Sosial Ekonomi Masyarakat

2.3.2. Pertumbuhan Ekonomi 2.3.2.1.Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Menurut Sukirno (2006), pertumbuhan ekonomi ialah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Samuelson & Nordahaus

(2004: 249) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi menggambarkan ekspansi GDP potensial atau output nasional negara. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi terjadi apabila batas kemungkinan produksi bangsa bergeser ke luar.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” dalam produksi itu sendiri.

Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya.

2.3.2.2.Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, antara lain :

1. Model Pertumbuhan Neo-Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model Pertumbuhan Neo-klasik (Boediono, 1992). Model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model Pertumbuhan Neo-klasik (Boediono, 1992). Model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,

Dalam Sjafrizal (2008), model neo-klasik dipelopori oleh George H.Bort (1960) dengan mendasarkan analisisnya pada teori ekonomi neo-klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah. Asumsi penting dari Solow adalah:

a. Tingkat Teknologi dianggap Konstan (tidak ada kemajuan teknologi)

b. Tingkat depresiasi dianggap konstan.

c. Tidak perdagangan luar negeri atau aliran masuk barang modal.

d. Tidak ada sektor pemerintah.

e. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan.

f. Seluruh penduduk bekerja sehingga pendapatan = jumlah tenaga kerja Dengan asumsi-asumsi tersebut,dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang dan modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB perkapita semata-mata ditentukan oleh stok barang dan modal per tenaga kerja. Jika Q =out-put atau PDB , K= Modal ,dan L= Tenaga Kerja,maka : Y= f(k) Dimana :

Y = PDB perkapita atau Q/L K

= Barang Modal perkapita K/L

Ketimpangan Regional Kurva Ketimpangan

Regional

Tingkat Pembangunan

Gambar 2.3 Hipotesa Neo-Klasik

2. Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (enterpreneur). Sebab para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Dalam langkah-langkah pengaplikasian penemuan- penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan tehnik-tehnik tahap produksi serta masalah organisasi manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diteriam dipasar.

Menurut pandangan Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (wirausaha). Namun kekuasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang memunculkan masalah-masalah non-ekonomi, terutama Menurut pandangan Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (wirausaha). Namun kekuasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang memunculkan masalah-masalah non-ekonomi, terutama

3. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini dikemukakan oleh Roy F.Harrod (1948) dan Evsey D.Domar (1975) di Amerika serikat. Teori ini berkembang pada waktu bersamaan dengan teori klasik. Teori Harrod-Domar didasari pada asumsi :

a. Perekonomian bersifat tertutup

b. Hasrat menabung (MPs =s) adalah konstan.

c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constan return to scale)

d. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut,maka Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut :

g= K = n

Dimana,

g = Growth ( tingkat pertumbuhan output)

K= Kapital ( tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan pada mekanisme pasar (market) tanpa campur tangan pemerintah. Namun kesimpulannya menunjukkan Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan pada mekanisme pasar (market) tanpa campur tangan pemerintah. Namun kesimpulannya menunjukkan

4. Teori Jumlah Penduduk Optimal

Teori ini telah lam dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini berlakunya The Law Of Dimisnishing Returns (TLDR) menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan,justru akan menurunkan tingkat out-put perekonomian.

Gambar 2.4 Jumlah Penduduk optimal

Total Produksi (Output

TP 2

TP 1

Tenaga Kerja

Pada gambar diatas, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat out-put (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja ) yang terlihat dalam proses produksi adalah L1, dengan jumlah Out-put (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja Pada gambar diatas, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat out-put (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja ) yang terlihat dalam proses produksi adalah L1, dengan jumlah Out-put (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja

Ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu :

a. Akumulasi Modal Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik,modal ataupun sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagaian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar out-put dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi infrastruktur ekonomi sosial.

b. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagain salah satu faktor produksi yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar yang berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Dimana positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada sistem perekonomian yang bersangkutan.

c. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi terbagi atas tiga kelompok yaitu :

1. Kemajuan teknologi yang netral, terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi menggunakan jumlah dan kombinasi faktor in-put yang sama,inovasi yang sederhana, seperti pengelompokan tenga kerja yang mendorong peningkatan output masyarakat.

2. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga kerja,jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai semakin sedikit.

3. Kemajuan teknologi yang hemat modal, merupakan fenomena yang relative langka, hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja dan bukan penghemat modal.

5. Teori Pertumbuhan Rostow

Menurut teori pertumbuhan Rostow pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang berdimensi banyak. Dalam bukunya yang berjudul “The Stage of Economic” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap Negara pada umumnya dihadapkan pada lima tahap yaitu :

a. Tahap masyarakat tradisional (the tradisional society)

Pada tahap masyarakat tradisional ini, masyarakat masih menggunakan cara- cara produksi primitif dan dipengaruhi oleh nilai-nilai tak rasional serta adat istiadat. Tingkat produktivitas sangat rendah.

b. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (the preconditional society) Tahap ini merupakan transisi persiapan mencapai pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut.

c. Tahap lepas landas (the take-off)

Tahap lepas landas ditandai oleh perubahan drastis dan pesat. Cirri tahap ini adalah terjadinya kenaikan investasi produktif, pertumbuhan sektor industri yang pesat, dan terbentuknya kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan yang menjamin pertumbuhan cepat.

d. Tahap bergerak menuju kedewasaan ( the drive to maturity) Tahap ini merupakan tahap dimana teknologi canggih sudah digunakan secara efektif dalam proses produksi dan pengelolaan sumber-sumber daya alam. Ciri-cirinya adalah tingginya keterampilan tenaga kerja serta semakin dominannya sektor industry manufacturing yang menggantikan dan mendesak sektor pertanian dan sektor-sektor tradisonal berupa perubahan sistem manajemen dan pengelolaan bisnis/ usaha. Pada tahap ini masyarakat semakin menyadari akibat-akibat atau dampak industrialisasi terhadap kehidupan lingkungan.

e. Tahap konsumsi massal tinggi Tahap konsumsi massal tinggi merupakan tahap dimana masyarakat lebih menekankan pada konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerataan kemakmuran merupakan fokus dari tahap ini.

6. Teori Pertumbuhan Kuznets

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi pada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri akan dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi,institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Masing-masing dari ketiga pokok dari defenisi itu sangat penting yaitu :

a. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau

perwujudan dari apa yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) disuatu negara yang bersangkutan.

b. Perkembangan teknologi merupakan suatu dasar atau pra kondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-faktor lainnya.

c. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi

maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan,sikap,dan ideologi (Todaro, 2000:144).

2.3.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang akhir dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah tertentu dan pada suatu tahun tertentu. PDRB terdiri dari PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. PDRB ini dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi dalam suatu daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. PDRB atas dasar harga konstan dipakai untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.

2.3.3.1.Metode Penghitungan

Dalam penghitungan PDRB ada dua metode penghitungan yang digunakan, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

1. Metode Langsung

Metode langsung merupakan penghitungan yang didasarkan sepenuhnya pada data daerah, dimana hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi.

b. Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pola komponen penyusunan dan pajak tak langsung netto.

c. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori c. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah metode yang menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator, digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling mendukung satu sama lain karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas pada daerah, sedangkan metode tidak langsung merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.

2.3.3.2.Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

Hasil penghitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga pada tahun yang bersangkutan.

NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya antara masing-masing, dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume produksi yang dihasilkan oleh tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor.

Penilaian NPB/Output dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk sektor primer yang diproduksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam, seperti pertanian, pertambangan dan penggalian. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten/ kota dengan kabupaten/ kota lainnya. Selain itu diperlukan juga data harga per unit satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen, yakni yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi pertama antara produsen dengan konsumen. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antar kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain menghitung nilai produksi utama, dihitung pula nilai produksi ikutan yang dihasilkan dengan anggapan mempunyai nilai ekonomi. Produksi ikutan yang dimaksud adalah produksi yang benar-benar dihasilkan sehubungan dengan produksi utamanya.

2. Untuk sektor sekunder, terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, sektor bangunan. Penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan.

Selain itu dihitung juga produksi jasa yang digunakan sebagai pelengkap dan tergabung menjadi satu kesatuan usaha dengan produksi utamanya.

3. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa, seperti sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa-jasa, penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan cara mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor. Pemilihan indikator produksi didasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan serta disesuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia. Selain itu diperlukan juga indikator harga dari masing- masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator harga masing- masing komoditi atau jasa pada tahun yang bersangkutan.

2. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan

Penghitungan atas dasar harga konstan sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume/ kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral, juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun.

2.3.4. Tingkat Pengangguran

Kehilangan pekerjaan dapat menjadikan kondisi ekonomi yang paling mengerikan dalam kehidupan seseorang, apalagi tidak bekerja atau menganggur. Sebagian besar orang mengandalkan upah mereka untuk mempertahankan standar hidup, dan banyak orang bekerja tidak hanya memperoleh pendapatan tetapi juga karena kepuasan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kehilangan pekerjaan dapat menimbulkan beberapa akibat seperti penurunan standar hidup, kekhawatiran akan masa depan, dan hilangnya rasa percaya diri.

Menurut Mankiw (2004), terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat dan pertumbuhan standar hidup suatu negara. Suatu negara yang menabung dan menginvestasikan sebagian besar pendapatannya akan mengalami pertumbuhan modal dan PDB yang lebih tinggi dibandingkan negara yang menabung dan menginvestasikan sebagian kecil pendapatannya. Faktor lain yang sangat menentukan standar hidup suatu negara adalah tingkat pengangguran di negara tersebut.

Pengangguran ialah suatu keadaan dimana sesorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapataakan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai penganggur. Seorang anak keluarga kaya yang tidak mau bekerja karena gajinya lebih rendah dari yang diinginkannya juga tidak tergolong sebagai penganggur. Kedua contoh penganggur diatas disebut penganggur sukarela.

2.3.4.1.Jenis-jenis Pengangguran

Terdapat beberapa jenis pengangguran (www.wikipedia.com), antara lain :

1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.

3. Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

2.3.4.2.Mengukur Tingkat Pengangguran

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. BLS atau Bureau Labor Statistic (badan yang berada dibawah Departemen Tenaga Kerja) dalam Mankiw (2004) mengemukakan bahwa angkataan kerja (labor force) sebagai jumlah populasi yang bekerja dan yang tidak bekerja.

Angkata kerja = Jumlah yang bekerja + jumlah yang tidak bekerja BLS mendefinisikan tingkat pengangguran sebagai persentase dari

angkatan kerja yang tidak bekerja.

2.3.4.3.Sebab Terjadinya Pengangguran

Faktor utama yang menimbulkan pengangguran ialah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi baraang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang dan jasa yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, semakin banyak barang dan jasa yang akan mereka wujudkan. Kenaikan produksi tersebut akan menambah penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan penggunaan tenaga kerja yang dilakukan. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, maka akan semakin memperkecil ruang gerak pengangguran dalam suatu negara.

Pada umumnya, pengeluaran agregat yang terwujud dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenga kerja penuh. Kekurangan permintaan agregat ini adalah faktor penting menimbulkan pengangguran. Disamping itu, faktor-faktor lain yang menimbulkan pengangguran, yaitu :

1. Menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik.

2. Pengusaha menggunakan peralatan produksi modern yang membutuhkan sedikit tenaga kerja.

3. Ketidaksesuaian di antara keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri-industri.

2.3.4.4.Dampak Negatif Pengangguran

Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran atau kesejahteraan sesuatu masyarakat adalaah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.

Pengangguran menimbulkan berbagai masalaha ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Disamping itu, dapat mengganggu taraf kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang buruk ke atas diri penganggur.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga menimbulkan efek yang buruk terahadap kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.