LANGKAH KE-3 IDENTIFYING ENTRY BEHAVIORS CHARACTERISTIC

Cluster analysis

Sebelumnya sudah ditunjukkan bahwa tidak pas jika melakukan analisa terhadap tujuan mengingat dalam proses tidak ada urutan waktu dan prosedur, namun langsung diidentifikasikan informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini analysis cluster yang dapat dilkukan. Contoh tujuan yang harus menggunakan analisis cluster / rumpun adalah jika siswa harus mengenali provinsi-provinsi yang berkaitan dengan tiap ibu kota propinsi, maka ada duapuluh tujuh subketerampilan, satu berkaitan dengan tiap provinsi dan ibukotanya. Tidaklah akan berguna menuliskan semuanya itu sebagai bagian dari pekerjaan analisa.

Analisa yang paling bermakna yang dapat dilakukan perancang yaitu mengenali penggolongan informasi yang ditunjukkan oleh tujuan. Ibukota propinsi dapat dirumpunkan menurut wilayah geografi. Cara menggambarkan analisa rumpun dalam diagram adalah menggunakan teknik hirarki dengan meletakkan tujuan di atas sendiri dan menjdikan tiap rumpun utama sebagai satu sub ketrampilan, inilah yang disebut analisa rumpun informasi verbal. Lebih mudah menggunakan format kerangka garis besar dan menyebutkan satu persatu rumpunnya.

Teknik analisa pengajaran untuk tujuan sikap

Untuk menentukan ketrampilan subordinat tujuan sikap ,perancang harus bertanya “ apa yang harus dilakukan siswa untuk menampilkan sikap ini? Dan mengapa ia harus menampilkan sikap

ini? Jawabannya selalu ketrampilan psikomotor atau ketrampilan intelek. Dalam pengajaran ini bertujuan agar siswa memilih ketrampilan psikomotor atau ketrampilan intelek. Oleh karena itu, separuh analisa yang pertama suatu tujuan sikap adalah menggunakan salah satu cara yaitu analisa hirarki. Bagian kedua analisa adalah “ mengapa siswa harus membuat pilihan tertentu?” jawaban atas pertanyaan ini biasanya berupa informasi verbal. Informasi verbal ini dapat di analisa dengan salah satu cara, yaitu menggunakan analisa rumpun, atau ia dapat dipadukan sebagai informasi verbal ke dalam analisa hirarki dasar yang telah dikerjakan sebelumnya untuk separuh bagian pertama analisa tersebut diatas. Informasi verbal merupakan bagian persuasive dari pembentukan sikap.

Untuk menggambarkan sikap pada suatu peta analisa pengajaran, cukup tuliskan tujuan sikap di dalam kotak di sebelah tujuan keterampilan psikomotor atau intelektual yang akan dianalisis. Sambungan kedua kotak utama itu dengan sebuah garis seperti dibawah ini :

Garis sambungan ini menunjukkan bahwa keterampilan motorik atau keterampilan intelek itu menunjang pencapaian tujuan sikap.

Menggabungkan berbagai teknik analisa pengajaran

Tujuan sikap dapat dianalisa dengan analisa hirarki dan keterampilan psikomotor dapat mempunyai keterampilan subordinat berupa keterampilan intelektual sehingga akan sangat lumrah jika dalam analisa pengajaran hasilnya berupa suatu kombinasi keterampilan-keterampilan subordinat yang dikenali dari beberapa domain untuk tujuan yang telah digolongkan termasuk dalam hanya satu domain saja. Briggs and Wager (1981) menyarankan bahwa informasi verbal tersebut diperlihatkan dalam satu kotak dengan garis penghubung seperti ini :

menunjukkan bahwa informasi verbal yang ada di dalam kotak sebelah kanan mendukung keterampilan intelek di dalam kotak sebelah kiri. Dalam hirarki, akan terlihat seperti ini:

Gambar 1, 3, dan 4 menggambarkan keterampilan intelektual sedngkan kotak 2 berisi informasi verbal Suatu keterampilan psikomotor dengan komponen sikap boleh jadi memerlukan eterampilan intelek dan informasi verbal subordinat. Dapat digambarkan sebagai berikut :

Diagram Analisis Pembelajaran

Langkah-langkah untuk mereview prosedur mendiagram untuk mengerjakan analisa pengajaran:

1. Mengklasifikasikan tujuan pengajaran anda dan mengerjakan analisa urutan

2. Pilihlah teknik untuk mengenali sub-sub keterampilan

Jenis Tujuan

Jenis Analisa

Keterampilan intelektual

Hirarki

Keterampilan Psikomotor

Hirarki

Informasi Verbal

Cluster / rumpun

Sikap

Hirarki and/or cluster

Diagram berikut menggambarkan penampilan dasar dari analisis hirarkis. Diagram berikut umumnya digunakan untuk mewakili analisis tujuan. Tidak ada keterampilan bawahan, sehingga semua keterampilan yang digambarkan dalam satu garis kontinu.

Diagram dibawah ini menggambarkan kebergantungan keterampilan-keterampilan yang berurutan pada keterampilan-keterampilan yang mendahuluinya.

Entry Behaviors (Tingkah laku Masukan)

Tingkah laku masukan bukanlah sekedar daftar-daftar hal-hal yang peserta didik ini tahu atau dapat melakukan, tapi hanya keterampilan-keterampilan yang perlu untuk memulai pengajaran. Prosedur yang digunakan untuk mengenali tingkah laku masukan berhubungan secara langsung dengan proses analisan hirarki. Dalam melakukan analisis hirarki anda perlu mengajukan pertanyaan “apa yang perlu diketahui siswa agar dapat belajar menguasai keterampilan ini?”. Jawaban atas pertanyaan ini adalah satu keterampilan subordinat atau lebih.

Jika nada meneruskan proses ini terhadap setiap perangkat keterampilan subordinat yang muncul berikutnya, bagian paling bawah hirarki akan berisi keterampilan-keterampilan yang sangat dasar sifatnya.

Hirarki menggambarkan susunan keterampilan yang diperlukan untuk membawa seorang siswa dari taraf pemahaman yang paling dasar sampai ke tujuan pengajaran. Namun ada kemungkinan peserta didik telah menguasai keterampilan tersebut, dan k arena itu tidaklah perlu mengajarkan semua keterampilan yang ada didalam hirarki yang panjang. Untuk mengenali tingkah laku masukan bagi pengajaran anda, periksalah hirarki atau hasil dari bentuk-bentuk analisa pengajaran yang lain, dan kenalilah keterampilan-keterampilan yang sudah dikuasai dengan mahir oleh sebagian besar orang-orang dari populasi/ peserta didik. Tariklah garis putus- putus pada di atas keterampilan-keterampilan tadi didalam peta analisa. Keterampilan- keterampilan yang ada dibawah garis itu dinamakan tingkah laku masukan / entry behaviors.

Keterampilan-keterampilan ini didefinisikan sebgai keterampilan yang langsung ada dibawah. Artinya membuat siswa mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang anda rencanakan akan diajarkan. Karena itu, keterampilan ini merupakan balok-balok bangunan yang mula-mula bagi pengajaran. Dengan adanya keterampilan-keterampilan ini, para siswa dapat mulai belajar menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan dalam pengajaran. Tanpa keterampilan ini siswa akan sulit belajar dari pengajaran. Tingkah laku masukan merupakan komponen yang penting dalam proses perancangan. Satu contoh bagaimana mengenali tingkah laku masukan dengan menggunakan hirarki tampak dalam Gambar ini :

Analisa Pengajaran untuk Contoh Membaca Skala

Pada gambar tersebut telah ditambahkan tiga keterampilan lagi dalam peta bagan, dan ada digambarkan sebuah garis putus-putus disitu. Garis putus-putus ini menunjukkan bahwa semua keterampilan yang ada diatas garis akan diajarkan dalam material pengajaran. Semua keterampilan yang ada dibawah garis dianggap sudah dimilki siswa sebelum memulai pengajaran.

Para perancang pengajaran haruslah mengenali tingkah laku masukan siswa yang dapat diharapkan dengan jalan meneruskan analisa pengajaran sampai ke tahap bahwa keterampilan- keterampilan yang dikenali menjadi keterampilan dasar bagi populasi sasaran mereka. Perancang harus beranggapan bahwa siswa akan mempunyai keterampilan ini. Berikutnya hanyalah soal menarik garis putus-putus saja sepanjang peta bagan analisa untuk memisahkan keterampilan yang harus dimasukkan didalam pengajaran dari keterampilan yang dianggap sudah dikuasai oleh peserta didik.

Rancangan yang sama juga dapat diambil bagi analisa prosedutal, rumpun, dan gabungan. Jika analisa procedural mempunyai urut-urutan keterampilan yang sudah dikuasai yang harus dihubungkan bersama-sama, secara eksplisit dianggap bahwa para siswa sudah memilki keterampilan satu-satu tersebut, dan tugas perancang hanya sekedar menunjukkan bagaimana menghubungkan keterampilan-keterampilan itu bersama-sama. Jika yang digunakan ialah rancangan rumpun atau gabungan yang menghasilkan keterampilan an pengetahuan subordinat, maka proses pengenalan itu dapat diteruskan sampai dikenali keterampilan yang paling dasar dan demikian dikenali dengan garis putus-putus tadi.

Kita mengenali tingkah laku masukan untuk bahan pengaajaran akan bergantung pada dimana perancang berhenti ketika melakukan analisa pengajaran. Jika hanya mengenali tugas- tugas dan keterampilan-keterampilan yang menurut rencana akan dimasukkan di material pengajaran maka yang diperlukan ialah mengambil setiap keterampilan yang terbawah dalam hirarki itu dan menentukan keterampilan-keterampilan subordinat yang berkaitan dengannya.

Sifat Kesementaraan Tingkah Laku Masukan

Pengenalan tingkah laku ,asukan merupakan salah satu titik bahaya yang nyata dalam proses perancangan pengajaran. Pokok masalah yang dikemukakannya ialah bahwa perancang membuat asumsi tentang apa yang peserta didik harus tahu dan harus sudah tahu kedua-duanya. Masalah pertama bahwasannya material kurikulum hanya dirancang bagi siswa-siswa yang cerdas. Keadaan ini tercermin dalam analisa pengajaran yang disitu garis putus-putus yang memisahkan keterampilan-keterampilan yang harus diajarkan dari keterampilan-keterampilan yang dianggap sudah diketahui siswa diletakkan pada peta bagan agak tinggi yang menunjukkan bahwa siswa sudah memilki sebagian besar keterampilan yang ada pada peta. Kesalahan yang kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada bagan analisa pengajaran. Dalam keadaan ini praduganya adalah bahwa siswa tida memilki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Pada tahap ini perancang membuat seperangkat asumsi mengenai populasi sasaran. Warga populasi sasaran perlu dites atau diwawancarai untuk menentukan apakah kebanyakan dari mereka memiliki tingkah laku masukan yang mestinya sudah dimilki. Jika tidak ada waktu untuk melakukan hal ini sehingga verifikasi dilakukan dibelakang dalam proses pengembangan maka dapat membawa ke keadaan bahwa banyak pekerjaan pengembangan telah terjadi tidak semestinya sehingga ada ketidakcocokan antara populasi sasaran dan pengajaran.