antioksidan. Senyawa terpenoid adalah senyawahidrokarbon isometrik yang membantu proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh.
Saponin mempunyai fungsi menurunkan kolesterol karena mempunyai aktivitas sebagi antioksidan. Kandungan saponin, fenolik dan flavonoid
dalam tanaman ini memiliki aktifitasantibiotik sebagaimana golongan tetrasiklin dan penisilin.
15
Daun binahong juga memiliki kandungan asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi.
5
Kandungan asam askorbat dapat meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, berfungsi
dalam pemeliharaan
membran mukosa,
serta mempercepat
penyembuhan.
2.1.3. Luka Bakar
2.1.3.1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan jaringan pada kulit akibat terpajan panas tinggi, bahan kimiawi maupun arus listrik.Luka bakar merupakan
trauma yang sering terjadi dan dapat terjadi dimana saja,
17
serta memiliki tingkat
morbiditas dan
mortalitas tinggi
yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal fase syok sampai fase lanjut
.
1
2.1.3.2. Insidensi
Berdasarkan data statistik pada unit pelayanan khusus luka bakar RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan
107 kasus luka bakar atau 26,3dari seluruh kasus bedah plastik yang dirawat. Dari kasus tersebut terdapat lebih 40 merupakan luka bakar
derajat II-III denganangka kematian 37,38.
1,2
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan yang terbanyak adalah luka
bakar derajat II.
1
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada usia 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda.
Luka bakar jarang terjadi pada usia 80 tahun ke atas. Pada anak di bawah usia 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah kecelakaan. Pada
usia 3-14 tahun, penyebab paling sering adalah dari nyala api yang
membakar pakaian. Usia yang lebih dewasa sampai 60 tahun paling sering disebabkan oleh kecelakaaan industri.
17
2.1.3.3. Etiologi
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi
19
: a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi e. Luka bakar karena sengatan sinar matahari
f. Luka bakar karena tungku panas atau udara panas g. Luka bakar karena ledakan bom
2.1.3.4. Patofisiologi
Kerusakan jaringan akibat aliran panas saat terjadinya luka bakar tergantung dari beberapa faktor, antara lain suhu sumber panas, lamanya
kontak dengan sumber panas serta jaringan tubuh yang terkena.
20
Ketika jaringan kulit terpajan suhu tinggi, sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44
C tanpa kerusakan bermakna. Antara 44 -55
C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan
temperatur . Diatas 51 C, protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan
jaringan sangat hebat. Temperatur diatas 70 C menyebabkan kerusakan
selular yang sangat cepat dan hanya periode pemaparan yang sangat singkat yang dapat ditahan oleh tubuh.
17
Perubahan biokimia dan fisik yang mengakibatkan kematian sel pada kerusakan jaringan akibat luka bakar belum diketahui, namun
diduga sebagai akibat denaturasi protein dan menurunnya aktivitas enzim. Enzim-enzim tertentu terutama yang berperan dalam siklus Krebs
aktivitasnya menurun karena panas, mengakibatkan penurunan produksi ATP sehingga terjadi kematian sel.
19
Luka bakar akan menyebabkan gangguan utamanya pada kulit, pembuluh darah dan elemen darah, metabolisme dan hemodinak. Efek
luka bakar pada kulit yaitu menyebabkan kehilangan cairan tubuh serta terganggunya sistem pertahanan terhadap invasi kuman. Evaporasi cairan
melalui permukaan tubuh akan meningkat pada luka bakar. Evaporasi cairan pada luka bakar derajat II dan III akan disertai dengan
meningkatnya kehilangan panas tubuh. Tiap gram evaporasi cairan dari permukaan tubuh akan disetai kehilangan panas sebesar 0,575 kkal.
Peningkatan kehilangan panas ini akan disertai dengan peningkatan kebutuhan oksigen, dimana keadaan tersebut akan meningkatkan
metabolisme tubuh dan produksi energi untuk dapat mempertahankan homeostasis panas tubuh.
19
Luka bakar seringkali tidak steril, sehingga dapat menjadi medium yang baik untuk pertumbuhan kuman yang akan mempermudah
terjadinya infeksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berasal dari kulit pasien itu sendiri, kontaminasi kuman dari saluran napas atas atau
kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik. Infeksi akibat luka bakar menjadi sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang
mengalami trombosis.
19
Efek luka bakar pada integritas pembuluh darah yaitu meningkatnya permebilitas pembuluh darah dan kapiler sekitar luka.
Cairan dan protein dengan cepat akan meninggalkan pembuluh darah ke jaringan interstisial sehingga terjadi edema. Awalnya cairan yang berada
di daerah luka bakar akan diresorbsi oleh sistem limfe, tetapi kemudian kehilangan cairan akan bertambah berat karena melebihi kemampuan
resorbsi sistem limfe. Kehilangan cairan terutama terjadi dalam 24 jam pertama, karena setelah 48 jam permeabilitas kapiler akan kembali
normal. Berkurangnya cairan kaya protein dari sirkulasi akan menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti
gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun dan produksi urin yang berkurang. Edema terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
1,2
Berkurangnya volume plasma akan diikuti berkurangnya volume sel darah merah, umumnya terjadi
pada 24 jam pertama.
19
Luka bakar juga menyebabkan perubahan metabolisme dan hemodinamik, yang terbagi kedalam 3 fase yaitu fase syok, katabolik,
dan restoratif. Perubahan hemodinamik ditandai dengan adanya takikardi, hipotensi, perubahan kardiak output dan vasokonstriksi perifer.
Perubahan kardiak output terjadi pada tahap awal setelah trauma termal yang
merupakan akibat
dari hipovolemi.
Hipovolemi juga
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan aktivitas adrenergik dengan manifestasi klinik beruupa oliguria, penurunan GFR,
retensi Na, dan ekskresi K. Aktivitas hormon adrenal memegang peranan penting pada fase syok. Peningkatan aktivitas korteks adrenal akan
merangsang hipotalamus dan hipofisis.
19
Secara klinis defek metabolik yang jelas pada fase luka terbuka adalah balans nitrogen negatif. Selama fase katabolik akan terjadi
kekurangan energi yang besar, keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya evaporasi cairan dan kehilangan panas melalui luka
bakar.
19
2.1.3.5.Fase Luka Bakar
a. Fase Akut
Pada fase ini pasien terancam mengalami gangguan airway jalan nafas, breathing mekanisme bernafas, dan circulation sirkulasi. Pada
fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termalpanas yang berdampak sistemik.
18
b. Fase Subakut
Luka yang terjadi pada fase akut dapat menyebabkan beberapa masalah lain seperti Systemic Inflammatory Response Syndrome SIRS,
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome MODS dan sepsis.
18,19
c. Fase Lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar
seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain.
18,19
2.1.3.6. Derajat Luka Bakar