Metode Analisis Data

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.6.1 Analisis Deskriptif

Suharsimi (2013:282) bahwa pada analisi deskriptif “apabila datanya telah terkumpul, maka lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentu angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata- kata atau simbol”. Maksud dari pengertian tersebut yaitu, analisis deskriptif pada metode penelitian kuantitatif digunakan untuk menceritakan atau menyampaikan informasi yang ada pada penelitian mengenai variabel pengalaman mengajar, iklim kerja, kompensasi dan kompetensi profesional dalam bentuk kalimat atau mengubah informasi dari bentuk angka ke dalam bentuk kalimat yang merupakan kesimpulan dari data angka tersebut.

Langkah yang ditempuh dalam penggunaan analisis ini adalah :

1. Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh responden dan memeriksa kelengkapannya.

2. Mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif dengan cara sebagai berikut :

a. Jawaban Selalu (SS) diberi skor 4

b. Jawaban Sering (S) diberi skor 3

c. Jawaban Kadang-kadang (KD) diberi skor 2

d. Jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1

3. Membuat tabulasi data

4. Memasukkan dalam rumusan deskriptif presentase

5. Membuat tabel rujukan sebagai berikut Ali (2013:201) :

%= N x 100%

Keterangan :

n = Adalah nilai yang diperoleh N = Jumlah seluruh nilai

a. Menetapkan skor tertinggi

= (4/4) x 100% = 100%

b. Menetapkan skor terendah

= (1/4) x 100% = 25%

c. Menetapkan rentangan persentase = persentase tertinggi – persentase terendah = 100% - 25% = 75%

d. Interval = rentangan presentase : skala interval = 75% : 4 = 18,75 % (dibulatkan 19%)

Tabel 3.6 Perhitungan pada Analisis Deskriptif

Sangat Tinggi

Sangat Rendah

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang mendasarinya. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Uji Normalitas Data Wartini, dkk (2011:27) menyatakan bahwa “uji normalitas ini bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggunaan atau residual memiliki distribusi normal ”. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas didapat dari grafik normal probability plot. Apabila variabel berdistribusi normal, maka penyebaran plot akan berada disepanjang garis 45°. Variabel X (pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi) dan Y (kompetensi profesional) dalam penelitian ini dikatakan terdistribusi normal apabila data yang telah diolah dengan menggunakan SPSS akan menyebar disepanjang garis 45°.

2. Uji Multikolinieritas Wartini, dkk (2011:32) mengemukakan bahwa “uji multikolinieritas

diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model ”. Maksudnya adalah, multikolinieritas terjadi jika antara variabel bebas memiliki hubungan sehingga akan sulit diketahui variabel bebas mana yang sebenarnya mempengaruhi variabel terikat. Menurut Wartini, dkk (2011:32) mengemukakan bahwa adapun deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model ”. Maksudnya adalah, multikolinieritas terjadi jika antara variabel bebas memiliki hubungan sehingga akan sulit diketahui variabel bebas mana yang sebenarnya mempengaruhi variabel terikat. Menurut Wartini, dkk (2011:32) mengemukakan bahwa adapun deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

b. “Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merup akan indikasi adanya multikolinieritas”.

c. 2 “Nilai R yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regeresi empiris tinggi namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel

dependen, maka ditengarai model terkena multikolinieritas”.

3. Heteroskedastisitas Wartini (2011:36) mengemukakan bahwa “heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Stundentized Delete Residual nilai tersebut”. Pengujian terhadap heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap pola scatter plot yang dihasilkan melalui SPSS. Apabila pola scatter plot membentuk pola tertentu maka model regresi memiliki gejala heteroskedastisitas.

3.6.3 Analisis Regresi Berganda

Menurut Sugiyono (2013:261), “persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah- rubah)”. Analisis ini untuk mengetahui besarnya pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel bebas digunakan rumus (Sugiyono, 2013:267) :

Y=a+ b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +e

Y = Kompetensi Profesional Guru

a = Konstanta regresi

b 1 = Koefesien regresi untuk X 1

b 2 = Koefesien regresi untuk X 2

b 3 = Koefesien regresi untuk X 3

X 1 = Pengalaman mengajar

X 2 = Iklim kerja

X 3 = Kompensasi

3.6.4 Pengujian Hipotesis

1. Uji Pengaruh Simultan (F test) Ghozali, (2011: 98 ) menyatakan bahwa “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”. Maksudnya adalah untuk mengetahui apakah variabel-variabel

bebas (pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi) mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (kompetensi profesional). Ghozali (2011:98) juga menyatakan bahwa “bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%”, yang berarti setelah pengolahan data jika hasil F hitung > 0,05 maka hipotesis yang menyatakan berpengaruh secara simultan dapat diterima, jika F hitung < 0,05 maka hipotesis tersebut ditolak.

2. Uji Parsial (t test) Ghazali (2011:98) menyatakan bahwa “uji parsial t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen ”. Maksudnya adalah 2. Uji Parsial (t test) Ghazali (2011:98) menyatakan bahwa “uji parsial t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen ”. Maksudnya adalah

3. Koefisien Determinasi Simultan (R 2 ) Ghozali (2011: 97) menyatakan bahwa :

Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.

Maksudnya adalah koefisien determinasi akan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (kompetensi

profesional), jika nilai R 2 kecil maka kemampuan variabel independen (pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi) dalam menjelaskan variabel

terikat (kompetensi profesional) sangat terbatas. Namun jika nilai R 2 mendekati 1 maka kemampuan variabel independen (pengalaman mengajar, iklim kerja dan

kompensasi) memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat (kompetensi profesional).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dan indikator dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian agar lebih mudah dipahami. Variabel dalam penelitian ini yaitu pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Pengalaman Mengajar

Data yang digunakan untuk mendeskripsikan pengalaman mengajar diperoleh dari kuesioner dengan 6 butir pernyataan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman mengajar guru dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut (1) pendidikan dan pelatihan, dan (2) masa kerja/lama mengajar. Berdasarkan pernyataan responden, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengalaman Mengajar

No Interval

0 Sangat tinggi

9 Sangat Rendah

30 Rendah Sumber: data diolah tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata skor sebesar 50,5% terletak pada interval 44%-62% yang termasuk pada kategori rendah. Hal ini dapat terlihat dari sedikitnya guru yang ikut serta dalam program diklat dan seminar pendidikan ,sebagian guru ada yang sudah banyak mengikuti program diklat dan seminar pendidikan tetapi ada pula yang masih sedikit mengikuti program tersebut. Masa kerja/lama mengajar guru pun bervariasi, tetapi sebagian besar guru mengajar kurang dari 13 tahun, kemudian jumlah guru tetap sebanyak 18 orang dan jumlah guru tidak tetap sebanyak 12 orang.

1. Deskripsi Indikator Pendidikan dan Pelatihan

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Pendidikan dan Pelatihan

No Interval

0 Sangat tinggi

11 Sangat Rendah

30 Rendah Sumber: data diolah pada tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa keikutsertaan guru dalam program pendidikan dan pelatihan memiliki skor rata-rata sebanyak 49% dan termasuk dalam kategori rendah. Sebagian besar guru mengikuti program diklat dan seminar/workshop pendidikan kurang dari 12 kali, dan tentunya alokasi waktu diklat kurang dari 80 jam, tetapi para guru tetap mengoptimalkan penerapatn materi yang didapat kedalam kegiatan belajar mengajar.

2. Deskripsi indikator masa kerja/lama mengajar

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Masa Kerja/Lama Mengajar

No Interval

4 Sangat tinggi

5 Sangat Rendah

Jumlah

30 Rendah

Sumber: data diolah pada tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa masa kerja/lama mengajar guru mendapatkan skor rata-rata 58,3% yang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini terlihat dari empat guru sudah mengajar lebih dari 20 tahun, tujuh guru mengajar antara 14 hingga 19 tahun, sebelas guru yang termasuk kategori sangat tinggi dan tinggi merupakan guru tetap di SMK Kristen Salatiga. Lama mengajar empat belas guru kurang dari 13 tahun, dan lima guru mengajar kurang dari 7 tahun.

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Iklim Kerja

Data yang digunakan untuk mendeskripsikan iklim kerja sekolah diperoleh dari 12 butir pernyataan. Indikator yang digunakan untuk mengukur iklim kerja dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut (1) ekologi (lingkungan fisik), (2) milieu (hubungan sosial), (3) sistem sosial, dan (4) budaya.

Berdasarkan pernyataan responden, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Iklim Kerja

No Interval

9 Sangat tinggi

0 Sangat Rendah

30 Sangat tinggi Sumber: data diolah tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa iklim kerja sekolah mendapatkan skor rata-rata sebesar 85% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Ekologi atau lingkungan fisik sekolah nyaman dan dapat membantu perkembangan proses belajar mengajar. Hubungan sosial para guru dinilai harmonis karena para guru mampu untuk bersosialisasi dengan sesama guru dan memiliki rasa saling membantu. Sistem sosial di lingkungan sekolah dinilai sangat baik terlihat dari tanggung jawab guru dalam menjaga data siswa dan kepercayaan yang ditunjukkan oleh sesama guru. Budaya sekolah yang nyaman seperti saling menghargai, tidak merendahkan guru lain dan menaati tata tertib sekolah.

1. Deskripsi Indikator Ekologi (Lingkungan Fisik)

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Ekologi

No Interval

21 Sangat tinggi

0 Sangat Rendah

Jumlah

30 Sangat tinggi

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa ekologi atau lingkungan fisik sekolah memdapatkan skor rata-rata 83% dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa para guru merasa nyaman dalam menjalankan tugas keprofesionalannya seperti melaksanakan kegiatan belajar mengajar di ruangan kelas dan mengerjakan tugas di ruang kerja guru.

2. Deskripsi Indikator Milieu (Hubungan Sosial)

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Milieu (Hubungan Sosial)

No Interval

11 Sangat tinggi

0 Sangat Rendah

30 Tinggi Sumber: data diolah pada tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa milieu atau hubungan sosial para guru mendapatkan skor rata-rata 78% dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat dari hubungan yang harmonis seperti berjabat tangan dan menyapa sesama guru saat berpapasan, dan rasa saling membantu para guru saat mengetahui guru lain ada kesulitan saat pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

3. Deskripsi Indikator Sistem Sosial

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Sistem Sosial

No Interval

18 Sangat tinggi

0 Sangat Rendah

Jumlah

30 Sangat tinggi

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa sistem sosial mendapatkan skor rata-rata 87% dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini terlihat dari tanggung jawab para guru untuk menjaga data siswa (nilai, presensi dan profil), mengatur dan mengelola siswa saat pembelajaran kelompok agar seluruh siswa dapat ikut serta, memilih dan memilah bahan ajar yang sesuai untuk diajarkan kepada siswa, serta adanya kesadaran tinggi dalam menjaga ucapan dan tutur kata yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

4. Deskripsi Indikator Budaya

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Budaya

No Interval

26 Sangat tinggi

0 Sangat Rendah

30 Sangat tinggi Sumber: data diolah pada tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa budaya di lingkungan SMK Kristen Salatiga mendapatkan skor rata-rata 91% dan termasuuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini terlihat dari rasa percaya yang muncul antara sesama guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya, rasa saling menghargai pendapat para guru dalam berbagai kegiatan sekolah, serta usaha untuk selalu menaati peraturan sekolah.

4.1.1.3 Analisis Deskriptif Kompensasi

Data yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel kompensasi diperoleh dari kuesioner sebanyak 7 butir pernyataan. Indikator yang digunakan Data yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel kompensasi diperoleh dari kuesioner sebanyak 7 butir pernyataan. Indikator yang digunakan

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Kompensasi

No Interval

0 Sangat tinggi

0 Sangat Rendah

30 Tinggi Sumber: data diolah tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa kompensasi yang diterima oleh guru memiliki skor rata-rata sebesar 70% dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kompensasi yang diterima guru sebagai balas jasa atas pekerjaan profesionalnya sebagai guru dinilai sudah sesuai, sebanyak dua puluh satu guru beranggapan bahwa kompensasi yang diterima dalam kategori tinggi sedangkan sembilan guru beranggapan bahwa kompensasi yang diterma dalam kategori rendah.

1. Deskripsi Indikator Kompensasi Langsung

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Kompensasi Langsung

No Interval

9 Sangat tinggi

0 Sangat Rendah

30 Tinggi Sumber: data diolah pada tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa kompensasi langsung mendapatkan skor rata-rata 76,5% dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat dari gaji guru yang dirasa cukup untuk kehidupan sehari-hari, honor tambahan yang diberikan sekolah saat guru menjadi pengawas ujian akhir sekolah atau ujian tengah semester, serta tunjangan yang diperoleh guru juga menjadi tambahan dalam mencukupi kebutuhan sehari-sehari.

2. Deskripsi Indikator Kompensasi Tidak Langsung

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Kompensasi Tidak Langsung

No Interval

0 Sangat tinggi

4 Sangat Rendah

30 Rendah Sumber: data diolah pada tahun 2015

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa kompensasi tidak langsung mendapatkan skor rata-rata 57% dan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini terlihat dari kurang adanya pemberian kesejahteraan tambahan yang diberikan sekolah kepada guru seperti makanan ringan dan minuman, asuransi serta fasilitas rekreasi. Namun, sekolah tetap berusaha memberikan apresiasi dengan memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

4.1.2.1 Uji Normalitas

Besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,907 dan tidak signifikan pada 0,383 hal ini berarti H0 diterima yang berarti bahwa data residual terdistribusi normal.

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parameters a,,b Mean

1.93585876 Most Extreme Differences

Std. Deviation

Kolmogorov-Smirnov Z

.907 Asymp. Sig. (2-tailed)

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: data diolah pada tahun 2015

4.1.2.2 Uji Multikolinieritas

Nilai Tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independan dalam model regresi.

Tabel 4.13 Uji Multikolinieritas

Coefficients a

Unstandardized Standardized Collinearity

Coefficients

Coefficients

Correlations Statistics

Sig. order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant)

B Error

pengalaman mengajar

iklim kerja

.347 .044 -.185 -.173 .449 2.229 a. Dependent Variable: RES2

Sumber: data diolah tahun 2015

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Nilai signifikansi menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai <0,05 yang berarti bahwa tidak terjadi heteroskedasitas.

Tabel 4.14 Uji Heteroskedastisitas

Coefficients a

Unstandardize Standardized Collinearity

d Coefficients Coefficients

Correlations Statistics

Sig. order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant)

B Error

.079 .073 .380 2.630 iklim kerja

pengalaman mengajar

-.185 -.173 .449 2.229 a. Dependent Variable: RES2

Sumber; data diolah pada tahun 2015

4.1.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada 4, yaitu: 1) ada pengaruh positif dan signifikan pengalaman mengajar, iklim kerja Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada 4, yaitu: 1) ada pengaruh positif dan signifikan pengalaman mengajar, iklim kerja

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi secara simultan terhadap kompetensi profesional guru, untuk menguji apakah secara parsial variabel- variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan dan untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS For Windows Release 17 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.15 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficients a

B Std. Error

Beta

T Sig.

1 (Constant)

.006 pengalaman mengajar

iklim kerja

a. Dependent Variable: kompetensi profesional

Sumber : data diolah pada tahun 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa persamaan regresi berganda yang diperoleh adalah:

Y = 17,773 + 0,677X 1 + 0,393X 2 + 0,454X 3 +e

Persamaan regresi berganda di atas mempunyai makna sebagai berikut:

1. Konstanta = 17,773

Jika variabel pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi adalah 0, maka kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga sebesar 17,773. Artinya jika pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi tidak ada maka kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga akan mengalami kenaikan sebesar 17,773.

2. Koefisien Regresi Pengalaman Mengajar (X1) = 0,677 Jika variabel pengalaman mengajar mengalami peningkatan sebesar 1 point, sedangkan variabel iklim kerja dan kompensasi adalah konstan, maka akan menyebabkan kenaikan kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga sebesar 0,677.

3. Koefisien Regresi Iklim Kerja (X2) = 0,393 Jika variabel iklim kerja mengalami peningkatan sebesar 1 point, sedangkan variabel pengalaman mengajar dan kompensasi adalah konstan, maka akan menyebabkan kenaikan kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga sebesar 0,393.

4. Koefisien Regresi Kompensasi (X3) = 0,454 Jika variabel kompensasi mengalami peningkatan sebesar 1 point, sedangkan variabel pengalaman mengajar dan iklim kerja adalah konstan, maka akan menyebabkan kenaikan kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga sebesar 0,454.

4.1.4 Uji Hipotesis

4.1.4.1 Uji Simultan (Uji F)

Uji F dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga. Uji F dihitung menggunakan bantuan komputer program SPSS For Windows Release 17 dengan melihat nilai sig.

Apabila sig < 0,05 atau F hitung > F tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima, sedangkan apabila sig > 0,05 atau F hitung < F tabel maka hipotesis alternative ditolak. Hasil uji simultan dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16 Hasil Uji Coba Simultan (Uji F) variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y

ANOVA b

Model

F Sig. 1 Regression

Sum of Squares

Df Mean Square

29.476 .000 a Residual

a. Predictors: (Constant), kompensasi, iklim kerja, pengalaman mengajar b. Dependent Variable: kompetensi profesional

Sumber: data diolah tahun 2015 Tabel 4.19 di atas adalah tabel Anova yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai F hitung sebesar 29,476 > F tabel sebesar

2.93 Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ada pengaruh secara bersama-sama antara pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

4.1.4.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji t dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga. Pengujian secara parsial ini dihitung menggunakan bantuan komputer program SPSS For Windows Release 17. Apabila sig < 0,05 atau t hitung >t tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima, sedangkan apabila sig > 0,05 atau t hitung <t tabel maka hipotesis alternative ditolak. Hasil uji parsial dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini:

Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial (Uji t) Variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y

Coefficients a Unstandardized

t Sig. 1 (Constant)

B Std. Error

Beta

.006 pengalaman mengajar

2.740 .011 iklim kerja

2.182 .038 a. Dependent Variable: kompetensi profesional

Sumber : data diolah pada tahun 2015 Tabel 4.20 menunjukkan tingkat signifikansi variabel pengalaman

mengajar sebesar 0,011. Tingkat signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05, sedangkan nilai t hitung pengalaman mengajar sebesar 2,740 lebih besar dari t tabel sebesar 2,042, maka dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga. Hasil uji variabel iklim kerja memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,026. Tingkat signifikansi yang mengajar sebesar 0,011. Tingkat signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05, sedangkan nilai t hitung pengalaman mengajar sebesar 2,740 lebih besar dari t tabel sebesar 2,042, maka dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga. Hasil uji variabel iklim kerja memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,026. Tingkat signifikansi yang

4.1.4.3 Koefisien Determinasi Simultan (R 2 )

Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel bebas pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga. Hasil pengujian dengan perhitungan analisis regresi linier berganda menggunakan bantuan komputer program SPSS For Windows Release 17 dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut:

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi Simultan (R 2 )

Model Summary b

Model

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

a. Predictors: (Constant), kompensasi, iklim kerja, pengalaman mengajar

b. Dependent Variable: kompetensi professional

Sumber: data diolah pada tahun 2015

Tabel model summary menunjukkan besarnya nilai Adjusted R 2 adalah

0,747. Nilai Adjusted R 2 dikalikan 100% untuk mengetahui besarnya nilai R yaitu sebesar 74,7%. Sedangkan untuk mengetahui nilai pengaruh faktor lain di luar R 2 yaitu dengan cara 100% dikurangi nilai R 2 74,7% hasilnya 25,3%. Hal ini berarti

74,7% kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga dipengaruhi oleh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi. Sedangkan sisanya sebesar 25,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar model regresi dalam penelitian ini.

4.1.4.4 Koefisien Determinasi Parsial (r 2 )

Besarnya kontribusi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial diketahui melalui koefisien determinasi parsial (r 2 ). Hasil

pengujian dengan perhitungan analisis regresi linier berganda menggunakan bantuan komputer program SPSS For Windows Release 17. Hasil uji koefisien determinasi parsial akan dijelaskan pada tabel 4.19 sebagai berikut:

Tabel 4.19 Koefisien Determinasi Parsial (r 2 )

Coefficients a

Collinearity Statistics Model

Correlations

Tolerance VIF 1 (Constant)

.380 2.630 iklim kerja

pengalaman mengajar

.449 2.229 a. Dependent Variable: kompetensi professional

Sumber: data diolah pada 2015 Tabel Coefficient kolom Correlations Partial dapat diketahui besarnya Sumber: data diolah pada 2015 Tabel Coefficient kolom Correlations Partial dapat diketahui besarnya

1 ) adalah sebesar 0,223 (0,473 ). Nilai tersebut dikalikan 100% untuk mengetahui besarnya nilai koefisien determinasi parsial (r 2 ) adalah 74,7%. Hal ini

berarti variabel pengalaman mengajar (X1) mampu menjelaskan variabel kompetensi profesional (Y) sebesar 22,3 %, sedangkan sisanya sebesar 77,7%

dijelaskan oleh variabel lain. Koefisien determinasi parsial (r 2 ) untuk variabel iklim kerja (X 2

2 ) adalah sebesar 0,175 (0,419 ). Nilai tersebut dikalikan 100% untuk mengetahui besarnya nilai koefisien determinasi parsial (r 2 ) adalah 17,5%.

Hal ini berarti variabel iklim kerja (X 2 ) mampu menjelaskan variabel kompetensi profesional (Y) sebesar 17,5 %, sedangkan sisanya sebesar 82,5% dijelaskan oleh

variabel lain. Koefisien determinasi parsial (r 2 ) untuk variabel kompensasi (X

3 ) adalah sebesar 0,154 (0,393 2 ). Nilai tersebut dikalikan 100% untuk mengetahui

besarnya nilai koefisien determinasi parsial (r 2 ) adalah 15,4%. Hal ini berarti variabel kompensasi (X 3 ) mampu menjelaskan variabel kompetensi profesional

(Y) sebesar 15,4 %, sedangkan sisanya sebesar 84,6% dijelaskan oleh variabel lain.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil olah data persamaan regresi menunjukkan persamaan Y = 17,773 + 0,677X 1 + 0,393X 2 + 0,454X 3 + e. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi berpengaruh secara positif terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga. Konstanta sebesar 17,773 berarti jika pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi sebesar nol maka kompetensi profesional guru sebesar 17,773.

Guru diharapkan memiliki kompetensi sebagai seseorang yang berperan dalam keberlangsungan proses belajar mengajar, salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi profesional guru. Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c mengemukakan bahwa “kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan ”. Penjelasan tersebut berarti bahwa dengan kompetensi profesional, seorang guru dapat mengelola proses belajar mengajar dengan baik dengan cara menguasai materi pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru diantaranya pengalaman mengajar guru, iklim kerja sekolah, dan kompensasi yang diterima oleh guru. Jika faktor-faktor tersebut baik, tentu kemampuan guru dalam melakukan proses pembelajaran juga semakin baik.

Berdasarkan hasil uji F diperoleh keterangan bahwa variabel pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru secara signifikan. Hal ini berarti semakin baik pengalaman mengajar guru, iklim kerja dan kompensasi, maka semakin baik pula kompetensi profesional yang guru miliki. Besarnya pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru adalah sebesar 74,7%.

Berdasarkan hasil uji t diperoleh keterangan bahwa variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga adalah pengalaman mengajar yaitu sebesar 22,3%, kemudian

pengaruh yang lebih kecil dari pengalaman mengajar adalah iklim kerja yaitu sebesar 17,5%, sedangkan untuk kompensasi berpengaruh lebih kecil yaitu sebesar 15,4%. Variabel pengalaman mengajar berpengaruh paling besar karena terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga, walaupun hasil analisis deskriptif variabel pengalaman mengajar untuk indikator pendidikan dan pelatihan serta masa kerja/lama termasuk dalam kategori rendah, tetapi para guru yang lebih banyak mengikuti program diklat ataupun workshop pendidikan serta memiliki masa kerja yang lama akan lebih memiliki kompetensi yang baik. Pengalaman mengajar juga dapat dilihat bagaimana guru tersebut melakukan proses belajar mengajar seara optimal, setiap perencanaan yang dilakukan akan menjadikan guru bisa memaksimalkan penyampaian materi di depan kelas.

Hasil analisis deskriptif variabel pengalaman mengajar memiliki skor rata- rata sebesar 50,5% yang menunjukan kategori rendah dikarenakan banyak guru yang masih terbilang pemula dan juga dari 30 guru terdapat 12 guru yang termasuk guru tidak tetap, sehingga program diklat atau seminar/workshop pendidikan serta masa kerjanya masih belum mencukupi seperti guru tetap atau guru yang telah lama mengajar di sekolah. Berdasarkan data angket, sebesar 37% responden (11 guru) memiliki masa kerja diatas 13 tahun. Semakin lama guru tersebut mengajar di sekolah tentu semakin banyak pengalaman yang diperoleh sebagai pembelajaran bagi guru.

Berdasarkan data angket, sebesar 43% responden (13 guru) telah mengikuti program seminar/workshop pendidikan di tingkat provinsi, kemudian untuk diklat sebanyak 60% responden (18 guru) sudah mengikuti diklat lebih dari

7 kali. Menurut wukir (2013:90), “pengalaman merupakan pelatihan dan pengembangan yang diperoleh dari pekerjaan sebelumnya yang diperlukan sebagai kualifikasi di posisi tersebut”. Pengalaman mengajar guru di SMK Kristen Salatiga bervariasi, sebanyak 4 guru memiliki masa kerja di atas 20 tahun sedangkan 7 guru memiliki masa kerja di atas 13 tahun, secara pengalaman dapat dinilai sudah matang dan saudah terbiasa mengatasi permasalahan saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Jika dilihat dari distribusinya, 14 guru masih memiliki masa kerja di bawah 13 tahun, dan 5 guru baru mengajar kurang dari 5 tahun, guru pemula dapat semakin berkembang apabila belajar dari guru senior serta tetap mengajar lebih lama di sekolah agar mendapatkan pengalaman yang semakin baik. Terkait masa kerja, Suryani (2012) menyatakan bahwa “makin baik pengalaman guru, maka makin baik pula kinerja guru”.

Persamaan regresi menunjukkan bahwa variabel iklim kerja berpengaruh secara positif terhadap kompetensi professional guru di SMK Kristen Salatiga. Iklim kerja yang baik tentu akan melahirkan semangat kerja yang baik, sehingga akan mempengaruhi profesionalisme guru dalam bekerja. Iklim kerja berperan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dikarenakan dengan adanya iklim kerja yang baik, maka suasana kerja guru juga kondusif, hal ini bisa ditunjukkan dengan interaksi yang terjalin harmonis antara para guru, hubungan yang komunikatif dan sistem sosial yang baik. Iklim kerja sekolah yang baik akan menjaga nama baik sekolah, termasuk para guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Librawati, dkk (2013) “dengan iklim kerja sekolah yang kondusif ini akan mempengaruhi setiap warga sekolah terutama guru untuk lebih Persamaan regresi menunjukkan bahwa variabel iklim kerja berpengaruh secara positif terhadap kompetensi professional guru di SMK Kristen Salatiga. Iklim kerja yang baik tentu akan melahirkan semangat kerja yang baik, sehingga akan mempengaruhi profesionalisme guru dalam bekerja. Iklim kerja berperan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dikarenakan dengan adanya iklim kerja yang baik, maka suasana kerja guru juga kondusif, hal ini bisa ditunjukkan dengan interaksi yang terjalin harmonis antara para guru, hubungan yang komunikatif dan sistem sosial yang baik. Iklim kerja sekolah yang baik akan menjaga nama baik sekolah, termasuk para guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Librawati, dkk (2013) “dengan iklim kerja sekolah yang kondusif ini akan mempengaruhi setiap warga sekolah terutama guru untuk lebih

Hasil analisis deskriptif variabel iklim kerja menunjukkan skor rata-rata sebesar 85% dan termasuk dalam kategori sangat tinggi dikarenakan sekolah memiliki lingkungan fisik dan sistem sosial yang baik, begitupun juga para guru yang memiliki hubungan harmonis dan budaya baik selama bekerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan anggapan 83% responden (25 guru) yang menyatakan kondisi fisik kelas sering membuat guru semangat dalam mengajar, jika kondisi fisik kelas baik maka semangat kerja dapat meningkat sehingga profesionalisme guru semakin baik. Suasana kerja guru di SMK Kristen Salatiga sangat baik, para guru selalu menjaga hubungan baik dengan guru lain seperti menyapa ketika bertemu ataupun berbincang hangat tentang pendidikan dan sekolah ataupun hal lain diwaktu istirahat sekolah. Namun, tidak semua guru dapat menjalin hubungan dengan baik, ruangan kerja guru terbagi menjadi tiga cenderung menyebabkan perlu adanya upaya lebih dalam menjalin komunikasi secara optimal.

Ekologi atau kondisi ligkungan fisik sekolah seperti kondisi laboratorium, ruang kelas dan ruang kerja guru membuat guru merasa nyaman berada di sekolah dan menjalankan pekerjaan profesionalnya, hal ini sesuai dengan pernyataan 83% responden (25 guru) yang menyatakan kondisi fisik kelas sering membuat nyaman. Fasilitas penunjang pembelajarannya pun selalu dapat digunakan sehingga guru dapat mengajar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, seperti jawaban dari 87% responden (26 guru) yang menyatakan bahwa fasilitas

penunjang kegiatan pembelajaran sering dalam kondisi baik. Setiap guru tentu menjalin sosialisasi kepada sesama guru, terkait hubungan sosial yang terjadi diantara para guru sudah terjalin secara harmonis, berdasarkan data angket sejumlah 76% responden (23 guru) menyatakan bahwa jika sesama guru bertemu atau berpapasa, mereka saling bertegur sapa dan berjabat tangan. Selain itu, sebanya 90% responden (27 guru) menyatakan jika ada permalasahan dalam kegiatan belajar mengajar, para guru saling meminta pendapat guru lain. Sistem sosial yang terjadi diantara para guru cukup bagus, hal ini terbukti bahwa sebanyak 80% responden (24 guru) menyatakan bahwa mereka seringkali memilih sendiri bahan ajar yang digunakan tetapi terkadang tetap berkoordinasi dan meminta bantuan dengan guru lain. Budaya yang terjalin di lingkungan SMK Kristen Salatiga sangat bagus, hal ini terbukti dengan 63% responden (19 guru) menyatakan selalu mempercayai bahwa para guru mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik, sedangnya sisanya menyatakan selalu mempercayai, tetapi pernah sedikit meragukan. Sebanyak 67% responden (20 guru) menyatakan bahwa para guru selalu berusaha menaati peraturan sekolah.

Pekerjaan sebagai tenaga pendidik tentu perlu mendapatkan pendapatan agar guru dapat lebih semangat mengembangkan keprofesionalannya. Persamaan regresi menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh secara positif terhadap kompetensi professional guru di SMK Kristen Salatiga. Artinya, jika kompensasi diberikan secara tepat dan benar tentu para guru akan memperoleh kepuasan kerja dan motivasi untuk mencapai tujuan mengembangkan peserta didik. Selain itu, dengan adanya kompensasi akan meningkatkan produktivitas kerja dan menjaga Pekerjaan sebagai tenaga pendidik tentu perlu mendapatkan pendapatan agar guru dapat lebih semangat mengembangkan keprofesionalannya. Persamaan regresi menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh secara positif terhadap kompetensi professional guru di SMK Kristen Salatiga. Artinya, jika kompensasi diberikan secara tepat dan benar tentu para guru akan memperoleh kepuasan kerja dan motivasi untuk mencapai tujuan mengembangkan peserta didik. Selain itu, dengan adanya kompensasi akan meningkatkan produktivitas kerja dan menjaga

Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif yang menunjukkan bahwa kompensasi di SMK Kristen Salatiga dalam kategori tinggi dengan prosentase 70%, kompensasi yang diterima guru sudah baik maksudnya pemberian gaji sudah sesuai dengan jadwal lalu tunjangan juga diterima guru secara utuh dan tetap. Namun, untuk benefit masih dirasa kurang, para guru tidak setiap hari mendapat makanan ringan, sekolah belum optimal dalam memberi kegiatan liburan kepada guru seperti libur bersama ke tempat wisata.

Para guru mendapatkan penghasilan atas pekerjaan sebagai pendidik di sekolah, penghasilan yang diterima berupa gaji atau upah intensif. SMK Kristen Salatiga memberikan gaji yang sesuai kepada para gurunya, terbukti dari pernyataan responden sebanyak 56% responden (17 guru) menyatakan bahwa gaji yang diberikan sekolah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu para guru juga mendapatkan jam tambahan mengajar seperti les ataupun melatih siswa dalam mengikuti perlombaan dansebagainya, sekolah juga memberikan honor tambahan kepada guru yang mendapatkan tanggung jawab tambahan tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan responden sebanyak 63% responden (19 Para guru mendapatkan penghasilan atas pekerjaan sebagai pendidik di sekolah, penghasilan yang diterima berupa gaji atau upah intensif. SMK Kristen Salatiga memberikan gaji yang sesuai kepada para gurunya, terbukti dari pernyataan responden sebanyak 56% responden (17 guru) menyatakan bahwa gaji yang diberikan sekolah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu para guru juga mendapatkan jam tambahan mengajar seperti les ataupun melatih siswa dalam mengikuti perlombaan dansebagainya, sekolah juga memberikan honor tambahan kepada guru yang mendapatkan tanggung jawab tambahan tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan responden sebanyak 63% responden (19

BAB V PENUTUP