3
perpustakaan yang tidak dapat dibawa pulang, seperti koleksi buku referensi, koleksi deposit, koleksi majalah dan jurnal, biasanya justru memicu
penyalahgunaan koleksi di perpustakaan. Walaupun di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sudah disediakan layanan mesin fotocopy untuk memfotocopy
koleksi yang tidak dapat dibawa pulang, tetapi masih banyak terjadi kecurangan. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini sangat penting untuk
diteliti, sehingga penulis tertarik untuk meneliti penerapan perangkat keamanan koleksi di perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Untuk mengetahui lebih
lanjut tentang hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan menetapkan judul “Evaluasi Penerapan Perangkat Keamanan Koleksi Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan Perangkat Keamananyang sudah
diterapkan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan perangkat keamanan mempengaruhi keamanan koleksi di perpustakaan Universitas
Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1.
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakantentang keamanan koleksi. 2.
Peneliti, agar dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dalam topik yang sama dan aspek yang berbeda.
3. Penulis, untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai
penerapan perangkat keamanan koleksi pada perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
4
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini berada pada ruang lingkup evaluasi penerapan perangkat keamanan koleksi. Dengan demikian objek penelitiannya adalah:
a. Perangkat keamanan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
b. Koleksidi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan
universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademik, perpustakaan sekolah tinggi. Pada dasarnya bertujuan untuk membantu perguruan tinggi dalam
menjalankan program Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang dikutip oleh
Hasugian 2009, 79 bahwa “Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya
diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan”. Sedangkan menurut Reitzyang dikutip oleh Hasugian 2009, 79
mendefenisikan perpustakaan perguruan tinggi adalah: A library or library system established, administered, and funded by a
university to meet the information, research, and curriculum needs of its students, faculty, and staff.Dalam defenisi ini perpustakaan perguruan tinggi
adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi
kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.
Dari uraian di atas dapat diketahuibahwa perpustakaan perguruan tinggi
adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan sivitas akademika dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
2.1.1 TujuanPerpustakaan Perguruan Tinggi
Setiap melaksanakan suatu kegiatan harus memiliki tujuan, begitu juga dengan perpustakaan perguruan tinggi harus memiliki tujuan yang sesuai dengan
lembaga perguruan tinggi tersebut. Menurut Sulistyo-Basuki 1993, 52 tujuan perpustakaan perguruan tinggi
adalah sebagai berikut: a.
Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
6
b. Menyediakan bahan pustaka referensi pada semua tingkatan akademis,
artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.
c. Menyediakan ruangan belajar bagi pengguna perpustakaan.
d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pengguna. e.
Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.
Sedangkan menurut Hasugian 2009, 80: Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia yaitu untuk memberikan
layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Oleh karena itu, koleksi perpustakaan perguruan tinggi benar-benar diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri
Dharma itu. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya tujuan
penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi informasi sivitas akademika, serta menyediakan sumber-sumber informasi ilmiah
bagi masyarakat perguruan tinggi tersebut agar pelaksanaan program kegiatan berjalan dengan lancar dan berkualitas.
2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Dalam pencapaian tujuan yang baik harus didukung juga dengan fungsinya. Menurut Sulistyo-Basuki 1991, 107, fungsi utama perpustakaan perguruan
tinggi adalah: a.
Fungsi Edukatif, perpustakaan membantu mengembangkan potensi mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum
pendidikan. b.
Fungsi Informasi, perpustakaan membantu mahasiswa dalam memperoleh informasi sebanyak-banyaknya melalui penelusuran
informasi yang ada di perpustakaan. c.
Fungsi Penelitian, dalam hal ini perpustakaan menyediakan sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen, mahasiswa, dan
staf non edukatif dapat dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari perpustakaan.
d. Fungsi Rekreasi atau Hiburan, mahasiswa dapat mengandalkan
perpustakaan untuk mengurangi ketegangan setelah lelah belajar dengan bahan bacaan ringan dan menghiburkan di perpustakaan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di
Universitas Sumatera Utara
7
perguruantinggi tersebut dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
2.2 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan tidak dapat berjalan maksimal apabila tidak diiringi dengan koleksi yang memadai.
Demikian halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan koleksi yang relevan dengan kebutuhan penggunanya baik itu mahasiswa, dosen,
peneliti maupun pengguna lainya. Dalam Pasal 1 Ayat 2 UU No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
“Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai
pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”. Koleksi perpustakaan merupakan faktor utama dalam mendirikan suatu
perpustakaan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sutarno 2006, 113 bahwa “Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama pilar sebuah
perpustakaan”. Selain itu Siregar 2002:03 “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada
pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”. Sedangkan menurut Darmono 2001: 60 “Koleksi adalah sekumpulan
rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak buku, malajah, surat kabar dan bentuk tidak tercetak bentuk mikro, bahan audio visual, peta”.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi merupakan bahan pustaka dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai
media yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi.
2.2.1Fungsi Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Koleksi perpustakaan merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004, 40 Fungsi
koleksi perpustakaan adalah:
Universitas Sumatera Utara
8
a. Fungsi Pendidikan, untuk menunjang program pendidikan dan
pengajaran perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan.
b. Fungsi Penelitian, untuk menunjang program penelitian perguruan
tinggi, perpustakaan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.
c. Fungsi Referensi, fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan
menyediakan bahan-bahan referensi di berbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk penelusuran informasi.
d. Fungsi Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi menetapkan pusat
informasi bagi masyarakat disekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta
hasil budaya manusia lain.
Dari uraian di atas dapat diketehui bahwa koleksi perpustakaan mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah bahwa koleksi
perpustakaan merupakan unsur pokok perpustakaan yang harus dibina secara teratur dan terencana.
2.2.2Jenis-Jenis Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan yang memiliki fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum, yang memberikan informasi kepada pemustakanya, sebaiknya harus
memiliki koleksi bahan pustaka yang dapat menunjang terwujudnya fungsi tersebut.
Menurut Bafadal 2008, 27 “Koleksi perpustakaan ada bermacam-macam, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya”.
Sedangkan menurut Soeatminah 1992, 25 Jenis bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan menurut bentuk fisiknya dapat dikelompokkan di dalam 2
bentuk, yaitu: 1.
Koleksi Tercetak a.
Buku Menurut penyajian isinya, buku dapat dikelompokkan kepada:
1 Buku Teks atau monografi, biasanya membahas satu masalah.
2 Buku Fiksi yaitu buku rekaan, tidak nyata, seperti cerpen, novel,dll.
3 Buku Referensi Rujukan yaitu buku yang isinya disusun dan
diolah secara tertentu misalnya menurut abjad, biasanya dipakai tempat bertanya atau mencari informasi, tidak untuk dibaca secara
keseluruhan dari awal sampai akhir misalnya: kamus, ensiklopedi, sumber biografi, sumber ilmu bumi atlas, bibliograsi penulisan
mengenai buku, buku tahunan almanak, buku petunjuk buku
Universitas Sumatera Utara
9
alamat, buku pegangan handbook, buku kumpulan indeks,buku kumpulan abstrak yang memuat judul artikel.
a. Majalah
b. Surat Kabar
c. Brosur
d. Peta
2. Koleksi Rekaman
Kaset, slide, film, VCD, DVD, dll. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis-jenis koleksi
perpustakaan tergolong menjadi 2 bentuk yaitu koleksi tercetak dan koleksi rekaman. Koleksi tersebut akan digunakan sebagai media pendidikan, penelitian,
referensi dan umum.
2.3Hakekat Keamanan Perpustakaan
Keamanan sangat penting diperhatikan dalam menunjang kenyamanan di perpustakaan. Untuk itu, agar dapat mengevaluasi keamanan di perpustakaan
Universitas Sumatera Utara, sebaiknya dijelaskan mengenai defenisi dan jenis keamanan koleksi, prinsip menjaga keamanan koleksi, penyalahgunaan koleksi
perpustakaan, dan perlindungan keamanan koleksi perpustakaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, 48 “Keamanan didefenisikan
sebagai keadaan bebas dari bahaya.”Sedangkan menurut Anggoro 2003, 2 dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VII “Keamanan sebagai suasana
bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan.” Sedangkan menurut Sarno 2009, 187 “Keamanan adalah suatu upaya
untuk mengamankan aset informasi terhadap ancaman yang mungkin timbul.” Dari uraian di atas dapat diketahui bahwapengertian keamanan adalah
sebuah kondisi yang bebas dari ancaman bahaya dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merugikan seseorang ataupun institusi.
2.3.1 Perangkat Keamanan Koleksi
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada satupun koleksi perpustakaan yang dapat keluar tanpa melalui pemeriksaan staf
perpustakaan, yaitu menggunakan perangkat keamanan seperti tattle tape, security
Universitas Sumatera Utara
10
gate, cctv dan didukung juga dengan peranan pustakawan bagian sirkulasi dan satpam security dalam mendukung penggunaan perangkat keamanan tersebut.
2.3.1.1 Tattle Tape
Tattle Tape adalah sistem keamanan yang digunakan pada koleksi perpustakaan, yang dirancang sebaik mungkin agar tidak mudah diketahui oleh
pengguna keberadaannya. Menurut Paul 2010 “Tattle Tapeadalah perlindungan bijaksana untuk
koleksi dengan media magnetik, dimana strip sangat peka saat proses check-in dan check-out, alat ini dijamin untuk kehidupan item yang mereka lindungi.”
Menurut Paul 2010 strip keamanan dan aplikator terbagi atas: 1.
Tattle Tape security strips DCD-2 Strip ini dirancang untuk CD dan DVD. Proses strip ini dilakukan dengan
dua strip yang diletakkan pada permukaan CD dan DVD yang mencegah dan melindungi permukaan CD dan DVD. Strip ini tidak akan
mengganggu performa saat pemutaran CD dan DVD.
2. Tattle Tape security strips B2
Strip dua sisi dirancang untuk diletakkan diantara halaman buku dan halaman majalah. Garis ekstra panjang membuat strip ini lebih mudah
untuk disisipkan ke dalam sisi buku yang paling dalam, sehingga membuat strip ini tidak mudah untuk terdeteksi.
3. Tattle Tape security strips B1
Strip satu sisi ini dirancang untuk buku dengan cover yang keras. Strip ini dapat dengan mudah disisipkan ke dalam sisi buku dan benar-benar
tersembunyi.
4. Tattle Tape security strips SB-3
Strip ini dirancang untuk kaset yang tidak memiliki kotak. Strip ini disembunyikan pada label yang dapat di print dengan judul atau
informasi lainnya.
Menurut MalaccaElab 2005 Keuntungan penggunaan tattle tape adalah: 1.
Teknologi 3M Tattle Tape telah dimanfaatkan oleh perpustakaan di dunia untuk memberikan pengamanan maksimal terhadap koleksi
perpustakaan. 2.
Dapat dengan mudah dan cepat diaktifkan dan non aktifkan kembali selama proses pengembalian dan peminjaman koleksi.
3. Strip sangat tipis adhesive di dua sisi dirancang khusus untuk buku dan
majalah. 4.
Strip dilengkapi dengan liner yang cukup panjang ini mempermudah pengguna untuk mengaplikasikan strip sehingga strip tidak dapat
terdeteksi dengan mudah.
Universitas Sumatera Utara
11
Maka dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tattle tape merupakan perangkat untuk melindungi koleksi bahan perpustakaan yang akan dibawa keluar
perpustakaan. Semua jenis bahan perpustakaan dapat dipasang tattle tape dengan ukuran dan bentuk yang berbeda.
2.3.1.2 Security Gate
Perkembangan perpustakaan yang menerapkan security gate membawa dampak pada pelayanan yang efektif yaitu sangat membantu kerja pustakawan
dan proses sirkulasi peminjaman buku oleh pemustaka. Penerapan ini juga bersifat bersahabat dengan tidak harus melepas atribut pakaian seperti jaket dan tas,
pemustaka akan merasa lebih nyaman dengan berkunjung ke perpustakaan tanpa aturan yang risih.
Menurut Nashihuddin 2011: Security Gate menggunakan sistem Electronic Article Surveillance EAS
Gantry, yaitu teknologi yang diterapkan di perpustakaan untuk pintu masuk pengunjung elektronik yang dapat mendeteksi dan menolak pengguna
perpustakaan yang tidak terdaftar sebagai anggota perpustakaan. Dengan kata lain, kalau pengguna ingin meminjam koleksibuku maka harus
menjadi anggota perpustakaan, tentunya harus sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang sudah ditentukan oleh perpustakaan.
MalaccaElab 2005 Keuntungan penggunaan security gate adalah:
1. Proteksi security yang tinggi untuk semua koleksi perpustakaan.
2. Lebar koridor mengikuti standar ADA
3. Pilihan suara alarm memainkan pesan pilihan
4. Penghitung trafik terintegrasi
5. Tidak membutuhkan aplikasi server
6. Tersedia dalam warna abu-abu gelap dan terang.
Untuk sistem kerjanya, perangkat security elektronik ini mendeteksi secara otomatis dengan gelombang radio untuk setiap buku yang dipinjam ke luar
perpustakaan. Akan tetapi, jika buku yang dipinjam tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan ada kesalahan teknis dari pengguna maka alarm akan berbunyi.
2.3.1.3 CCTV Closed Circuit Television
Pemasangan sistem keamanan elektronik, seperti penggunaan kamera pengintai CCTV merupakan suatu cara memantau kegiatan pengguna di dalam
perpustakaan dan merekam sistem keamanan, mencegah kejahatan, dan menjamin
Universitas Sumatera Utara
12
keamanan. Petugas perpustakaan dapat menggunakan CCTV untuk
mengidentifikasi pengunjung maupun pustakawan, memantau area kerja, mencegah pencurian, dan menjaga keamanan fasilitas lainnya. Teknologi CCTV
berkembang dengan cepat dan menjadi salah satu sistem keamanan paling penting dan ekonomis di perpustakaan.
Menurut Innes 2009: CCTV Closed Circuit Television adalah kamera yang menggunakan
internet protokol untuk mengirimkan data gambar dan sinyal kendali atas Fast Ethernet Link. Sejumlah kamera CCTV biasanya ditempatkan
bersama-sama dengan perekam video digital DVR atau jaringan perekam video digital NVR untuk membentuk sistem pengawasan video.
Menurut Negara 2011:
Keuntungan menggunakan CCTV adalah CCTV memiliki kemampuan merekam dan mengamati objek dengan baik serta mampu memberikan
informasi secara real-time. Namun penggunaan CCTV ini memiliki
kelemahan yaitu pengawasan pada monitor harus dilakukan tanpa henti agar petugas keamanan dapat mengetahui kejadian yang terjadi secara aktual.
Menurut McComb yang dikutip oleh Syaikhu 2011 Langkah-langkah yang
perlu diperhatikan dalam merancang sistem keamanan CCTV di perpustakaan meliputi:
a. Menentukan aplikasi utama dari sistem CCTV.
b. Memahami letak dan karakteristik ruangan yang akan dipantau.
c. Memilih fitur dan jenis kamera.
d. Menentukan lokasi terbaik untuk melihat monitor,
e. Menentukan jenis media penyimpanan sistem peralatan pengarsipan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwaCCTV Closed Circuit Television adalah kamera pengintai yang digunakan untuk menyelidiki atau mengawasi suatu
tempat yang dianggap rawan dari bahaya. Maka sebelum dirancang, informasi tata letak area yang akan dipantau harus ditentukan. Informasi ini berguna untuk
menempatkan kamera pada lokasi yang tepat, untuk menentukan tinggi atau lebar, dan arah pandang setiap lokasi kamera.
Universitas Sumatera Utara
13
2.3.1.4 Pelayanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi merupakan tempat masuk dan keluarnya bahan perpustakaan. Layanan sirkulasi berperan langsung sebagai sarana peminjaman,
pengembalian, perpanjangan. Menurut Sulistyo-Basuki 1993, 257 tugas yang harus dilaksanakan oleh
perpustakaan dalam mengawasi proses kegiatan sirkulasi adalah: 1.
Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan. 2.
Pendaftaran anggota, perpanjangan anggota, dan pengunduran diri anggota perpustakaan.
3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu
peminjaman. 4.
Menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan. 5.
Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang terlambat dikembalikan. 6.
Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang atau rusak.
7. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman.
8. Membuat statistik peminjaman.
9. Peminjaman antar perpustakaan.
10. Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel, dan sebagainya milik
pengunjung perpustakaan. 11.
Tugas lainnya terutama yang berhubungan dengan peminjaman. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa layanan sirkulasi merupakan
kegiatan menyeluruh dari setiap pengguna yang mempergunakan jasa layanan perpustakaan. Kegiatan yang terdapat pada layanan ini meliputi pengawasan,
pendaftaran sebagai anggota, pminjaman,pengembalian, penagihan, pemberian sanksi denda atas pelanggaran yang berkenaan dengan koleksi yang terlambat
dikembalikan serta bertugas mengawasi para pengguna yang masuk dan keluar dari perpustakaan.
2.3.1.5 Satpam Security
Satpam adalah satuan pengamanan yang melindungi dan mengamankan lingkungan kawasan kerjanya dari setiap gangguan keamanan dan ketertiban.
Menurut Wikipedia 2014 “Satpam adalah satuan kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi proyek badan usaha untuk melakukan keamanan fisik
physical security dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya.”
Universitas Sumatera Utara
14
Menurut Daidonatus 2013: Fungsi satpam adalah segala usaha atau kegiatan mengamankan dan
melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari setiap gangguan keamanan, ketertiban,serta pelanggaran hukum dari luar maupun dari dalam
yang antara lain berupa pencurian, perampokan, pencopetan, penodongan, penipuan, dan penyerobotan.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa satpam adalah kelompok
petugas yang mengamankan dan melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari setiap gangguan keamanan, ketertiban, serta pelanggaran hukum dari luar
maupun dari dalam.
2.3.2 Prinsip-Prinsip Menjaga Keamanan Koleksi
Dalam melakukan pengelolaan koleksi, perpustakaan sering menemukan permasalahan, diantaranya adalah dalam melakukan perlindungan dan menjaga
keamanan koleksi perpustakaan. Keahlian seorang pustakawan dalam menjaga perlindungan dan keamanan perpustakaan sangat diperlukan. Pustakawan harus
cepat merespon setiap permasalahan yang mungkin terjadi, serta mempelajari cara penanggulangan sebuah permasalahan yang ada, seperti mencegah kerusakan dan
kehilangan koleksi yang dapat membawa dampak kerugian. Menurut Liston 1993, 10 ada beberapa cara suatu institusi dalam menjaga
keamanan, diantaranya: 1.
Menunjuk satu orang untuk melakukan koordinasi upaya-upaya perlindungan. Tugas ini haruslah diberikan kepada orang yang memiliki
akses langsung ke suatu institusi dan memiliki wewenang yang cukup untuk bertindak di dalam kondisi darurat bila tidak adanya kepala
institusi atau pemegang otoritas lainnya.
2. Menetapkan aturan umum untuk pengunjung.
Suatu institusi perlu menetapkan suatu aturan umum dan menginformasikannya kepada pengunjung mengenai aturan dan saran
yang harus dipatuhi, contohnya mengenai pengunjung yang harus berhati-hati terhadap koleksi yang mudah rusak dan sedapat mungkin
menjaga koleksi tersebut. Staf juga harus melakukan pengawasan terhadap pengunjung.
3. Memberikan aturan-aturan mengenai perilaku staf karyawan.
Peraturan ini penting di dalam melakukan penyediaan akses ke tempat pengolahan koleksi dan ruangan yang hanya ditujukan untuk staf. Staf
pun juga akan diberikan akses untuk menangani koleksi masuk dan tempat penyimpanan koleksi.
Universitas Sumatera Utara
15
4. Memperkecil resiko yang diakibatkan dari kebakaran, banjir, vandalisme,
pencahayaan, suhu ruangan, dan lain-lain.Adanya pelarangan untuk merokok di area institusi, penggunaan pencahayaan yang tidak terkendali
pada properti dan bangunan maupun penggunaan perangkat listrik bawah tanah dan sejenisnya. Penerapan untuk mematikan listrik apabila
tidak diperlukan juga dapat dilakukan.
5. Merencanakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi setiap
keadaan darurat.Staf harus diajarkan mengenai tindakan apa saja yang harus mereka lakukan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Kemudian, mereka harus mempraktikkannya dengan staf penanggulangan bencana berkoordinasi dengan pihak luar mengenai
upaya penyelesaiannya, seperti anggota pemadam kebakaran, polisi, dan pihak medis.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip menjaga keamanan koleksi adalah menunjuk satu orang untuk melakukan koordinasi
upaya-upaya perlindungan, menetapkan aturan umum untuk pengunjung, memberikan aturan-aturan mengenai perilaku stafkaryawan, memperkecil resiko
yang diakibatkan dari kebakaran, banjir, dll, dan merencanakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi setiap keadaan darurat.
2.3.3 Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan
Pada perpustakaan perguruan tinggi, koleksi perpustakaan pada umumnya dilayankan dengan sistem terbuka kepada pengguna. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kebebasan kepada pengguna untuk memilih langsung bahan pustaka yang diinginkan pada rak. Penggunapun akan memiliki alternatif lain seandainya
bahan pustaka yang dikehendaki tidak ada, maka pengguna dapat memilihi bahan pustaka yang lain yang sesuai. Namun hal yang sangat disayangkan dari
dilaksanakannya sistem layanan terbuka ini adalah timbulnya tindakan penyalahgunaan koleksi oleh pengguna.
2.3.3.1 Tindakan Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan sangat rawan terhadap tindakan penyalahgunaan koleksi. Penyalahgunaan koleksi perpustakaan dapat mengakibatkan kerugian bagi
perpustakaan. Menurut Obiagwu yang dikutip oleh Syaikhu 2011, 36 Tindakan
penyalahgunaan koleksi dapat digolongkan menjadi empat macam yaitu: 1.
Theft pencurian
Universitas Sumatera Utara
16
Pencurian adalah tindakan mengambil bahan pustaka tanpa melalui prosedur yang berlaku di perpustakaan dengan atau tanpa bantuan orang
lain. Pencurian bermacam-macam jenisnya, dari pencurian kecil-kecilan sampai yang besar. Bentuk pencurian yang sering terjadi adalah
menggunakan kartu perpustakaan curian.
2. Mutilation perobekan
Perobekan adalah tindakan pemotongan, penghilangan, drai artikel, ilustrasi dari jurnal, majalah, buku, ensiklopedia dan lain-lain tanpa atau
dengan menggunakan alat.
3. Unauthorized Borrowing peminjaman tidak sah
Peminjaman tidak sah adalah kegiatan pengguna yang melanggar ketentuan peminjaman. Tindakan ini meliputi pelanggaran batas waktu
pinjam, pelanggaran jumlah koleksi yang dipinjam, membawa pulang bahan pustaka dari perpustakaan tanpa melaporkannya ke petugas
pustakawan, meskipun dengan maksud untuk mengembalikannya dan membawa pulang bahan-bahan yang belum diproses dari bagian
pelayanan teknis. Bentuk lain peminjaman tidak sah adalah peredaran buku yang tersembunyi di dalam perpustakaan untuk kepentingan
tertentu atau pribadi.
4. Vandalism vandalisme
Vandalisme adalah tindakan perusakan bahan pustaka dengan menulisi, mencorat-coret, memberi tanda khusus, membasahi, membakar dan lain-
lain. Mengenalkan virus secara sengaja pada program komputer atau menekan disket database juga termasuk perbuatan vandalis.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa tindakan penyalahgunaan koleksi perpustakaan ada empat macam yaitu pencurian, perobekan, peminjaman
tidak sah, vandalisme.
2.3.3.2 Kerugian Akibat Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan
Penyalahgunaan koleksi dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perpustakaan.
Menurut pendapat Ajick 2005, 5: Kerugian dibagi atas dua yaitu kerugian secara finansial dan kerugian secara
sosial. Kerugian secara finansial yaitu kerugian yang dirasakan oleh perpustakaan dalam hal dana yang harus dikeluarkan untuk mengganti
koleksi yang rusak, memperbaiki kerugian kertas dan menjaga kualitas bahan pustaka. Kerugian sosial adalah yang dialami oleh perpustakaan
karena adanya koleksi yang rusak antara lain adalah berkurangnya kepercayaan atau dapat memberi suatu citra image yang kurang baik
terhadap perpustakaan sebagai gudang informasi. Misalnya tindakan mutilasi yang dapat menimbulkan rasa marah dan frustasi pengguna yang
menginginkan suatu artikel di suatu majalah yang ternyata tidak ada karena telah dirobek oleh orang lain.
Universitas Sumatera Utara
17
Pengguna terkadang harus menunggu beberapa hari untuk memperoleh informasi dari bahan pustaka yang diinginkan karena harus menunggu perbaikan
koleksi tersebut oleh pustakawan. Menurut Constantinou yang dikutip oleh Syaikhu 201, 505 bahaya
tindakan penyalahgunaan koleksi sangat berbahaya karena akan berdampak buruk bagi perpustakaan, antara lain:
a. Terhalangnya transfer informasi dan ilmu pengetahuan serta
kemajuannya. b.
Terganggunya iklim pendidikan. c.
Biaya preservasi bahan pustaka yang meningkat. d.
Mengurangi bahkan menghilangkan keindahan koleksi. e.
Berdampak sosial pada lingkungan dan diri objek misalnya menularnya kebiasaan melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi kepada orang
lain. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa kerugian akibat
penyalahgunaan koleksi perpustakaan terbagi atas dua yaitu kerugian secara finansial dan kerugian secara sosial.
2.3.3.3 Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan
Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan koleksi sangat perlu untuk dilakukan di perpustakaan. Upaya pencegahan terhadap tindakan penyalahgunaan
koleksi dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah koleksi yang dirusak. Menurut Ajick 2008, 7 ada beberapa upaya di dalam melakukan tindakan
pencegahan penyalahgunaan koleksi, yaitu: a.
Mengatur tata ruang layanan koleksi perpustakaan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan pengguna melakukan tindakan
penyalahgunaan koleksi dengan leluasa. b.
Menciptakan keadaan perpustakaan yang kondusif baik itu untuk membaca ataupun untuk belajar sehingga menciptakan kenyamanan bagi
pengunjung perpustakaan. c.
Menyediakan fasilitas mesin fotocopy yang memadai, dengan harga yang terjangkau dan hasil yang memuaskan.
d. Menambah jumlah eksemplar koleksi yang banyak dibutuhkan oleh
pengguna. e.
Menempatkan pengawas pustakawan secukupnya di ruang layanan koleksi yang memungkinkan untuk dengan leluasa mengawasi seluruh
ruangan dan untuk berpatroli berkeliling ke seluruh ruangan baca koleksi untuk memonitor hal-hal yang tidak diinginkan.
f. Memeriksa setiap koleksi yang telah selesai dipinjam oleh pengguna.
Universitas Sumatera Utara
18
g. Pemasangan poster-poster yang berisi larangan melakukan tindakan
penyalahgunaan koleksi. h.
Memberi pengarahan kepada pengguna tentang bahaya dan kerugian akibat tindakan penyalahgunaan koleksi melalui program bimbingan
pembaca. i.
Memberlakukan sanksi yang tegas bagi pelaku tindakan penyalahgunaan koleksi, dan meminta kepada pengguna jika melihat seseorang
melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi di perpustakaan untuk segera melaporkan hal itu kepada pustakawan yang terdekat.
j. Membekali staf perpustakaan dengan pengetahuan yang cukup mengenai
preservasi bahan pustaka. k.
Pemasangan sistem keamanan elektronik misalnya penggunaan kamera pengintai untuk memantau kegiatan pengguna di dalam perpustakaan.
l. Pemasangan denah dan petunjuk rambu-rambu perpustakaan yang
memudahkan pengguna dalam mencari informasi. Syaikhu 2011 mengatakan untuk mengurangi risiko tindakan
penyalahgunaan koleksi perpustakaan, perlu diperhatikan tiga aspek yaitu: a.
Keamanan fisik physical security perpustakaan Mencakup arsitektur, staf keamanan, dan perangkat keras seperti
perlindungan pada pintu dan jendela. b.
Penggunaan teknologi keamanan Seperti barcode, radio frequency identification RFID, microdots, dan
closed circuit television CCTV. c.
Kebijakan keamanan, prosedur, dan rencana.
Dari uraian di atas dapat dinyatakanbahwa upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan koleksi adalah dengan lebih meningkatkan keamanan baik dari
pustakawan maupun kemanan di lingkungan perpustakaan terutama pada daerah- daerah yang rawan akan terjadinya penyalahgunaan koleksi perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Moleong 2007, 6: Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
3.2 Lokasi Penelitian
Peneliti memilih Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai objek penelitian karena Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki perangkat
keamanan yang lengkap. Lokasi penelitian berada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1, Medan Kode Pos 20155.
3.3 Latar Penelitian Setting
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang berdiri pada tahun 1970 beralamat di Jl. Perpustakaan No. 1 Medan. Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara memiliki luas bangunan 6. 090 m
2.
. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki koleksi dengan jumlah 204.086 judul dan 641.871 eksemplar.
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sebagai unit pelayanan informasi yang memberikan informasi kepada penggunanya yaitu mahasiswa dan
dosen. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki sumber daya manusia sebagai pegawai perpustakaannya. Adapun sumber daya manusia yang menjadi
pegawai Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah 117 orang staf yang terdiri dari18 orang tenaga Fungsional Pustakawan dan 40 orang PNS dan 58
orang adalah tenaga honorer. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara telah menggunakan perangkat
keamanan untuk menjaga keamanan koleksinya. Adapun perangkat keamanan
Universitas Sumatera Utara
20
yang diterapkan adalah 1 unit security gate, 466.122 koleksi yang menggunakan tattle tape, dan 24 unit CCTV Closed Circuit Television.
3.4Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Menurut Arikunto 2002, 121 “Unit analisis adalah
satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian sedangkan subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti, yaitu subjek yang
menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.” Maka unit analisis yang akan diteliti adalah pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang
berkompeten di bidang penggunaan perangkat keamanan koleksi.
3.5 Proses Penelitian