perlintasan sesuai dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 pada pasal 16 dimana para pengguna jalan yang melintasi perlintasan rel kereta api wajib mendahulukan
perjalanan kereta api. Selain itu untuk mengetahui datangnya kereta api di pelintasan desa Pagar Jati, petugas jaga pintu perlintasan mendengar tanda datangnya kereta api
yang berupa bunyi suara suling lokomotif yang panjang sebanyak 1 kali. Bunyi suling lokomotif ini disebut semboyan 35.
V.2. Analisa Data lalu lintas perlintasan sebidang
Pada perlintasan sebidang desa Pagar Jati Km 31+086 didapati volume kenderaan jam maksimum pada perlintasan berada pada pukul 16.00 - 17.00 WIB
dengan total volume 3.181,4 smpjam. Dari tabel IV.3. didapati Lalu lintas Harian Rata – rata LHR pada perlintasan ini sebesar 28.245,5 smpjam. Jumlah kenderaan
yang melintas di perlintasan sebanyak 28.296 kenderaan. Kenderaan yang paling banyak melintas adalah sepeda motor dan yang paling sedikit melintas adalah bus
besar. Kecepatan rata-rata kenderaan yang melintas di perlintasan sebidang desa
Pagar Jati adalah sebesar 30,35 kmjam. Dari tabel IV.4. didapati kenderaan yang paling cepat melintasi perlintasan adalah sepeda motor dengan waktu tempuh rata-
rata sebesar 40,3636 detik, sedangkan kenderaan yang paling lama melewati perlintasan adalah truk berat dengan waktu tempuh rata-rata sebesar 53,1818 detik.
Kapasitas di perlintasan sebidang desa Pagar Jati Km 31+086 sebesar 6.864 smpjam. Sedangkan tundaan di perlintasan sebidang desa Pagar Jati Km 31+086
sebesar 8,26 detik.
Universitas Sumatera Utara
V.3. Analisa Rambu Dan Marka perlintasan sebidang
Pada perlintasan sebidang desa Pagar Jati Km 31+086 kelengkapan rambu yang ada tidak sesuai standar pedoman teknis perlintasan sebidang antara jalan raya
dengan jalan kereta api yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan tahun 2005. Dimana terdapat pemasangan rambu yang berulang atau ganda. Pada gambar IV.1.
dan IV.2 di perlintasan tersebut, ada 3 kali penggunaan rambu peringatan persilangan tunggal. Yang seharusnya adalah hanya sekali pemasangan rambu. Sedangkan marka
di perlintasan tersebut tidak tersedia, yang ada hanyalah rumble strip atau pita penggaduh sebanyak masing-masing 3 buah di kedua sisi jalan.
Dari gambar IV.I dan IV.2 ada rambu yang tidak terpasang, yakni rambu larangan berjalan terus pada arah Tebing tinggi – Medan. Selain itu rambu peringatan
berupa kata-kata yang menyatakan agar berhati-hati mendekati pintu perlintasan kereta api tidak tersedia pada masing-masing kedua arah. Jarak pemasangan rumble
strip atau pita penggaduh tidak memenuhi standar pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan dimana jarak terpasang 54,5 meter dan 34 meter. Jarak
yang seharusnya adalah minimal 100 meter. Mengenai jarak pemasangan rambu yang tersedia di perlintasan sudah sesuai dengan standar pedoman teknis perlintasan
sebidang antara jalan raya dengan jalan kereta api. Rencana pemasangan rambu, marka dan pintu perlintasan dapat dilihat pada gambar V.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar V.1 : Perencanaan jarak marka dan rambu lalu lintas pada perlintasan sebidang
Sumber : Survey lapangan
V.4. Evaluasi perlintasan sebidang