MHz dan 1763 MHz pada jumlah 7.8 Wkg SAR tidak dapat menginduksi perubahan sel seperti proliferasi, kamtian dan gliosis reaktif.
B. Infertilitas yang Disebabkan oleh Penginduksian Spesies Oksigen
Reaktif dan Kerusakan pada DNA di dalam Nukleus Sperma
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mendapat anak setelah setahun melakukan hubungan seks tanpa proteksi. Infertilitas kebanyakannya
dialami oleh kira-kira 15 pasangan. Secara kasar, 40 kasus penyebabnya adalah dari laki-laki, 40 perempuan dan selebihnya adalah dari kedua-dua jenis kelamin.
Dalam kebanyakan kasus, laki-laki tidak mampu untuk memproduksi spermatozoa dalam jumlah yang adekuat untuk mencapai fertilisasi teteapi juga terdapat
kerusakan fungsional pada sel ini yang sekaligus menghalang terjadinya pembuahan De Iuliis
et al
., 2009. Menurut penelitian yang dilakukan oleh De Iuliis et al., 2009, didapati bahwa
RF-EMR yang terdapat dalam densitas kuasa dan julat frekuensi dari telepon seluler meningkatkan generasi dari spesies oksigen reaktif dalam mitokondria yang terdapat
dalam spermatozoa manusia, menyebabkan menurunnya motilitas dan vitalitas dari spermatozoa. Di samping itu, ia juga menstimulasi formasi adduksi dari basis DNA
dan akhirnya terjadi fragmentasi dari DNA. Temuan ini telah menunjukkan implikasi yang jelas untuk keselamatan penggunaan telepon seluler yang ekstensif oleh laki-
laki pada usia reproduktif, di mana ini bisa memberi dampak terhadap kesuburan mereka dan kesehatan zuriat mereka.
Studi ini secara jelasnya menunjukkan bahwa RF-EMR bisa merusakkan fungsi sperma melalui mekanisme yang melibatkan kebocoran dari elektron dari
mitokondria dan pembentukan dari stress oksidatif. Selain itu, fakta tentang kerusakan DNA pada sperma oleh radiasi jenis ini mempunyai implikasi tambahan
kepada kesehatan anak yang dilahirkan dari bapa-bapa yang mengalami tingkat
Universitas Sumatera Utara
paparan kepada RF-EMR yang tinggi di tempat kerja atau lingkungan sekitar masa pembuahan.
C. Nyeri Kepala dan Pusing
Nyeri kepala dan pusing merupakan gejala yang sering dilaporkan yang berkaitan dengan penggunaan telepon seluler dan bukti tentang gejala ini disebabkan
oleh paparan terhadap RF-EMF adalah lemah Schüz
et al
., 2009. Kebanyakan pasien yang mengalami nyeri kepala yang tergolong dalam tipe
tensi atau migrain. Walaubagaimanapun, nyeri kepala juga bisa sekunder dari kelainan-kelainan lain pada kepala dan leher, dan kadang-kadang ia merupakan
gejala predominan dari penyakit intrakranial yang serius, contohnya tumor, infeksi SSP atau pendarahan subaraknoid Turner, 2009.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Chia
et al
., 2000, yang dilakukan di Singapura, menyatakan bahwa, menurut kriteria dari
International Headache Societys
, nyeri kepala merupakan gejala yang paling prevalen di kalangan pengguna telepon seluler berbanding dengan mereka yang tidak menggunakan telepon seluler,
dengan prevalensi
rate ratio
1,31. Terdapat peningkatan yang signifikan pada prevalensi dari nyeri kepala dengan peningkatan durasi penggunaan menithari P =
0,038. Prevalensi nyeri kepala berkurang di kalangan mereka yang menggunakan peralatan
hands-free
berbanding dengan mereka yang tidak menggunakan peralatan tersebut 42 vs 65.
D. Perubahan Konsentrasi Serum Transthyretin pada Sawar Darah-Cairan