PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR IKLIM KERJA

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR, IKLIM KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMK KRISTEN SALATIGA SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Zuhdan Kamal Abdillah NIM 7101411217

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari : Kamis Tanggal : 9 Juli 2015

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi, Dosen Pemimbing,

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada : Hari : Selasa Tanggal : 14 Agustus 2015

Penguji I Penguji II Penguji III

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 10 Juli 2015

Zuhdan Kamal Abdillah NIM.7101411217

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:

Berusahalah, karena tuhan punya jawaban atas apa yang kita perjuangkan. (Zuhdan Kamal Abdillah)

PERSEMBAHAN:

Sebuah persembahan sederhana untuk Ibu dan Bapakku

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pengalaman Mengajar, Iklim Kerja dan Kompensasi terhadap Kompetensi Profesional Guru di SMK Kristen Salatiga ” dalam rangka menyelesaikan studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan mengikuti program strata satu di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi dan sebagai Dosen Penguji 1 serta memberikan saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.

4. Ismiyati, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Penguji 3 yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi.

5. Drs. Marimin, M.Pd.sebagai Dosen Penguji 2 yang telah memberikan saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan untuk bekal masa depan.

7. Eko Pambudyo, S.Pd. Kepala sekolah SMK Kristen Salatiga yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

8. Guru-guru SMK Kristen Salatiga yang telah membantu dalam penelitian.

9. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa dan dukungan. Adik-adikku Sarah, Hudi dan Naja sebagai motivasiku menyelesaikan program pendidikan ini. Lita, rekan PAP 2011, fungsionaris BEM FE dan seluruh sahabat, sebagai teman belajar dalam menempuh strata satu ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca atau pihak-pihak yang berkepentingan pada skripsi ini pada umumnya.

Semarang, 30 Agustus 2015 Penulis

SARI

Abdillah, Zuhdan Kamal. 2015 . “Pengaruh Pengalaman Mengajar, Iklim Kerja dan Kompensasi terhadap Kompetensi Profesional Guru di SMK Kristen Salatiga ”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Ismiyati, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci : Pengalaman Mengajar, Iklim Kerja, Kompensasi, Kompetensi Professional Guru

Kompetensi professional guru berperan bagi berlangsungnya pembelajaran di kelas, guru diharuskan memiliki pengetahuan yang luas terhadap bidang studi yang akan diajarkan. Permasalahan dalam penelitian ini diketahui bahwa cukup rendahnya kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga seperti kurangnya penggunaan media dan proses penyampaian materi dirasa belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi professional guru.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMK Kristen Salatiga sebanyak 30 guru. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, jadi semua populasi dijadikan sebagai responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan SPSS For Windows Release 17.

Uji keberartian persamaan regresi dilihat dari uji F hitung = 29,476 dengan signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga diperoleh hasil analisis regresi linear berganda dengan persamaan Y = 17,773 + 0,677X 1 + 0,393X 2 + 0,454X 3 . Secara parsial (uji t) pengalaman mengajar (X 1 ) diperoleh t hitung = 2,740 dengan signifikansi 0,00 < 0,05, sehingga H 2 diterima. Iklim Kerja diperoleh t hitung = 2,354 dengan signifikansi 0,00 < 0,05, sehingga H 3 diterima. Kompensasi diperoleh t hitung = 2,182 dengan signifikansi 0,00 < 0,05, sehingga H 4 diterima. Secara

simultan (R 2 ) pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi berpengaruh terhadap kompetensi profesional sebesar 23,5%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh secara positif dan signifikan antara pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga. Saran dari penelitian ini adalah; 1) penyusunan RPP dan Silabus perlu disusun secara kreatif dan inovatif,

2) guru selalu menjaga citranya sebagai seorang pendidik untuk menjadi panutan bagi siswa, masyarakat dan lingkungan, 3) sekolah perlu meningkatkan benefit yang diterima guru seperti mengadakan kunjungan bersama ke tempat wisata.

ABSTRACT

Abdillah, Zuhdan Kamal. 2015 . “The Influence of Teaching Experience, Work Climate and Compensation for Professional Competence of Teachers at Kristen Vocational High School of Salatiga ”. Final Project. Department of Economic Education. Faculty of Economics. Semarang State University. Adviser Ismiyati, S.Pd., M.Pd.

Keywords : Teaching Experience, Work Climate, Compensation, Professional Competence of Teacher

Professional competence of teacher is contribute to ongoing learning in the classrom, teacher are required to have extensive knowledge of the subject areas to

be taught. Problems in this research based that lack sufficient professional competence of teachers in Kristen Vocational Higs School of Salatiga such as low use of media and process of extending material deemed not optimal. This research aims to determinate is there any effect of teaching experience, work climate and compensation to the professional competence of teachers.

This research uses quantitive methods. The population in this research were teachers in Kristen Vocational High School of Salatiga as many as 30 teachers. This research a population research, so all the population used as responder. The technique of collecting data using questionnaire. Data were analyzed using descriptive analysis, a classic assumption test and hypothesis test using SPSS for windows release 17.

The significance of the test equation as calculated from the F test was 29, 476 with significance 0,00<0,05, while the results of multiple linear regression analysis with equation Y = 17,773 + 0,677X 1 + 0,393X 2 + 0,454X 3 + e. Partially (t test) teaching experiences (X 1 ) obtained t count = 2,740 with a significance 0,00 < 0,05, so that H 2 is accepted. Work climate obtained t count = 2,354 with a significance 0,00 < 0,05, so H 3 is received. Compensation obtained t count = 2,182

with a significance 0,00 < 0,05, so H 2

4 is accepted. Simultaneously (R ) teaching experience, work climate and compensation and influential on the professional competence of 23,5%.

The conclusion from this research is there is a positive and significant influence between teaching experience, work climate and compensation to the professional competence of teachers in Kristen Vocational High School of Salatiga. Suggestion from this research are; 1) preparation RPP and syllabus needs to be arranged in a creative and innovative, 2) teachers always maintain its reputation as an educator to be role models for students, society and the environment, 3) schools need to increase the benefits received by teachers such as holding a joint visit to the tourist attractions.

Tabel 4.13 Uji Multikolinieritas ...................................................................... 61 Tabel 4.14 Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 61 Tabel 4.15 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda .................................. 62 Tabel 4.16 Hasil Uji Coba Simultan (Uji F) variabel X1, X2, dan X3

terhadap Y ........................................................................................ 64 Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial (Uji t) Variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y ..... 65

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi Simultan (R 2 ) ............................ 67 Tabel 4.19 Koefisien Determinasi Parsial (r 2 ) ................................................ 68

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuntutan zaman yang semakin meningkat pada era sekarang ini membuat dunia kerja semakin membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dibidangnya masing-masing. Generasi muda dipersiapkan untuk masuk dalam dunia kerja, karena kebutuhan dunia kerja itu akan terwujud manakala generasi muda memiliki keterampilan. Pendidikan sebagai wadah generasi muda untuk memperoleh ketrampilan. Tujuan pendidikan dapat tercapai, jika generasi muda dipersiapkan melalui pendidikan formal, yaitu sekolah. Pendidikan yang diberikan di sekolah nantinya akan menunjang generasi muda dalam memperoleh ketrampilan serta kemampuan. Generasi muda perlu dipersiapkan dalam pengetahuan dan juga ketrampilan praktik, karena itulah diadakan lembaga pendidikan formal yang berbasis pada kejuruan, selain mempelajari materi siswa juga akan diajarkan keterampilan yang harus dikuasai, pendidikan formal tersebut yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan memiliki tugas untuk menciptakan lulusan yang kompeten sehingga lulusan tersebut memenuhi persyaratan dunia kerja dan dapat diterima di dunia kerja sesuai bidang masing-masing. Lulusan dari SMK dipandang mampu dan siap untuk masuk dalam dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan nantinya akan menciptakan lulusan yang kompeten sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan tentu saja perlu melakukan proses belajar Sekolah Menengah Kejuruan memiliki tugas untuk menciptakan lulusan yang kompeten sehingga lulusan tersebut memenuhi persyaratan dunia kerja dan dapat diterima di dunia kerja sesuai bidang masing-masing. Lulusan dari SMK dipandang mampu dan siap untuk masuk dalam dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan nantinya akan menciptakan lulusan yang kompeten sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan tentu saja perlu melakukan proses belajar

Sekolah sebagai tempat pendidikan yang di dalamnya terdapat interaksi antara siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru dan kepala sekolah dengan seluruh warga sekolah dapat mencerminkan lingkungan kerja sekolah tersebut. Apabila guru berada di lingkungan kerja yang bekerja keras, tentu guru juga akan ikut bekerja keras karena menyesuaikan dengan lingkungannya, demikian sebaliknya. Meskipun semua tetap berasal dari kepribadian guru sendiri tetapi secara tidak langsung lingkungan juga mempengaruhi bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Berbicara mengenai kompetensi guru, sudah menjadi rahasia umum apabila guru yang bekerja lebih lama memiliki pengalaman yang lebih banyak. Guru yang sudah lama berada di lingkungan sekolah dinilai lebih memiliki pengetahuan dalam belajar mengajar, lalu guru yang masih pemula atau baru membutuhkan pengalaman yang dia dapatkan dari proses belajar mengajar. Pekerjaan apapun tentu akan menghasilkan pendapatan bagi orang yang melaksanakannya, sama halnya dengan pekerjaan sebagai tenaga pendidik yang akan mendapatkan penghasilan setelah melakukan tugas belajar mengajar. Penghasilan seorang guru sebagai tenaga pendidik itu dinilai akan Sekolah sebagai tempat pendidikan yang di dalamnya terdapat interaksi antara siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru dan kepala sekolah dengan seluruh warga sekolah dapat mencerminkan lingkungan kerja sekolah tersebut. Apabila guru berada di lingkungan kerja yang bekerja keras, tentu guru juga akan ikut bekerja keras karena menyesuaikan dengan lingkungannya, demikian sebaliknya. Meskipun semua tetap berasal dari kepribadian guru sendiri tetapi secara tidak langsung lingkungan juga mempengaruhi bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Berbicara mengenai kompetensi guru, sudah menjadi rahasia umum apabila guru yang bekerja lebih lama memiliki pengalaman yang lebih banyak. Guru yang sudah lama berada di lingkungan sekolah dinilai lebih memiliki pengetahuan dalam belajar mengajar, lalu guru yang masih pemula atau baru membutuhkan pengalaman yang dia dapatkan dari proses belajar mengajar. Pekerjaan apapun tentu akan menghasilkan pendapatan bagi orang yang melaksanakannya, sama halnya dengan pekerjaan sebagai tenaga pendidik yang akan mendapatkan penghasilan setelah melakukan tugas belajar mengajar. Penghasilan seorang guru sebagai tenaga pendidik itu dinilai akan

Kompetensi profesional yang dimiliki guru dinilai dapat menunjang kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Uno (2008:70) bahwa “dalam kegiatan profesionalnya, guru harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program pembelajaran dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran”. Pendapat ini diperkuat oleh Mulyasa (20 09b:141) yang menyatakan “guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut terlihat bahwa seorang pendidik perlu memiliki kompetensi profesional agar proses pembelajaran baik penyampaian materi maupun efektifitas pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh guru. Kemampuan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru salah satunya dapat dilihat pada susunan bahan ajar, misalnya dengan membuat target penyampaian materi. Hal itu sesuai yang diungkapkan oleh Uno (2008:45) yang mengungkapkan bahwa “proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajarai tersusun dalam urutan yang bermakna, susunan dan tatacara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan pengetahuan atau proses secara pribadi”. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui ketika siswa memperoleh materi secara tersusun atau disajikan dalam beberapa bagian, akan membuat siswa memahami materi yang disampaikan sehingga siswa Kompetensi profesional yang dimiliki guru dinilai dapat menunjang kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Uno (2008:70) bahwa “dalam kegiatan profesionalnya, guru harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program pembelajaran dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran”. Pendapat ini diperkuat oleh Mulyasa (20 09b:141) yang menyatakan “guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut terlihat bahwa seorang pendidik perlu memiliki kompetensi profesional agar proses pembelajaran baik penyampaian materi maupun efektifitas pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh guru. Kemampuan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru salah satunya dapat dilihat pada susunan bahan ajar, misalnya dengan membuat target penyampaian materi. Hal itu sesuai yang diungkapkan oleh Uno (2008:45) yang mengungkapkan bahwa “proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajarai tersusun dalam urutan yang bermakna, susunan dan tatacara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan pengetahuan atau proses secara pribadi”. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui ketika siswa memperoleh materi secara tersusun atau disajikan dalam beberapa bagian, akan membuat siswa memahami materi yang disampaikan sehingga siswa

Guru melakukan pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa tentu membutuhkan waktu, seperti apa yang telah diungkapkan oleh Szestay (2004) “as

a teacher educator, i also wanted to understand better how to help beginner teachers makesplit second decisions about when to stop an activity, or how to respond to disruptive behaviour, for example ”. Pendapat itu berarti Szestay sebagai seorang guru juga ingin memahami bagaimana membantu guru pemula untuk membuat suatu keputusan dalam kelas dan juga tentang bagaimana mengatur suatu kegiatan pembelajaran, atau bagaimana menanggapi perilaku yang dianggap mengganggu. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Parker (2006) yaitu “practice teacher being responsible for encouraging and assessing learning”, yang berarti dalam praktik pembelajaran guru lebih bertanggung jawab dalam mendorong dan menilai pembelajaran. Kedua pendapat tersebut tentu diperoleh dari pengalaman mereka dalam menerapkan pengetahuan dan ketrampilan di dalam kelas. Katy dalam Zsestay (2004) menyatakan bagaimana pengalaman guru:

for beginner teachers like myself everything can trigger re-ectionin-action, because everything is new. For example, noticing the extent to which a student is being challenged or how students are responding is important. But it’s also important to develop a kind of routine, so that a lot of this noticing becomes automatic and the lesson can go on smoothly .

Guru pemula memiliki tantangan untuk mengondisikan siswa dan tanggapan siswa menjadi hal yang penting. Berdasarkan ungkapan tersebut tentu bahwa secara tidak langsung guru yang masih pemula atau baru membutuhkan

pengalaman baik yang didapatkan di sekolah maupun yang dia dapatkan sendiri, hal ini tentu terkait dengan bagaimana guru tersebut beradaptasi dengan organisasi sekolah yang bersangkutan agar nantinya dapat memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Saondi dan Suherman (2010:45) “untuk menjalin interaksi- interaksi yang melahirkan hubungan harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk be kerja diperlukan iklim kerja yang baik”. Pendapat ini diperkuat oleh Librawati, dkk (2013) “dengan iklim kerja sekolah yang kondusif ini akan mempengaruhi setiap warga sekolah terutama guru untuk lebih mengaktualisasikan ide, kreativitas, inovasi, kerja sama, dan kompetisi yang sehat dalam mengupayakan pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan”. Guru mendapatkan kompensasi atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kompensasi tersebut tentu akan mendorong semangat guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga mampu mengembangkan siswa dalam pembelajarannya, pendapat tentang penghasilan di pekerjaan seseorang diperkuat oleh Hadi (2006) yang menyatakan “karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan timbul semangat dan gairah kerja yang semakin baik”, upah yang sesuai dipandang dapat memotivasi guru akan tetap profesional dalam menjalankan tugas mengajar di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMK Kristen Salatiga pada hari Jumat tanggal 16 Januari 2015 kepada Bu Yuheti dan Bu Maya, beberapa guru di SMK Kristen masih menggunakan media seadanya dan ada pula yang belum menggunakan media sebagai penunjang dalam kegiatan Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMK Kristen Salatiga pada hari Jumat tanggal 16 Januari 2015 kepada Bu Yuheti dan Bu Maya, beberapa guru di SMK Kristen masih menggunakan media seadanya dan ada pula yang belum menggunakan media sebagai penunjang dalam kegiatan

perkantoran sendiri dirasa sudah bagus namun kurang maksimal”. Ketika ditanya mengenai bagaimana kompetensi profesional guru di sekolah, Bu Yuheti dan Bu Maya menjawab “memang ada beberapa guru yang sudah maksimal, namun guru lain tetap perlu lebih mengoptimalkam”. Hal ini berarti kompetensi profesional sudah baik, namun ada yang belum maksimal. Hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas, seorang guru dalam menghadapi berbagai karakteristik siswa di dalam kelas, dinilai sudah melakukan pemahaman tentang tingkah laku siswa, guru perlu menekankan kepada karakteristik masing-masing siswa. Siswa terlihat kurang bersemangat dalam pembelajaran ketika guru hanya menjelaskan materi saja dengan kurang memaksimalkan penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan angket pendahuluan terkait kompetensi professional yang diberikan kepada 10 responden, diketahui bahwa sebanyak 70% responden menyatakan jarang menggunakan media pembelajaran saat mengajar, kemudian 50% responden menyatakan setiap penyampaian materi seringkali menggunakan metode ceramah saja karena dinilai cukup, selain itu sebanyak 70% responden menyatakan bahwa dalam memberikan tugas jarang menggunakan berbagai sumber. Pendidikan dan pelatihan juga dinilai cukup menunjang keprofesionalan, namun berdasarkan angket pendahuluan masih ada 40% responden yang jarang perkantoran sendiri dirasa sudah bagus namun kurang maksimal”. Ketika ditanya mengenai bagaimana kompetensi profesional guru di sekolah, Bu Yuheti dan Bu Maya menjawab “memang ada beberapa guru yang sudah maksimal, namun guru lain tetap perlu lebih mengoptimalkam”. Hal ini berarti kompetensi profesional sudah baik, namun ada yang belum maksimal. Hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas, seorang guru dalam menghadapi berbagai karakteristik siswa di dalam kelas, dinilai sudah melakukan pemahaman tentang tingkah laku siswa, guru perlu menekankan kepada karakteristik masing-masing siswa. Siswa terlihat kurang bersemangat dalam pembelajaran ketika guru hanya menjelaskan materi saja dengan kurang memaksimalkan penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan angket pendahuluan terkait kompetensi professional yang diberikan kepada 10 responden, diketahui bahwa sebanyak 70% responden menyatakan jarang menggunakan media pembelajaran saat mengajar, kemudian 50% responden menyatakan setiap penyampaian materi seringkali menggunakan metode ceramah saja karena dinilai cukup, selain itu sebanyak 70% responden menyatakan bahwa dalam memberikan tugas jarang menggunakan berbagai sumber. Pendidikan dan pelatihan juga dinilai cukup menunjang keprofesionalan, namun berdasarkan angket pendahuluan masih ada 40% responden yang jarang

Karakteristik dalam bekerja yang terdapat di sekolah diduga mempengaruhi kompetensi guru khususnya kompetensi profesional guru, misalnya guru yang selalu bertanya mengenai pergantian mata pelajaran dari Kurikulum 2013 kembali ke KTSP secara tidak langsung seperti mengajak guru yang ditanya untuk saling berdiskusi atau untuk sama-sama mencari hal yang ditanyakan. SMK Kristen Salatiga terdiri dari beberapa guru dengan jenjang usia yang berbeda-beda, guru dengan usia muda tentu saja juga masih baru dalam mengajar sehingga pengalaman mengajar juga masih minim. Guru yang sudah lama mengajar tentu sudah memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Selain itu, SMK Kristen Salatiga sebagai sekolah swasta yang mana gaji dikelola oleh yayasan, tentu saja jumlah siswa yang bersekolah akan berpengaruh terhadap kompensasi yang diterima oleh para guru di sekolah tersebut. Kompensasi yang nantinya diterima guru tentu akan menambah motivasi guru dalam mengajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2010) yang menyatakan bahwa “terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi profesional pada guru PKn di SMP Negeri Kabupaten Karanganyar ”. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Librawati, dkk (2013) yang menyatakan bahwa “terdapat determinasi yang signifikan antara iklim kerja terhadap kinerja guru ”. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yensi (2010) yang menyatakan bahwa “secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompensasi Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2010) yang menyatakan bahwa “terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi profesional pada guru PKn di SMP Negeri Kabupaten Karanganyar ”. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Librawati, dkk (2013) yang menyatakan bahwa “terdapat determinasi yang signifikan antara iklim kerja terhadap kinerja guru ”. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yensi (2010) yang menyatakan bahwa “secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompensasi

Proses pembelajaran dinilai memerlukan kompetensi profesional guru, jika guru berkompeten secara profesional tentu akan meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih baik. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh guru, kondisi iklim kerja sekolah serta kompensasi yang diperoleh guru dalam bekerja diduga memiliki pengaruh terhadap kompetensi profesional guru. Berdasarkan permasalahan, teori dan penelitian terdahulu yang diuraikan diatas, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR, IKLIM KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMK KRISTEN SALATIGA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ditentukanlah rumusan masalah untuk penelitian ini. Rumusan masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga ?

2. Adakah pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi guru SMK Kristen Salatiga ?

3. Adakah pengaruh iklim kerja terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga ?

4. Adakah pengaruh kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga ?

5. Bagaimana pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi di SMK Kristen Salatiga ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

3. Untuk mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

4. Untuk mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi di SMK Kristen Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kompetensi profesional guru.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk lebih mengetahui kompetensi yang dibutuhkan guru dalam pembelajaran agar lebih mendalami saat penyampaian materi.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapan dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan kompetensi profesional para guru.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kompetensi Profesional Guru

2.1.1 Standar Kompetensi Guru

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi satu bagian penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Proses dalam mewujudkan sekolah yang mampu menjalankan tujuan pendidikan nasional itu dibutuhkan guru yang berkompeten. Pengertian kompetensi sendiri telah dijelaskan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa kompetensi guru sebagai kemampuan penting yang perlu dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah. Pengertian ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyasa (2009b:26) bahwa :

kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangn pribadi dan profesionalisme.

Kompetensi guru dapat menjadi gambaran umum tentang bagaimana guru bertindak, Mulyasa (2009b:26) menyimpulkan bahwa “kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional

2.1.2 Pengertian Kompetensi Profesional Guru

Proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik manakala terdapat seorang pemimpin yang mampu mewujudkan kelas yang efektif. Pemimpin yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tentu bukanlah seseorang yang tidak memiliki kemampuan. Mewujudkan pembelajaran yang efektif; baik tersampainya materi, pengelolaan kelas, bahan dan media pembelajaran itu diperlukan profesionalitas seorang guru yang terwujud dalam kompetensi profesional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c mengemukakan bahwa “kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan ”. Pengertian tersebut menggambarkan bagaimana peran guru dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif, baik dari segi materi yang diajarkan maupun kemampuan menjelaskan materinya. Berbagai macam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah akan membawa siswa memiliki kompetensi peserta didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Uno

(2008:69) menyatakan bahwa “kompetensi profesional artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoretis

mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar”. Beberapa pengertian tersebut menjelaskan bagaimana pentingnya seorang guru memiliki kompetensi

profesional yang nantinya akan diterapkan di kegiatan belajar mengajar. Kompetensi profesional besar pengaruhnya terhadap kualitas dari guru itu sendiri pada saat melakukan pembelajaran. Guru dituntut untuk mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya agar dapat mewujudkan kompetensi profesionalnya, karena guru tidak hanya bermodalkan penguasaan materi saja tetapi harus pula memiliki kemampuan khusus pada saat melakukan pembelajaran. Kompetensi profesional memang harus dimiliki guru jika ingin mengembangkan peserta didiknya, apalagi jika mengajar di SMK yang lulusan dari sekolah tersebut diharapkan perusahaan dan masyarakat sebagai tenaga kerja yang kompeten di bidangnya. Tanggung jawab seorang guru terlihat dari profesi yang diembannya, jiwa pendidik dalam diri guru perlu untuk ditanamkan di diri guru yang diwujudkan dalam kompetensi profesional guru.

2.1.3 Profesionalisme Guru dalam Mengelola Materi Pembelajaran

Guru yang memiliki kompetensi profesional tentu perlu memahami jenis- jenis materi pembelajaran, agar nantinya dalam memberikan pembelajaran dapat tersampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta sesuai pula dengan kemampuan peserta didik. Uno (2008:45) mengungkapkan bahwa “proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun Guru yang memiliki kompetensi profesional tentu perlu memahami jenis- jenis materi pembelajaran, agar nantinya dalam memberikan pembelajaran dapat tersampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta sesuai pula dengan kemampuan peserta didik. Uno (2008:45) mengungkapkan bahwa “proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun

Kurikulum dalam pendidikan menuntut guru untuk memiliki kemampuan mengelola materi serta memberikan informasi yang tepat. Kemampuan mengolah materi diperlukan agar materi yang diberikan sesuai kebutuhan siswa. Pendapat Mulyasa (2009b:142) bahwa “dalam setiap pengembangan materi pembelajaran seharusnya memperhatikan apakah materi yang akan diajarkan itu sesuai/cocok dengan tujuan dan kompetensi yang akan dibentuk”. Pemenuhan kebutuhan siswa itu perlu dilakukan oleh guru dan tentunya perlu memiliki kemampuan dalam menyajikan informasi agar siswa dapat mengikuti rencana pembelajaran yang diberikan guru. Hal ini senada dengan pendapat Uno (2008:23) yang menyatakan bahwa “guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik ”. Kemampuan pengelolaan materi yang sudah dikuasai guru, tentu akan dapat menyesuaikan kemampuan siswa, penyampaian yang mudah dan tepat itulah yang kemudian akan memudahkan siswa dalam belajar dan memahami materi.

2.1.4 Profesionalisme Guru dalam Mendayagunakan Sumber dan Media Pembelajaran

Pembelajaran disekolah tentu tidak hanya terpaku pada satu sumber saja, informasi yang berkembang di masyarakat menuntut pengetahuan secara luas dan mendalam. Bagi guru, untuk memperoleh pembelajaran yang optimal dan efektif

tentu tidak hanya mengandalkan satu sumber saja, tetapi juga perlu membaca beberapa sumber agar memiliki pengetahuan yang luas. Mulyasa (2009b:156) menjelaskan bahwa “guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekolah (apalagi hanya membaca buku ajar) tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti majalah, surat kabar, dan internet”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa guru perlu memiliki beberapa sumber agar dapat memberikan pemahaman kepada siswa terkait materi yang diajarkan, contohnya seperti memberikan berita terbaru yang terjadi di Indonesia. Selain itu, guru juga perlu menyampaikan materi dengan alat bantu atau media pembelajaran. Teknologi yang berkembang tentu memudahkan bagi para guru menerapkan media pembelajaran untuk kelancaran proses belajar mengajar. Uno (2008:116) menjelaskan bahwa “kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran”, berarti guru profesional mampu menerapkan media

sesuai dengan materi yang akan diberikan ke siswa, karena dapat menambah motivasi dan juga menambah ketertarikan siswa dalam belajar. Secara lebih khusus, guru yang memiliki kompetensi profesional dapat memanfaatkan kegunaan media pembelajaran sesuai perkembangan teknologi, seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2009b:107) bahwa “penggunaan teknologi dalam

pendidikan dan pembelajaran (e-learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajarn”. Fungsi media dan sumber pembelajaram

dari beberapa pendapat tersebut menguatkan bahwa keduanya tidak dapat terpisahkan dari pembelajaran, dalam membangkitkan minat belajar siswa tentang dari beberapa pendapat tersebut menguatkan bahwa keduanya tidak dapat terpisahkan dari pembelajaran, dalam membangkitkan minat belajar siswa tentang

2.1.5 Profesionalisme Guru dalam Manajemen Kelas

Guru atau tenaga pendidik dalam menjalankan tugas profesionalnya mempunyai kewajiban untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi efektif, oleh karena itu perlu adanya kemampuan mengelola kelas. Pentingnya kemampuan tersebut dikuatkan oleh Mulyasa (2009b:78) bahwa “guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pembelajara n”. Melakukan pengelolaan kelas tentu perlu meningkatkan iklim belajar siswa agar terjadi pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Keterlibatan siswa tentu membantu guru dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif agar pembelajaran dapat berjalan, kemampuan melakukan manajemen kelas inilah yang diharapkan ada pada diri guru.

2.1.6 Indikator Kompetensi Profesional Guru

Tanggung jawab dan profesi guru sebagai pemimpin di kelas tentu menyelaraskan bahwa kompetensi profesional memiliki ruang lingkup, secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut Mulyasa (2009b:135):

1. Mengerti dan dapat menerapkanlandasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya;

2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peeserta didik;

3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya;

4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi;

5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan;

6. Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran;

7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik;

8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Berdasarkan ruang lingkup kompetensi profesional tersebut akan ditentukan indikator apa saja yang digunakan dalam menilai kompetensi profesional guru.

Indikator kompetensi profesional guru dijelaskan lebih rinci oleh Mulyasa (2009b:136) yang meliputi :

1. Memahami Standar Nasional Pendidikan.

2. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

3. Menguasai materi standar.

4. Mengelola program pembelajaran.

5. Mengelola kelas.

6. Menggunakan media dan sumber pembelajaran.

7. Menguasai landasan-landasan kependidikan.

8. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik.

9. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

10. Memahami penelitian dalam pembelajaran.

11. Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran.

12. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan.

13. Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

Indikator kompetensi profesional guru sekolah berbasis kejuruan dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik, menjelaskan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang meliputi:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keillmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan

komunikasi untuk mengembangkan diri.

Berdasarkan beberapa indikator yang dikemukakan oleh ahli dan tertuang dalam undang-undang, setelah disesuaikan dengan melihat kondisi lapangan, maka disusun indikator kompetensi profesional guru yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Menguasai dan mengelola materi pelajaran.

2. Mendayagunakan sumber dan media pembelajaran.

3. Melakukan manajemen pengelolaan kelas secara efektif.

4. Mengembangkan teori, konsep dan landasan kependidikan.

5. Menguasai dan memahami administrasi sekolah.

2.2 Pengalaman Mengajar

2.2.1 Pengertian Pengalaman Mengajar

Seorang guru tentu tidak hanya dilihat dari kemampuan dan prestasi saja, namun juga pengalaman kerja atau pengalaman mengajar yang dia peroleh dalam membentuk kematangan dan kemantapan perilaku guru tersebut.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman artinya yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya), dan mengajar artinya memberi pelajaran. Pengalaman mengajar berarti proses pemberian pelajaran yang telah guru alami dari awal menjadi seorang tenaga pendidik.

Muslich (2007:13) menjelaskan bahwa “pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru (termasuk guru bimbingan dan konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidika n)”.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka salah satu pengertian pengalaman mengajar adalah masa kerja seorang tenaga pendidik dalam melakukan pemberian pelajaran kepada siswa. Semakin lama pengalaman seseorang guru, maka dipandang memiliki kematanganpribadi dalam menjalankan tugas-tugas yang dipercaya kepadanya, sehingga kemungkinan untuk berhasil dalam menjalankan tugas akan lebih besar. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Mulyasa (2009b:28) bahwa “dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetauan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu”. Setiap guru tentu memiliki pengalaman yang berbeda-beda, semakin lama guru berada di dunia pendidikan akan makin besar pula pengalaman yang guru miliki. Saondi dan Suherman (2010:111) menjelaskan bahwa “tanpa kesanggupan untuk menarik pelajaran dari pengalamannya, seseorang tidak akan mengalami proses kemajuan dan pematangan dalam pekerjaannya”. Pendapat tersebut berarti

profesionalisme guru dari pengalamannya selama mengajar akan berkembang jika guru memiliki kesanggupan mengambil pelajaran dari setiap pembelajaran yang guru lakukan.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Pengalaman Mengajar

Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan, karena experience is the best teacher , yang artinya pengalaman merupakan guru yang terbaik. Guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar tentu pernah mengalami suatu masalah dalam mengajar. Selama mengajar tentu guru akan menemukan hal-hal baru, jika hal tersebut dipahami dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya maka akan Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan, karena experience is the best teacher , yang artinya pengalaman merupakan guru yang terbaik. Guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar tentu pernah mengalami suatu masalah dalam mengajar. Selama mengajar tentu guru akan menemukan hal-hal baru, jika hal tersebut dipahami dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya maka akan

masalah yang dihadapi guru sebagai pendidik tentu akan mendorong guru mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya, dari pengalaman guru menghadapi masalah tersebut akan meningkatkan profesionalisme guru. Guru diharapkan terus mengembangkan pengalaman mengajar, hal ini diimbangi dengan manajemen sumber daya manusia di sekolah yang juga perlu memperhatikan pengalaman yang gu ru miliki. Wukir (2013:31) menjelaskan bahwa “seleksi, penempatan dan pelatihan staff harus diprioritaskan untuk memastikan tercapainya kinerja yang maksimum dari pegawai”. Maksudnya adalah jika sekolah menginginkan guru yang kompeten dibidangnya, tentu pengalaman guru perlu untuk ditingkatkan, upaya sekolah untuk meningkatkan pengalaman guru dengan memperhatikan manajemen sumber daya manusia. Pengalaman yang dimiliki guru juga nantinya akan membantu bagi guru lain, terutama guru pemula yang perlu bimbingan dari guru senior di sekolah.

2.2.3 Indikator Pengalaman Mengajar

Pengalaman kerja guru atau pengalaman mengajar menjadi sebuah pemahaman dari guru terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasainya, baik mengenai pengetahuan serta ketrampilan pada diri guru. Apabila dalam mengajarguru menemukan hal-hal yang baru, dan hal-hal baru dipahaminya, maka guru tersebut akan banyak Pengalaman kerja guru atau pengalaman mengajar menjadi sebuah pemahaman dari guru terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasainya, baik mengenai pengetahuan serta ketrampilan pada diri guru. Apabila dalam mengajarguru menemukan hal-hal yang baru, dan hal-hal baru dipahaminya, maka guru tersebut akan banyak

a. Pendidikan dan pelatihan Seseorang akan memiliki kemampuan yang baik bila dia terus dididik dan dilatih, sama halnya dengan guru. Guru yang telah memiliki pendidikan yang matang dan pelatihan lapangan, tentu memiliki kematangan dalam mengajar. Pendapat tentang pengalaman mengajar dikemukakan oleh Wukir (2013:90) yang

menjelaskan “pengalaman merupakan pelatihan dan pengembangan yang diperoleh dari pekerjaan sebelumnya yang diperlukan sebagai kualifikasi di posisi

tersebut”. Pendapat tersebut senada dengan penjelasan pendidikan dan pelatihan guru menurut Muslich (2007:13) yaitu “pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/ atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional”. Pendapat pertama menjelaskan bahwa seorang guru yang berpengalaman tentu telah mendapat pelatihan dan pengembangan yang guru dapatkan dari pengalaman mengajarnya dari awal. Lalu pendapat kedua menjelaskan pengalaman dan pendidikan yang diperoleh seorang guru akan menggambarkan bagaimana guru tersebut berkompeten dibidangnya. Kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak guru mendapatkan pendidikan dan pelatihan keguruan, maka semakin matang pula guru tersebut dalam menjalankan tugas mengajar.

b. Masa kerja/lama mengajar Pengalaman mengajar guru juga termasuk dalam syarat sertifikasi guru, guru dalam mencapai kualifikasi keprofesionalan tercantum dalam pasal 2, Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan, yakni:

Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:kualifikasi akademik;pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;penilaian dari atasan dan pengawas;prestasi akademik;karya pengembangan profesi;keikutsertaan dalam forum ilmiah;pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; danpenghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Penjelasan lebih rinci dari komponen 3 (pengalaman mengajar) dalam permendiknas oleh Musli ch (2007:44) yang menyatakan bahwa “komponen 3 ini berkaitan dengan masa kerja guru, yaitu masa ketika guru melakukan tugas profesionalnya”. Maksudnya adalah pengalaman mengajar guru dapat dilihat dari