektron dari mitokondria dan pembentukan dari stress oksidatif. Selain itu, fakta tentang kerusakan DNA pada sperma oleh radiasi jenis ini mempunyai implikasi tambahan kepada kesehatan anak yang dilahirkan dari bapa-bapa yang mengalami tingkat Universitas Sumatera Utara paparan kepada RF-EMR yang tinggi di tempat kerja atau lingkungan sekitar masa pembuahan.

C. Nyeri Kepala dan Pusing

Nyeri kepala dan pusing merupakan gejala yang sering dilaporkan yang berkaitan dengan penggunaan telepon seluler dan bukti tentang gejala ini disebabkan oleh paparan terhadap RF-EMF adalah lemah Schüz et al ., 2009. Kebanyakan pasien yang mengalami nyeri kepala yang tergolong dalam tipe tensi atau migrain. Walaubagaimanapun, nyeri kepala juga bisa sekunder dari kelainan-kelainan lain pada kepala dan leher, dan kadang-kadang ia merupakan gejala predominan dari penyakit intrakranial yang serius, contohnya tumor, infeksi SSP atau pendarahan subaraknoid Turner, 2009. Dari penelitian yang dilakukan oleh Chia et al ., 2000, yang dilakukan di Singapura, menyatakan bahwa, menurut kriteria dari International Headache Societys , nyeri kepala merupakan gejala yang paling prevalen di kalangan pengguna telepon seluler berbanding dengan mereka yang tidak menggunakan telepon seluler, dengan prevalensi rate ratio 1,31. Terdapat peningkatan yang signifikan pada prevalensi dari nyeri kepala dengan peningkatan durasi penggunaan menithari P = 0,038. Prevalensi nyeri kepala berkurang di kalangan mereka yang menggunakan peralatan hands-free berbanding dengan mereka yang tidak menggunakan peralatan tersebut 42 vs 65.

D. Perubahan Konsentrasi Serum Transthyretin pada Sawar Darah-Cairan

Serebrospinal Ada pendapat mengatakan bahwa penggunaan telepon seluler bisa menyebabkan disfungsi dari sawar darah-otak BBB. Sawar darah-cairan serebrospinal BCSFB kurang mendapat perhatian, walaupun ia berperan untuk menjaga homeostasis otak dengan memisahkan sistem saraf pusat dari aliran darah. Universitas Sumatera Utara Seharusnya, kedua-dua sawar otak ini harus dititikberatkan secara sama rata karena kedua-duanya bisa terlibat dalam penyakit otak neurodegeneratif yang kronik. BBB memisahkan molekul dari darah dari masuk ke cairan serebrospinal CSF, manakala BCSFB memisahkan darah didalam otak dari cairan serebrospinal. BBB terdiri dari sel endotel manakala BCSFB terdiri dari sel epitel Söderqvist, Carlberg, dan Hardell, 2009. Transthyretin TTR, juga dikenali sebagai prealbumin, merupakan transport bagi tiroksin dan retinol dalam plasma dan CSF. Tempat utama sintesanya adalah di hati, pleksus koroid CP dan epitel pigmen retinal. TTR digunakan dalam praktis klinis sebagai marker bagi beberapa kondisi, contohnya pada penyakit Alzheimer, amiloidosis, inflamasi dan malnutrisi. TTR majoritinya diproduksi oleh sel epitel pada CP yang terletak di dalam keempat-empat ventrikel, mewakili kira-kira 25 dari protein dalam CSF. CP akan meluas untuk mengisi hampir kesemua ventrikel dan mempunyai brush-type borders , mikrovili, pada bagian apikal. Apabila difiltrasi oleh berus mikrovili ini, CSF akan mengalir dari ventrikel lateral, melalui ventrikel ketiga dan keempat ke ruang subaraknoid. Dari situ, cairan tersebut akan menyebar ke seluruh bagian otak dan saraf spinal Söderqvist, Carlberg, dan Hardell, 2009. Di dalam studi ini didapati terdapatnya kaitan yang signifikan antara penggunaan telepon seluler dengan peningkatan kadar TTR tanpa mengira berapa banyak penggunaannya. Berdasarkan penggunaan jangka masa pendek, konsentrasi TTR yang signifikan tinggi didapati pada wanita di mana jarak masa antara pengambilan darah dengan panggilan telepon yang paling akhir lebih singkat Söderqvist, Carlberg, dan Hardell, 2009.

E. Perubahan Variabilitas Denyut Jantung HRV

Analisa frekuensi dari HRV atau nama lainnya variabilitas panjang siklus, variabilitas R-R dan variabilitas periode jantung merupakan representasi dari tonus simpatetik dan parasimpatetik dari jantung. Keseimbangan fisiologis yang normal Universitas Sumatera Utara dari aktivitas simpatetik dan parasimpatetik bisa bermanifestasi dalam komponen frekuensi variabilitas R-R yang tinggi 0,15-0,40 Hz dan rendah 0,04-0,15 Hz. Tonus parasimpatetik bermanifestasi pada frekuensi analisa spektral yang tinggi HF manakala frekuensi rendah LF bisa mencerminkan tonus simpatetik dan parasimpatetik. Rasio LF:HF dianggap sebagai suatu cara untuk mengukur keseimbangan simpatovagal dan mencerminkan modulasi simpatetik Salukhe dan Francis, 2005. HRV merupakan indikator yang penting untuk resiliency fisiologis dan fleksibiliti kelakuan, yang mana akan mencerminkan kapasitas individu itu untuk beradaptasi dengan efektif terhadap stress kebutuhan lingkungan. Variabilitas denyut jantung yang normal disebabkan oleh aksi sinergis dari dua cabang dari Sistem Saraf Autonom SSA, di mana mereka bertindak dalam keseimbangan melalui neural, mekanikal, humoral dan mekanisme fisiologis yang lain untuk mempertahankan parameter kardiovaskular dan untuk melakukan reaksi yang betul akibat dari perubahan kondisi eksterna atau interna. Pada individu yang sehat, estimasi dari denyut jantung pada suatu masa menunjukkan efek bersih dari saraf parasimpatetik vagus, yang berfungsi untuk menurunkan denyut jantung, dan saraf simpatetik, berfungsi untuk meningkatkan denyut jantung. Perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh emosi, pikiran dan olahraga. Perubahan ritma jantung tidak hanya mempengaruhi jantung tetapi juga kemampuan otak untuk memproses informasi, termasuk pengambilan keputusan, penyelasaian masalah dan kreativiti. Ia juga secara langsung bisa mempengaruhi perasaan kita Institute of HeartMath, 2010. Ada yang telah menunjukkan bahwa eksposisi EMF di tempat kerja bisa menyebabkan fluktuasi pada denyut jantung dan HRV. Bidang elektromagnetik yang dipancarkan dari telepon seluler juga bisa mempengaruhi tonus autonomik, sekaligus memodifikasi fungsi dari sistem sirkulatorik. Dari penelitian ini, didapati penggunaan telepon seluler bisa mempengaruhi HRV dan mengubah keseimbangan autonomik. Selain itu, peningkatan tonus parasimpatetik dan penurunan tonus Universitas Sumatera Utara simpatetik telah diobservasi dari analisa HRV ketika sedang menggunakan telepon seluler. Dikatakan juga, perubahan HRV ketika penggunaan bisa dipengaruhi oleh bidang elektromagnetik tetapi pengaruh dari percakapan juga tidak bisa diabaikan. Andrzejak et al ., 2008. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep mengenai tingkat pengetahuan terhadap gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler diuraikan seperti berikut:

3.2. Definisi Operasional

a. Tingkat Pengetahuan Definisi: Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang telepon seluler dan gangguan-gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkannya. Antaranya mencakupi lama pemakaian telepon seluler yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, apa saja dari telepon seluler yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan gangguan-gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari pemakaian telepon seluler. Alat Ukur: Kuesioner. Di dalam kuesioner diajukan sebanyak 17 soal. Soal no.1-no.6 dan no.8-no.17 merupakan soal yang memerlukan responden untuk menjawab cuma 1 jawaban yang paling benar. Soal no.7 pula merupakan checklist . Pertanyaan yang ditanyakan pada soal no.8-no.17 merupakan lanjutan dari soal no.7. Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler Universitas Sumatera Utara Cara Ukur: Skor total tertinggi adalah 20. Soal no.1 tidak diberi markah karena dianggap sebagai screening . Pada soal no.7, responden bisa memilih lebih dari 1 jawaban. o Jawaban yang benar diberi skor 1 o Jawaban yang salah diberi skor 0 Hasil Ukur: Dikategorikan dengan baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut Pratomo, 1986 : o Pengetahuan yang baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler skor jawaban 75 dari nilai tertinggi yaitu 15 o Pengetahuan yang sedang apabila responden mengetahui sebagian tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler skor jawaban 40 - 75 dari nilai tertinggi yaitu 8 – 15 o Pengetahuan yang kurang apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan telepon seluler skor jawaban 40 dari nilai tertinggi yaitu 8 Skala Pengukuran: Ordinal Universitas Sumatera Utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian