Kendala-kendala Operasi

1. Beban maksimum dan minimum unit pembangkit

Setiap unit pembangkit mempunyai kemampuan maksimum dalam membangkitkan tenaga listrik, baik karena desain maupun karena masalah pemeliharaan. Sedangkan beban minimum unit pembangkit lebih banyak ditentukan oleh desain.

Pada PLTA, beban yang terlalu rendah menimbulkan kavitasi yang berlebihan. Oleh karena itu, tidak dikehendaki pembebanan kurang dari 25%.

Pada PLTU, beban yang kurang dari 25% menimbulkan kesulitan pada alat-alat kontrol sehingga unit pembangkit PLTU harus dioperasikan secara manual pada beban kurang dari 25% dan hal ini tidak dikehendaki.

Pada PLTP, beban rendah menimbulkan kesulitan pada instalasi penyedia uap dari bumi, mungkin terpaksa ada uap yang harus dibuang ke udara di mana hal ini tidak dikehendaki.

Pada PLTD, beban yang kurang dari 25% akan menyebabkan pembakaran yang kurang sempurna sehingga pengotoran ruang pembakaran (silinder) akan meningkat dan selang waktu pemeliharaannya harus dipercepat sehingga pembebanan kurang dari 25% tidak dikehendaki.

Pada PLTG, pembebanan kurang dari 25% seperti halnya pada PLTD juga menyebabkan pembakaran yang kurang sempurna dan menyebabkan turunnya efisiensi. Mengingat unit pembangkit PLTG tergolong unit pembangkit yang mempunyai efisiensi rendah, maka pembebanan di bawah 25% yang menyebabkan penurunan efisiensi tidaklah dikehendaki.

2. Kecepatan perubahan beban unit pembangkit

Dalam melakukan perubahan beban unit pembangkit terutama dalam kaitannya dengan pengaturan frekuensi sistem, perlu diperhatikan kemampuan unit pembangkit untuk mengikuti perubahan beban, dalam bahasa Inggris disebut ramping rate. Ramping rate unit PLTA adalah

264 Pembangkitan Tenaga Listrik

yang tertinggi, sedangkan unit PLTU adalah yang terendah, hal ini disebabkan adanya masalah pemuaian bagian bagian unit pembangkit dan juga berkaitan dengan panjangnya proses kontrol.

3. Aliran daya dan profil tegangan dalam sistem

Alokasi beban unit pembangkit yang optimum dengan tujuan mencapai biaya bahan bakar yang minimum dalam praktik perlu dikaji pelaksanaannya, apakah menimbulkan aliran daya yang melampaui batas kemampuan saluran transmisi atau batas kemampuan peralatan lainnya, seperti transformator daya atau transformator arus yang ada dalam sistem bersangkutan. Perlu juga diperhatikan profil tegangan yang terjadi dalam sistem, apakah masih dalam batas-batas yang diijinkan.

4. Jadwal start-stop Unit pembangkit

Jadwal operasi unit pembangkit dengan tujuan mencapai biaya bahan bakar yang minimum, yang dibuat atas dasar program unit commitment, memberikan jadwal start-stop unit pembangkit yang mungkin terlalu berdekatan. Hal ini perlu dikaji terlebih dahulu dengan kondisi pusat listrik yang bersangkutan apakah dapat dilaksanakan atau tidak.

5. Tingkat arus hubung singkat (Fault Level)

Masalah tingkat arus hubung singkat yang terlalu tinggi bagi peralatan yang ada dalam sistem bisa menjadi kendala bagi operasi sistem yang optimum, karena hal ini bisa merusak peralatan. Sebaliknya tingkat arus hubung singkat yang terIalu rendah memberi risiko tidak bekerjanya relai.

6. Batas stabilitas sistem

Batas stabilitas sistem, khususnya yang menyangkut penyaluran daya melalui saluran transmisi yang panjang, baik batas stabilitas statis, maupun batas stabilitas dinamis, bisa menjadi kendala operasi yang optimum. Kendala-kendala operasi, tersebut dalam butir b, d, dan e, dapat dihilangkan melalui pengembangan sistem atas dasar analisis dan perhitungan serta perencanaan yang baik.