ci ”Alokasi anggaran kami tidak tahu, yang jelas untuk kegiatan kami iuran. Semua swadaya
sendiri. Sarana prasarana ya sendiri. Anggaran di lapangan tidak ada.” FGD tanggal 14 Juni 2008
Fasilitas lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Pendidikan
Kabupaten Semarang antara lain ruang kerja , komputer sebanyak 7 unit, terdiri dari 1 desktop dan 6 laptop, printer, dan sejumlah ATK . Pada saat observasi, peneliti menjumpai tidak ada
tempat pemberkasan tersendiri. Semua berkas yang akan dikirim ke LPTK ditumpuk di ruang kerja staf sehingga terkesan penuh dan tidak rapi. Hal itu tentu saja mempengaruhi kenyamanan
para staf dalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk semua kegiatan pelaksanaan sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang mulai tahun
2006, 2007 dan 2008 menggunakan anggaran bidang tenaga pendidik. Penggunaan anggaran maupun sarana prasarana sangat efisien karena minimya dana yang dimiliki. Upaya yang telah
ditempuh oleh pelaksana adalah melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang untuk mengajukan usulan dana pelaksanaan sertifikasi.
c. Disposisi Implementor
Suatu kebijakan akan berhasil secara efektif dan efisien jika para pelaksana tidak hanya mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai kemampuan untuk implementasi
kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Sikap para pelaksana sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang ini sangat
baik dan mendukung sebagaimana diungkapkan oleh Kasi Mutendik, Drs. Acmadi Yusri, ”Kalau sikap pelaksana saya rasa, cukup baik. Meski tanpa mendapat insentif mereka kerja
sampai lembur untuk mengurusi berkas portofolio para guru. Dalam menghadapi segala persoalan dalam pemberkasan, mereka juga saya nilai sabar meskipun capek luar biasa.
cii Persoalannya itu macem-macem lo, apalagi ini kan yang diurusi adalah guru-guru yang
nuwun sewu, sudah senior atau sepuh. Jadi ya, kudu ekstra sabar.” Wawancara tanggal 12 Juni 2008
Mereka sanggup kerja lembur untuk mengadministrasikan dokumen portofolio yang
disusun guru beserta kelengkapan lainnya. Pekerjaan mereka yang lain adalah membuat rekapitulasi peserta sertifikasi untuk selanjutnya menyerahkan dokumen portofolio dan
rekapitulasi tersebut kepada Rayon LPTK penyelenggara sertifikasi. Selain itu mereka juga harus menyerahkan rekapitulasi tersebut kepada dinas pendidikan provinsi untuk direkap
menjadi peserta sertifikasi tingkat provinsi. Dalam menghadapi segala persoalan dalam pemberkasan maupun keluhan dari para guru tentang kekurangjelasan informasi sertifikasi guru
SD, mereka tetap bersikap sabar. Hal ini diakui oleh salah satu peserta FGD, ”Baik, ramah namun jika ada marahnya ya wajar karena yang dilayani sebanyak itu.
Capeknya bukan cuma tenaga tapi juga pikiran. Pelayanan bagus bahkan ada yang kurang foto, kami dihubungi.” FGD tanggal 14 Juni 2008
Kepatuhan para pelaksana diwujudkan dalam bentuk komitmen yang baik untuk
menyelesaikan tugasnya bahkan sering bekerja sampai malam. Komitmen yang baik dari para pelaksana ini diakui oleh salah satu guru peserta FGD,
”Tidak hanya baik tapi sangat baik. Karena jika ada kekurangan mesti dikasih tahu.” FGD tanggal 14 Juni 2008
Peserta FGD lain menambahkan, ”Pengisian data sangat dibantu bahkan diperiksa satu persatu.” FGD tanggal 14 Juni 2008
Terkait banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan para pelaksana maka perlu adanya pemberian insentif. Untuk melaksanakan kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru ini jam
ciii kerja mereka menjadi bertambah di atas rata-rata. Pihak pelaksana sudah berusaha mengajukan
usulan uang lembur namun menemui kesulitan dalam pengadministrasiannya. Yang menarik adalah pengakuan para guru SD yang telah mengikuti sertifikasi. Mereka
mengakui bahwa meskipun bekerja tanpa insentif, para pelaksana tidak melakukan pemungutan dana tidak resmi kepada para guru. Hal ini ditegaskan dari pernyataan salah seorang guru peserta
FGD, ”Tidak ada. Jelas untuk pemberian amplop tidak ada. Itu rawan sekali.” Pernyataan tersebut
diperkuat oleh pengakuan peserta yang lain, ”Untuk Kabupaten Semarang tidak ada yang berani melakukan pemungutan dana kami berani menjamin.” FGD tanggal 14 Juni 2008
Pernyataan ini juga dibenarkan oleh Ketua Lembaga Pengembangan Pendidik dan Profesi
Universitas Negeri Semarang Ketua Pelaksana Sertifikasi Rayon 12, Drs. Sugiyo, M.Si, ”Kalau saya pas ada acara ke Jakarta, mendapat cerita ada oknum yang meminta uang ke
guru yang mau disertifikasi, tapi di daerah ini, di Rayon 12 saya tahu ga ada, alhamdulillah. Tapi saya tidak tahu persis di daerah lain.” Wawancara tanggal 28 Juni
2008
d. Struktur Birokrasi