3.5. Alur Penelitian
Penyediaan daun binahong segar
sebanyak 4kg
Dikeringkan dibawah sinar
matahari Determinasi di
LIPI Sertifikat
Ekstraksi dengan etanol 96 di
BALITRO Ekstrak
kental Penyediaan
bahan basis salep vaselin
album dan adeps lanae
Pembuatan basis salep dan
salep ekstrak daun binahong
Penyediaan tikus Sprague dawley
25 ekor
Pembuatan preparat di Deparemen PA FKUI
Pengamatan preparat histopatologi
Adaptasi tikus selama 7 hari, 1
ekor per kandang, makan dan minum
secara ad libitum Pencukuran rambut
pada punggung  tikus menggunakan
gunting, pisau cukur, dan krim cukur
Induksi luka bakar pada punggung tikus menggunakan
plat besi panas selama 30 detik dengan penekanan
Randomisasi menjadi 5 kelompok
Aplikasi salep 2x sehari selama 5 hari
Data ketebalan lapisan re-epitelisasi
epidermis Uji statistik
Penyediaan krim Silver
Sulfadiazine
Eksisi jaringan kulit tikus
3.6. Cara Kerja Penelitian
3.6.1.   Pembuatan Ekstrak Daun Binahong
Sampel  berupa  daun  binahong  segar  didapatkan  dari  pusat penjualan  tanaman  binahong  di  daerah  Cisarua  kemudian  proses
pengeringan daun juga dilakukan disana. Tahapannya sebanyak 4 kg daun binahong  segar  yang  tidak  terserang  hama,  penyakit,  dan  pencemar
lainnya dibersihkan dengan air mengalir, kemudian ditiriskan. Selanjutnya dipotong  menjadi  bagian-bagian  kecil  dan  dikeringkan  dibawah  sinar
matahari  sampai  sampel  tersebut  benar-benar  kering,  proses  ini membutuhkan waktu hingga tiga hari jika cuaca sedang tidak hujan.
Selanjutnya daun binahong kering sebanyak 530,6 gram dibawa ke Balai Tamanan Obat dan Aromatik BALITRO untuk dilakukan ekstraksi
dengan  metode  maserasi  menggunakan  pelarut  etanol  96  oleh  tenaga laboratorium  disana.  Hasil  yang  didapat  berupa  ekstrak  kental  daun
binahong sebanyak 26,2 gram. Gambar lihat Lampiran 4.
3.6.2.   Pembuatan Basis Salep
Pembuatan  basis  salep  dilakukan  sendiri  oleh  peneliti  di Laboratorium Farmakologi. Basis salep yang akan digunakan adalah basis
berlemak  yaitu  adeps  lanae  dan  vaselin  album.  Sebelumnya  adeps  lanae dan  vaselin  album  dipanaskan  agar  melebur  diatas  air  yang  mendidih
menggunakan  baker glass, cawan porselen,  hot  plate  stirrer, dan spatula. Kemudian,  adeps  lanae  dan  vaselin  album  dicampur  menggunakan
lumpang dan alu yang sebelumnya disiram dengan menggunakan air panas dengan suhu 50
C. Setelah itu campuran tersebut diaduk dengan kecepatan konstan hingga homogen dan terbentuk basis salep. Basis salep kemudian
disimpan dalam tabung plastik dan ditutup Gambar lihat Lampiran 4. Pemilihan sediaan berbentuk salep dengan vaselin album dan adeps
lanae  sebagai  basisnya  adalah  berdasarkan  sifatnya  yang  dapat  menutup luka  dengan  baik  serta  dapat  menyerap  air  dalam  luka  sehingga
meningkatkan hidrasinya. Perawatan luka tertutup occlusive dressing dan hidrasi  yang  baik  dapat  menciptakan  lingkungan  luka  yang  lembab
sehingga  dapat  memfasilitasi  untuk  mempercepat  proses  penyembuhan luka moist wound healing.
30
3.6.3.   Pengujian Sediaan Salep
Pengujian  sediaan  salep  juga  dilakukan  sendiri  oleh  peneliti  di Laboratorium Farmakologi. Sediaan salep yang telah dibuat dilakukan uji
berupa  tes  homogenitas.  Tes  homogenitas  dilakukan  dengan  cara mengoleskan  sediaan  salep  ekstrak  daun  binahong  pada  sekeping  kaca
transparan dimana sediaan diambil bagian atas, tengah dan bawah.
31
3.6.4.   Pembuatan Konsentrasi Salep Ekstrak Daun Binahong
Formula standar dasar basis salep yang digunakan adalah
31
: R
Adeps Lanae 15 g
Vaselin Album 85 g
m.f salep 100 g
Sediaan  salep  yang  akan  digunakan  dalam  penelitian  ini  memiliki konsentrasi  masing-masing  yaitu  10,  20,  40  dibuat  sebanyak  30  g
Gambar lihat Lampiran 2.   Konsentrasi 10
R Ekstrak daun binahong
3 g Dasar salep
27 g m.f salep
30 g   Konsentrasi 20
R Ekstrak daun binahong
6 g Dasar salep
24 g m.f salep
30 g
  Konsentrasi 40
R Ekstrak daun binahong
12 g Dasar salep
18 g m.f salep
30 g
3.6.5.   Etika Penelitian
Pelaksanaan  penelitian  ini  telah  disetujui  oleh  Komisi  Etik Penelitian  Kesehatan  FKIK  UIN  Syarif  Hidayatullah  Jakarta.  Sebelum
diberikan  perlakuan,  terlebih  dahulu  25  ekor  tikus  diadaptasikan  dalam lingkungan  animal  house  selama  tujuh  hari,  kemudian  dilakukan
randomisasi dengan cara undian menjadi lima kelompok, dimana masing- masing  kelompok  terdiri  dari  lima  tikus.  Tikus  ditempatkan  di  kandang
yang  sesuai  dengan  habitatnya.  Setiap  tikus  dipisahkan  dengan  cara memasang  sekat  kawat  sehingga  kontak  fisik  antar  tikus  dapat  dihindari.
Bagian  alas  kandang  diberi  sekam  kayu  untuk  menampung  kotoran  dan urin  tikus,  kemudian  ditutup  dengan  menggunakan  sekat  kawat  agar
serbuk kayu tidak dapat mengkontaminasi luka pada pada punggung tikus. Pembersihan  kandang  selama  perlakuan  dilakukan  setiap  dua  hari  sekali.
Selama  percobaan,  kelima  kelompok  tikus  diberi  makan  pelet  dan  air secara ad libitum
Setelah  dilakukan  perlakuan  selama  5  hari,  pada  hari  ke-6 dilakukan  terminasi  dengan  menggunakan  inhalasi  eter.  Selanjutnya
dilakukan  pengambilan  sampel  jaringan  kulit  di  bagian  dorsal  Gambar lihat  Lampiran  4.  Sampel  jaringan  kemudian  dibawa  ke  Laboratorium
Patologi  Anatomi  FKUI.  Bagian  tubuh  tikus  yang  tidak  diambil  untuk sampel jaringan dikuburkan.
3.6.6.   Induksi Luka Bakar pada Tikus
Sebelum dilakukan pencukuran, sediakan toples  yang berisi  tissue yang  telah  diberi  cairan  eter  sebagai  anastesi.    Masukkan  tikus  ke  dalam
toples,  lalu  tunggu  beberapa  saat  sampai  efek  inhalasi  eter  terlihat  yakni tikus  akan  terlihat  melemas.    Dibawah  pengaruh  anastesi,  cukur  bersih
bagian  punggung  tikus  dengan  menggunakan  gunting,  krim  cukur,  serta pisau cukur untuk meminimalisir timbulnya iritasi pada kulit tikus.
Tikus kembali dianastesi dengan dimasukkan kedalam toples berisi eter  sebelum  dilakukan  induksi  luka  bakar.  Kemudian  lakukan  sterilisasi
dengan  alkohol  70  pada  daerah  punggung  tikus  yang  telah  dicukur. Induksi luka bakar pada tikus dilakukan menggunakan plat besi berukuran
4  x  2  cm
2
yang  dipanaskan  dalam  air  mendidih  suhu  ±  95 C  selama  5
menit, lalu tempelkan plat besi pada kulit punggung tikus selama 30 detik. Gambar lihat Lampiran 4.
32
3.6.7.   Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong
Pemberian  salep  dilakukan  dengan  cara  mengoleskan  di  bagian luka  pada  punggung  tikus  dua  kali  sehari,  yaitu  di  pagi  dan  sore  hari,
selama  5  hari  dari  hari  ke-1  sampai  hari  ke-5  setelah  induksi  luka  bakar. Sebagai  pembanding  digunakan  kontrol  negatif  yaitu  tikus  yang  diberi
basis  salep  saja  tanpa  kandungan  ekstrak  daun  binahong  dan  kontrol positif  yang  diberi  Silver  Sulfadiazine  sebagai  obat  standar  penanganan
sebagian  besar  luka  bakar  yang  sampai  saat  ini  masih  digunakan  secara luas. Gambar lihat Lampiran 4.
3.6.8.  Eksisi Jaringan Kulit Tikus
Setelah 5 hari tikus diterminasi dengan menggunakan eter inhalasi. Setelah  itu  dilakukan  eksisi  pada  seluruh  ketebalan  jaringan  kulit  yang
diambil  dari  lokasi  luka,  kemudian  difiksasi  menggunakan  larutan formalin  10 dan disimpan dalam tabung organ Gambar lihat  Lampiran
4.
25
3.6.9.   Pembuatan Preparat Histologi Jaringan Kulit Tikus
Jaringan  kulit  tersebut  kemudian  dibuat  preparat  histopatologi dengan  metode  blok  paraffin  denganpewarnaan  Hemaktosilin-Eosin  yang
dilakukan di departemen Patologi Anatomi FKUI Gambar lihat Lampiran 4.
3.6.10.   Pengamatan Preparat Histopatologi
Preparathistopatologi  diamati  dengan  menggunakan  mikroskop cahayaOlympus  BX41  dengan  perbesaran  100  kali  kemudian  difoto
dengan  menggunakan  kamera  mikroskop  Olympus  DP25  serta  software Olympus DP2-BSW Gambar lihat Lampiran 4. Data mikroskopis dalam
hal  ini berkaitan dengan proses re-epitelisasi  epidermis dengan parameter yang digunakan adalah ketebalan lapisan re-epitelisasi epidermis. Dengan
demikian  didapatkan  file  foto  preparat  yang  akan  dihitung  ketebalan lapisan re-epitelisasi epidermisnya menggunakan aplikasi ImageJ.
3.6.11.  Penghitungan Ketebalan Lapisan Re-epitelisasi Epidermis
Penghitungan  ketebalan  lapisan  re-epitelisasi  epidermis  dihitung menggunakan aplikasi ImageJ. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a.
Buka aplikasi ImageJ.
b.
Klik “File” pada menubar.
c.
Klik “Open” dan masukkan file foto yang diinginkan.
d.
Setelah file foto terbuka, klik “Straight” pada menu toolbar.
e. Buatlah  garis  lurus  persis  sepanjang  penggaris  yang  terdapat  pada
bagian kanan bawah foto preparat histopatologi.
f.
Klik “Analyze” pada menubar kemudian klik “Set Scale”.
g. Ketik  ukuran  panjang  penggaris  yang  terdapat  pada  foto  preparat
histopatologi  pada  kolom  “Known  Distance”,  dalam  penelitian  ini adalah  100,  kemudian  satuannya  dalam  kolom  “Unit  of  Length”,
dalam penelitian ini adalah µm.
h.
Klik “OK”.
i. Buatlah  kembali  garis  lurus  sepanjang  ketebalan  lapisan  re-
epitelisasi epidermis yang dikehendaki.
j.
Klik “Analyze” pada menubar kemudian klik “Measure”.
k. Kemudian akan muncul halaman baru dengan judul “Result”, pada
penelitian ini data yang digunakan adalah yang terdapat pada kolom
“Length”.
l. Lakukan langkah a sampai  k setiap kali akan mengukur ketebalan
lapisan re-epitelisasi epidermis.
m. Apabila diperlukan, halaman “Result” dapat disimpan dengan cara
klik
“File” kemudian klik “Save”.
Pada  penelitian  ini,  penghitungan  ketebalan  lapisan  re-epitelisasi epidermis  dilakukan  pada  kedua  tepi  luka  yang  diamati  pada  preparat
histopatologi.  Pada  masing-masing  tepi  luka  diambil  data  ketebalan lapisan  re-epitelisasi  epidermisnya  pada  lima  titik  secara  berurutan
kemudian dihitung reratanya.
3.7. Managemen dan Analisis Data
Data  histopatologis  diolah  dengan  analisisOne  WayANOVA. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 16.
3.8. Definisi Operasional
No. Variabel
Definisi Alat
ukur Cara
pengukuran Hasil ukur
Skala ukur
1. Re-
epitelisasi epidermis
Proses pertumubuhan
kembali sel-sel epitelial
Aplikasi imageJ
Ketebalan lapisan re-
epitelisasi epidermis
yang diukur adalah yang
terdapat pada kedua tepi
luka yang diamati pada
preparat histopatologi
kemudian dihitung
reratanya Ketebalan
lapisan re- epitelisasi
epidermis dalam satuan
µm Numerik
2. Salep
ekstrak daun binahong
Salep ekstrak daun binahong
yang dibuat dengan metode
maserasi menggunakan
etanol 96, dengan
konsentrasi 10, 20, dan
40 Kategorik
3. Basis salep
Salep yang berisi vaseline
album dan adeps lanae
tanpa ekstrak daun binahong
Kategorik
4. Krim Silver
Sulfadia- zine
Krim yang standar
digunakan pada pengobatan luka
bakar, mengandung
dua komponen zat aktif yaitu
silver dan sulfadiazine
Kategorik
51
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan  pengamatan  secara  makroskopis,  pada  hari  pertama  setelah induksi  luka  bakar  tampak  luka  yang  eritem  dan  sedikit  kecoklatan,  serta
permukaan  luka  terlihat  masih  basah.  Setelah  hari  ke  lima,  luka  terlihat  berupa keropeng  yang  berwarna  kecoklatan,  kering,  serta  luas  permukaan  luka  terlihat
semakin mengecil.
Gambar 4.1. Gambaran Makroskopik Luka Bakar dengan Lama Paparan 30 Detik pada Kulit Tikus.
a Hari ke-1 ; b Hari ke-5
Data  hasil  penelitian  ini  berupa  ketebalan  lapisan  re-epitelisasi  epidermis dari  pengamatan  preparat  histopatologi  yang  dipulas  dengan  pewarnaan
Hemaktosilin-Eosin.  Pengamatan  preparat  histopatologi  dilakukan  menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 kali. Ketebalan lapisan epidemis yang
dihitung  adalahyang  terdapat  pada  kedua  tepi  luka  yang  diamati  pada  preparat histopatologi  kemudian  dihitung  reratanya,  dengan  landasan  teori  bahwa  proses
re-epitelisasi  pada  penyembuhan  luka  diawali  dari  tepi  luka  dengan  cara  migrasi keratinosit secara aktif menuju ke bagian permukaan dermis yang terekspos.
37
Gambaran mikroskopis penyembukan luka bakar dengan lama paparan 30 detik pada tikus pada masing-masing kelompok disajikan pada gambar berikut.
b a