LANDASAN TEORI

B. Kerangka Berpikir

Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pemberdayaan terhadap para pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengubah perilaku petani ke arah perbaikan cara berusahatani untuk mewujudkan peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk itu, pelaksanaan penyuluhan pertanian kini semakin menuntut koordinasi dan kekompakkan dari berbagai institusi pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Salah satu faktor yang memberikan konstribusi besar terhadap keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia adalah dengan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian.

Kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan suatu sistem penyuluhan pertanian yang terdiri dari kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan pertanian, ketenagaan penyuluhan pertanian, pembiayan penyuluhan pertanian, pengawasan penyuluhan pertanian dan pengendalian penyuluhan pertanian. Sistem penyuluhan pertanian tersebut akan mempengaruhi kinerja penyuluh dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Dalam penyelenggaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta membutuhkan programa penyuluhan, metode penyuluhan, materi penyuluhan serta peran serta dan kerjasama. Dengan penyelenggaraan penyuluhan dan kinerja penyuluh yang baik, maka kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan memerlukan lembaga pendukung bagi kelancaran penyuluhan. Dan pada akhirnya, dapat dilihat keberhasilan terkait dengan faktor pendukung dan faktor penghambat dari kegiatan Kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan suatu sistem penyuluhan pertanian yang terdiri dari kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan pertanian, ketenagaan penyuluhan pertanian, pembiayan penyuluhan pertanian, pengawasan penyuluhan pertanian dan pengendalian penyuluhan pertanian. Sistem penyuluhan pertanian tersebut akan mempengaruhi kinerja penyuluh dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Dalam penyelenggaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta membutuhkan programa penyuluhan, metode penyuluhan, materi penyuluhan serta peran serta dan kerjasama. Dengan penyelenggaraan penyuluhan dan kinerja penyuluh yang baik, maka kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan memerlukan lembaga pendukung bagi kelancaran penyuluhan. Dan pada akhirnya, dapat dilihat keberhasilan terkait dengan faktor pendukung dan faktor penghambat dari kegiatan

Sistem Penyuluhan Pertanian:

1. Kebijakan penyuluhan pertanian

2. Kelembagaan penyuluhan pertanian

3. Ketenagaan penyuluhan pertanian

4. Pembiayaan penyuluhan pertanian

5. Pengawasan dan pengendalian penyuluhan pertanian

Kinerja penyuluh

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian:

1. Programa penyuluhan Kelembagaan

2. Mekanisme kerja penuluhan

Penyuluhan

penyuluhan pertanian

Pertanian

pertanian

3. Metode penyuluhan pertanian

4. Materi penyuluhan pertanian

5. Peran serta dan kerjasama

Keberhasilan Penyuluhan Pertanian:

1. Perubahan

Faktor penghambat penyuluhan pertanian

Faktor pendukung

Pengetahuan

2. Perubahan Sikap

penyuluhan pertanian

3. Perubahan Keterampilan

Gambar 1. Kerangka Berpikir Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta

C. Dimensi Penelitian

1. Sistem penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap petani beserta keluarganya dan pelaku usaha pertanian lainnya melalui penyuluhan pertanian.

a. Kebijakan merupakan suatu pilihan terbaik yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengelola sumberdaya demi tercapainya tujuan yang ditetapkan.

b. Kelembagaan merupakan suatu entitas (kelompok atau organisasi) yang berkewajiban melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian adalah lembaga pemerintah, petani, dan masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan pertanian.

c. Ketenagaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah para penyuluh (PNS, swasta dan swadaya) yang mempunyai kualifikasi tertentu baik menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap dan ketrampilan menyuluh.

d. Pembiayaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta meliputi biaya personil, pengadan perlengkapan, biaya operasional, biaya manajemen dan biaya pemeliharaan.

e. Pengawasan dan pengendalian penyuluhan pertanian ditunjukkan dengan adanya kegiatan supervisi serta pemantauan dan evaluasi program penyuluhan.

2. Penyelenggaraan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, meliputi:

a. Programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.

b. Mekanisme kerja yaitu tata cara atau tata urutan pelaksanaan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

c. Metode penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan Kota Surakarta adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan penerima manfaat.

d. Materi penyuluhan pertanian merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaatnya.

e. Peran serta yaitu peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam penyelenggeraan penyuluhan pertanian; sedangkan kerjasama adalah kerjasama yang dimulai dari penyusunan rencana, pelaksanaan sampai dengan pemantauan penyelenggaraan penyuluhan.

3. Kinerja penyuluh adalah cara kerja yang dilakukan oleh penyuluh supaya kegiatan penyuluhannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan.

4. Kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah lembaga yang mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian.

5. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ini merupakan kegiatan menyampaikan pesan dan memberikan pelatihan kepada khalayak petani untuk mengubah perilaku, sikap dan keterampilannya mengenai penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan sampai mereka tahu, mau dan mampu untuk menerapkan kegiatan penyuluhan tersebut. Kegiatan penyuluhan meliputi siapa yang melakukan, bagaimana pelaksanaannya, kapan, dimana, siapa yang dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan.

6. Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku penerima manfaat baik pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

7. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian.

8. Faktor penghambat adalah faktor-faktor yang menghambat keberhasilan penyuluhan pertanian.

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2000) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif. Menurut Nawawi dan Martini (1996), penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact linding ) sebagaimana keadaan sebenarnya.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan kriteria dan pertimbangan tertentu. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Laweyan karena Kecamatan Laweyan mempunyai jumlah anggota kelompok tani pembudidaya tanaman hias terbanyak di Kota Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Jumlah Anggota Kelompok Tani di Kota Surakarta

No Kecamatan Jumlah Anggota Kelompok Tani Pembudidaya Tanaman Hias

1. Laweyan 99

2. Serengan 47 3. Banjarsari

57 4. Jebres

89 5. Pasar Kliwon

75 Sumber: Database Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan PUMK Tanaman

Hias Kota Surakarta Tahun 2008.

C. Teknik Cuplikan (Sampling)

Penentuan subjek dan informan dalam penelitian ini menggunakan snowball sampling (pengambilan sampel bola salju), yaitu pemilihan sampel dengan terlebih dahulu menetapkan satu informan kunci (key-person), untuk kemudian pemilihan sampel-sampel yang berikutnya, tergantung pada informasi atau pertimbangan yang diberikan oleh informan kunci tersebut. Pada tahap selanjutnya, penetapan sampel yang berikutnya, juga berdasarkan informasi yang diberikan oleh responden-responden yang terpilih tadi, sedemikian rupa sehingga seperti “bola salju” yang menggelinding (Mardikanto, 2006). Rincian sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Rincian Sampel Penelitian

Sampel Keterangan Subjek

1. Penyuluh

Pihak-pihak

yang terlibat

a. PDP (Petugas Dinas Pertanian) langsung dalam kegiatan

b. THL (Tenaga Harian Lepas) penyuluhan pertanian tanaman

2. Ketua Kelompok Tani hias pekarangan di Kecamatan

3. Petani Laweyan Kota Surakarta. Informan

a. Lurah Pihak-pihak yang tidak terlibat

b. Pedagang Tanaman Hias

langsung

dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

1. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang mempunyai keterlibatan langsung dengan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah:

a. Penyuluh (PDP dan THL) Penyuluh disini adalah penyuluh yang berasal dari Dinas Pertanian Surakarta yang melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan. Pertimbangannya a. Penyuluh (PDP dan THL) Penyuluh disini adalah penyuluh yang berasal dari Dinas Pertanian Surakarta yang melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan. Pertimbangannya

b. Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani menjadi informan karena dianggap mengetahui seluk beluk kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, sehingga dapat memberikan informasi mengenai masalah yang akan diteliti.

c. Petani Petani disini adalah petani yang mengetahui informasi tentang kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan serta petani yang menjadi anggota kelompok tani karena dianggap mengetahui tentang masalah yang akan diteliti.

2. Informan Informan adalah pihak-pihak yang tidak mempunyai keterlibatan langsung dalam kegiatan penyuluhan, tetapi mereka bisa digali informasinya tentang kegiatan penyuluhn pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Jadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Informan berkewajiban menjadi tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Syarat yang digunakan untuk memilih informan antara lain, jujur, taat pada janji, patuh terhadap peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota tim yang menentang penelitian (Moleong, 2000). Adapun informan dalam penelitian ini antara lain:

a. Lurah Lurah disini adalah Lurah yang berasal dari Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang akan diteliti.

b. Pedagang Tanaman Hias Pedagang tanaman hias menjadi informan karena dianggap mengetahui asal usul darimana tanaman hias di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta itu berasal.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Sedangkan sumber data utama dari penelitian menurut Lofland dan Lofland (1984) dalam Moleong (2000) ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata- kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Beragam sumber data tersebut menuntut teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai dengan sumber datanya guna mendapatkan data yang diperlukan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Sumber Data Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias

pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Data Yang Digunakan

Sifat Data

Sumber Data

Data Pokok

1. Sistem Penyuluhan Pertanian a. Kebijakan b. Kelembagaan c. Ketenagaan d. Pembiayaan e. Pengawasan dan Pengendalian

2. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian a. Programa penyuluhan b. Mekanisme kerja c. Metode penyuluhan d. Materi penyuluhan e. Peran serta dan Kerjasama

3. Kinerja Penyuluh 4. Kelembagaan pendukung

Penyuluhan Pertanian 5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian 6. Keberhasilan Penyuluhan

Pertanian a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat

7. Arsip atau Dokumen

Data Pendukung

1. Keadaan Alam 2. Keadaan Penduduk 3. Keadaan Pertanian 4. Keadaan Perekonomian 5. Keadaan Kelembagaan

Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan

Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan

Subjek atau Informan

Subjek atau Informan Subjek atau Informan Dinas Pertanian

Kecamatan Laweyan Kecamatan Laweyan Kecamatan Laweyan Dinas Pertanian Dinas Pertanian

Pr.: Primer Sk.: Sekunder

Kn.: Kuantitatif

Kl.: Kualitatif

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Menurut Goetz dan Le Compte (1984) dalam Sutopo (2006) menyatakan bahwa strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan non interaktif. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi berperan. Sedangkan metode non interaktif meliputi kuisioner, mencatat dokumen atau arsip (content analysis) dan juga observasi berperan tak berperan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interviewing), observasi serta mengkaji dokumen dan arsip (content analysis).

1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing) Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Adapun jenis wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur atau yang sering disebut sebagai wawancara mendalam.

Cohen (1976) dalam Bell (1993) mengatakan bahwa seperti halnya memancing, wawancara adalah sebuah aktivitas yang memerlukan persiapan yang teliti, kesabaran yang lebih, dan latihan yang dapat dipertimbangkan jika akhir yang menguntungkan menjadi sebuah tangkapan yang berharga.

Sutopo (2006), memaparkan bahwa wawancara ini dilakukan dalam keadaan peneliti tidak tahu mengenai apa yang terjadi sebenarnya dan ingin menggali informasinya secara mendalam dan lengkap dari narasumbernya. Dengan demikian, wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended) dan mengarah pada kedalaman informasi. Untuk menjaga agar pokok-pokok penting dalam pertanyaan tidak terlewatkan, maka dalam berwawancara sering digunakan semacam pedoman wawancara atau juga dapat disebut sebagai petunjuk wawancara.

2. Observasi Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar. Jenis observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif di mana peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apa pun selain sebagai pengamat pasif, namun peneliti benar-benar hadir dalam konteksnya (Sutopo, 2006).

Observasi langsung memungkinkan untuk dapat lebih dipercaya daripada apa yang dikatakan orang dalam beberapa hal. Terutama observasi langsung dapat berguna untuk menemukan apa yang dilakukan manusia, apa yang mereka katakan, lakukan, ataupun berperilaku sejalan dengan apa yang mereka nyatakan sebagai cara untuk bertingkah laku (Bell, 1993). Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian secara langsung. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan wawancara dengan informan. Adapun instrumen yang dibutuhkan antara lain adalah kamera sebagai alat dokumentasi.

3. Mengkaji dokumen atau arsip (Content Analysis) Menurut Berelson (1952) dalam Moleong (2000) mendefinisikan content analysis sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Menurut Yin (1987) dalam Sutopo (2006) mengemukakan bahwa content analysis sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Content analysis ini merupakan kegiatan mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip kemudian peneliti dapat memaknai isi yang tersirat di dalamnya. Oleh karena itu, dalam menghadapi beragam dokumen atau arsip tertulis sebagai sumber data, peneliti hrus bisa bersikap kritis dan teliti.

F. Validitas Data

Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti harus memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data. Cara-cara tersebut antara lain berupa teknik trianggulasi dan reviu informan. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang (Sutopo, 2006). Menurut Patton (1984) dalam Sutopo (2006) ada 4 macam trianggulasi yaitu: (1) Trianggulasi data atau data triangulation, (2) Trianggulasi peneliti atau investigator triangulation, (3) Trianggulasi metodologis atau methodological triangulation dan (4) Trianggulasi teoretis atau theoretical triangulation .

Trianggulasi data (trianggulasi sumber) merupakan suatu cara mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti tersebut wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai sumber data yang berbeda. Trianggulasi sumber ini bisa menggunakan satu jenis sumber data misalnya informan, namun beberapa informan atau narasumber yang digunakan harus merupakan kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda misalnya di dalam status atau posisi peranannya yang berkaitan dalam konteks tertentu. Trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Trianggulasi metode merupakan jenis trianggulasi yang bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda. Dan trianggulasi teori merupakan jenis trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti dengan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Berdasarkan pengertian di atas, maka teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data (trianggulasi sumber) dan trianggulasi Berdasarkan pengertian di atas, maka teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data (trianggulasi sumber) dan trianggulasi

Wawancara

Informan

Dokumen/arsip Data

Aktivitas/perilaku

Gambar 2. Bagan Trianggulasi Data (Sutopo, 2006) Sedangkan trianggulasi metode merupakan jenis trianggulasi yang bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda. Di sini yang ditekankan adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Adapun bagan dari trianggulasi metode dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber data

Observasi

Gambar 3. Bagan Trianggulasi Metode (Sutopo, 2006) Selain itu, pengembangan validitas juga dilakukan dengan cara melakukan revieu informan kunci. Pada waktu peneliti mendapatkan data Gambar 3. Bagan Trianggulasi Metode (Sutopo, 2006) Selain itu, pengembangan validitas juga dilakukan dengan cara melakukan revieu informan kunci. Pada waktu peneliti mendapatkan data

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Tiga komponen tersebut harus ada (dibuat atau dikembangkan), dan selalu terlibat dalam proses analisis, saling berkaitan serta saling menentukan arahan isi dan simpulan, baik yang bersifat sementara maupun simpulan akhir sebagai hasil analisis akhir.

1. Reduksi Data Reduksi

proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data dari catatan lapangan. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan. Dalam penyusun ringkasan peneliti membuat coding, memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dengan menulis memo (Sutopo, 2006).

data

merupakan

2. Sajian Data Sajian data menurut Sutopo (2006) merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

3. Penarikan kesimpulan (verifikasi) Kegiatan ketiga adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan penelti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya “secara induktif” (Miles dan Huberman, 1992).

Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, penelti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian data. Bilamana kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti akan mengulangi kembali pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalam data (Sutopo, 2006). Dalam keadaan ini tampak bahwa penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus sebagaimana gambar di bawah ini:

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Gambar 4. Model Analisis Interaktif

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proses analisis dengan tiga komponen yang ada saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Selain itu, tiga komponen tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaktif baik antara komponennya maupun dengan proses pengumpulan data dalam proses yang berbentuk siklus. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapang melalui wawancara dengan beberapa subjek dan informan. Maka peneliti melakukan reduksi data dengan memilah-milah data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam melakukan proses reduksi, peneliti sekaligus membuat sajian datanya yaitu menyusun data yang diperoleh secara sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami alur berpikirnya. Selama proses reduksi dan penyajian data ini peneliti sudah mulai dapat menarik kesimpulan yang akan diperoleh melalui data atau informasi yang didapatkan. Dalam menarik kesimpulan ini apabila kesimpulan yang diperoleh kurang meyakinkan maka peneliti menggali lagi informasi yang ada (kembali ke tahap pertama) sehingga semakin meyakinkan kesimpulan yang diperoleh. Oleh karena itu, model analisis interaktif ini merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya sehingga dalam proses pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang lainnya.