Temuan Pokok dan Pembahasan

B. Temuan Pokok dan Pembahasan

1. Sistem Penyuluhan Pertanian

Berdasarkan pernyataan Mardikanto (2007) bahwa “Sampai dengan dasawarsa 1970-an, kelembagaan penyuluhan pertanian hanya dilakukan oleh instansi pemerintah. Tetapi seiring dengan kebijakan pembangunan pertanian yang semakin memberikan peluang bagi swasta dan LSM, peran pemerintah semakin berkurang meskipun dalam praktek masih didominasi oleh institusi pemerintah. Di masa lalu, kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat nasional melekat pada Departemen Pertanian dan di tingkat propinsi atau kabupaten atau kota melekat pada Dinas terkait (Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan). Sejak dilaksanakan Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan pada tahun 1976, dikembangkan Balai Penyuluhn Pertanian di tingkat wilayah Pembantu Bupati. Pada periode 1995-2000, di tingkat Kabupaten pernah dicoba pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian yang terpisah dari Dinas yaitu Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP), tetapi seiring dengan bergulirnya reformasi, BIPP tersebut banyak yang berubah menjadi beragam bentuk. Sebgai tindak lanjut ditetapkannya kebijakan Revitalisasi Pertanian pada 11 Juni 2005, pada bulan Desember 2006 diundangkan UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang antara lain mengatur kelembagaan penyuluhan pertanian yaitu di tingkat pusat (Badan Penyuluhan dan Komisi Penyuluhan Nasional), di tingkat Provinsi (Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, dan Komisi Penyuluhan Pertanian Provinsi), di tingkat Kabupaten/Kota (Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota dan Komisi Penyuluhan Pertanian Kabupaten/Kota), di tingkat Kecamatan (Balai Penyuluhan Pertanian)dan di tingkat Desa/Kelurahan (Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan)”. Kelembagaan pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang bentuknya Dinas Pertanian. Karena di Kecamatan Laweyan belum ada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga ruang kerja untuk PDP dan THL Berdasarkan pernyataan Mardikanto (2007) bahwa “Sampai dengan dasawarsa 1970-an, kelembagaan penyuluhan pertanian hanya dilakukan oleh instansi pemerintah. Tetapi seiring dengan kebijakan pembangunan pertanian yang semakin memberikan peluang bagi swasta dan LSM, peran pemerintah semakin berkurang meskipun dalam praktek masih didominasi oleh institusi pemerintah. Di masa lalu, kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat nasional melekat pada Departemen Pertanian dan di tingkat propinsi atau kabupaten atau kota melekat pada Dinas terkait (Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan). Sejak dilaksanakan Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan pada tahun 1976, dikembangkan Balai Penyuluhn Pertanian di tingkat wilayah Pembantu Bupati. Pada periode 1995-2000, di tingkat Kabupaten pernah dicoba pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian yang terpisah dari Dinas yaitu Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP), tetapi seiring dengan bergulirnya reformasi, BIPP tersebut banyak yang berubah menjadi beragam bentuk. Sebgai tindak lanjut ditetapkannya kebijakan Revitalisasi Pertanian pada 11 Juni 2005, pada bulan Desember 2006 diundangkan UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang antara lain mengatur kelembagaan penyuluhan pertanian yaitu di tingkat pusat (Badan Penyuluhan dan Komisi Penyuluhan Nasional), di tingkat Provinsi (Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, dan Komisi Penyuluhan Pertanian Provinsi), di tingkat Kabupaten/Kota (Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota dan Komisi Penyuluhan Pertanian Kabupaten/Kota), di tingkat Kecamatan (Balai Penyuluhan Pertanian)dan di tingkat Desa/Kelurahan (Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan)”. Kelembagaan pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang bentuknya Dinas Pertanian. Karena di Kecamatan Laweyan belum ada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga ruang kerja untuk PDP dan THL

Menurut Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa “Ketenagaan penyuluhan pertanian terdiri atas tiga macam penyuluh pertanian, yaitu penyuluh pertanian pemerintah yang terdiri dari penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swasta yaitu penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Sedangkan penyuluh swadaya yaitu pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh”. Ketenagaan penyuluh yang ada di Kecamatan Laweyan adalah penyuluh pemerintah yaitu satu orang penyuluh yang sudah PNS yang bertugas sebagai PDP dan tiga orang THL TBPP. Sedangkan untuk penyuluh swasta dan swadaya, di Kecamatan Laweyan belum terdapat penyuluh swasta dan swadaya. Masing-masing THL TBPP memegang wilayah binaan yang terdiri dari 2 Kelurahan dan PDP tidak mempunyai wilayah binaan. Peran penyuluh pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan Menurut Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa “Ketenagaan penyuluhan pertanian terdiri atas tiga macam penyuluh pertanian, yaitu penyuluh pertanian pemerintah yang terdiri dari penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swasta yaitu penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Sedangkan penyuluh swadaya yaitu pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh”. Ketenagaan penyuluh yang ada di Kecamatan Laweyan adalah penyuluh pemerintah yaitu satu orang penyuluh yang sudah PNS yang bertugas sebagai PDP dan tiga orang THL TBPP. Sedangkan untuk penyuluh swasta dan swadaya, di Kecamatan Laweyan belum terdapat penyuluh swasta dan swadaya. Masing-masing THL TBPP memegang wilayah binaan yang terdiri dari 2 Kelurahan dan PDP tidak mempunyai wilayah binaan. Peran penyuluh pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan

Sumber pembiayan dan prosedur penggunaan biaya dalam kegiatan penyuluhan pertanian sudah sesuai dengan pernyataan Departemen Pertanian (2006) yang menyebutkan bahwa “Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten atau kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat”. Sedangkan menurut Mardikanto (2009), unsur pembiayaan di dalam kegiatan penyuluhan pertanian diperlukan untuk biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif dan lain-lain), pengadaan perlengkapan (alat bantu dan alat peraga penyuluhan), biaya operasional (pembuatan atau perbanyakan atau penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan dan lain-lain), biaya manajemen (kantor, perlengkapan, sarana transportasi, pos dan telekomunikasi, alat tulis atau kantor dan lain-lain), dan biaya operasional dan pemeliharaan (sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan penyuluhan dan lain-lain)”. Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN pusat dan swadaya anggota. Prosedur penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat dikirimkan ke Dinas Pertanian kemudian dari Dinas membaginya per kelompok tani dan penggunaannya tergantung kebutuhan per kelompok tani. Serta untuk para penyuluh PNS termasuk biaya operasional dan pemeliharaan drayer dan pompa air, dana dari pemkot Surakarta disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke penyuluh PNS, sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh pemkot Surakarta ke masing-masing rekening THL. Sedangkan pembiayaan untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas Pertanian, pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk dibuat perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan Sumber pembiayan dan prosedur penggunaan biaya dalam kegiatan penyuluhan pertanian sudah sesuai dengan pernyataan Departemen Pertanian (2006) yang menyebutkan bahwa “Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten atau kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat”. Sedangkan menurut Mardikanto (2009), unsur pembiayaan di dalam kegiatan penyuluhan pertanian diperlukan untuk biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif dan lain-lain), pengadaan perlengkapan (alat bantu dan alat peraga penyuluhan), biaya operasional (pembuatan atau perbanyakan atau penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan dan lain-lain), biaya manajemen (kantor, perlengkapan, sarana transportasi, pos dan telekomunikasi, alat tulis atau kantor dan lain-lain), dan biaya operasional dan pemeliharaan (sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan penyuluhan dan lain-lain)”. Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN pusat dan swadaya anggota. Prosedur penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat dikirimkan ke Dinas Pertanian kemudian dari Dinas membaginya per kelompok tani dan penggunaannya tergantung kebutuhan per kelompok tani. Serta untuk para penyuluh PNS termasuk biaya operasional dan pemeliharaan drayer dan pompa air, dana dari pemkot Surakarta disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke penyuluh PNS, sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh pemkot Surakarta ke masing-masing rekening THL. Sedangkan pembiayaan untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas Pertanian, pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk dibuat perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan

Sejalan dengan pernyataan Suhardiyono (1992) bahwa “Pengawasan diartikan sebagai pengamatan dari dekat (secara langsung) dan atau dari jauh (secara tidak langsung) yang dilakukan secara menyeluruh dengan jalan membandingkan antara pekerjaan yang dilakukan dengan yang seharusnya dilakukan. Pada pelaksanaan penyuluhan, pengawasan dilakukan terhadap penerapan sistem kerja latihan dan kunjungan yang dilaksanakan pada suatu organisasi. Sebagai suatu proses, pengawasan ini mempunyai tiga komponen utama yaitu rencana kerja yang tepat, pengamatan pelaksanaan kegiatan baik dari dekat maupun dari jauh dan tindakan koreksi. Tindakan koreksi dilakukan dengan maksud untuk mengarahkan kembali semua kegiatan agar dapat mencapai sasaran yang ingin dicapai. Tindakan koreksi hanya dilakukan jika telah terjadi penyimpangan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Penyimpangan ini dapat diketahui dari laporan yang diterima melalui monitoring maupun dari kegiatan supervisi lapangan”. Bentuk pengawasan dan pengendalian kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah secara langsung yaitu dengan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) satu bulan sekali terhadap para anggota kelompok tani yang telah dibantu dan secara tidak langsung yaitu dengan membuat laporan satu bulan sekali untuk tanaman hias serta mengumpulkan kelompok tani yang tidak sehat selama tiga bulan untuk dievaluasi kegiatan penyuluhan.

2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian

Berdasarkan pernyataan Departemen Pertanian (2006), definisi programa penyuluhan pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa atau kelurahan atau unit kerja lapangan, programa

penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten atau kota, programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional”. Langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah dilakukan bersama-sama antara penyuluh dan petani dengan mengadakan pertemuan. Hal ini dilakukan supaya kebutuhan yang sangat diperlukan oleh para petani dapat diprioritaskan terlebih dahulu. Programa penyuluhan pertanian Kecamatan Laweyan merupakan jabaran dari program tingkat Kotamadya dan usulan dari kelompok tani di tingkat wilayah binaan. Di dalam programa penyuluhan pertanian termuat latar belakang dan tujuan penyusunan programa penyuluhan, keadaan umum wilayah Laweyan kaitannya dengan sektor pertanian, penerapan teknologi pada tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, serta kebijakan pembangunan pertanian. Selain itu juga termuat tujuan dan sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan, permasalahan dalam kegiatan penyuluhan pertanian baik dari aspek sosial, ekonomi maupun teknis dan cara untuk mencapai tujuan yang terangkum dalam rencana- rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para penyuluh pertanian di Kecamatan Laweyan untuk masa satu tahun yang akan datang.

Mekanisme kerja dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan sudah sesuai dengan pernyataan Supanggyo (2007) bahwa “Sebelum pelaksanaan otonomi daerah, penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilakukan dalam satu kesatuan jalur vertikal dari tingkat pusat sampai kepada kelompok tani dan nelayan beserta keluarganya melalui Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian. Pada era reformasi, pelaksanaan penyuluhan pertanian menggunakan mekanisme kerja yang didasarkan pada pendekatan partisipatif yang memungkinkan petani ikut merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta menarik manfaat dari kegiatan penyuluhan pertanian”. Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan ada dua jalur, yaitu berasal dari atas dan dari bawah. Jalur yang berasal dari atas (sentralistik) yaitu berasal dari Dinas Pertanian menuju ke

Kelurahan yang selanjutnya akan diberikan ke RW lalu ke RT. Terakhir, kegiatan penyuluhan pertanian akan disampaikan kepada para petani melalui pertemuan kelompok tani. Selain mekanisme sentralistik, ada juga mekanisme yang berasal dari bawah (partisipatif). Masalah atau usulan dari para anggota kelompok tani disampaikan kepada penyuluh pertanian melalui pertemuan kelompok tani. Kemudian dari penyuluh akan langsung lapor ke Dinas Pertanian dan dari Dinas langsung lapor ke pusat. Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian, Ketua RW dan Ketua RT.

Sejalan dengan pernyataan Mardikanto, (1993) bahwa “Metode penyuluhan menurut keadaan psiko sosial sasarannya dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: (1) Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang seorang dengan setiap sasarannya, misalnya melalui kunjungan ke rumah dan kunjungan ke tempat kegiatan sasarannya, (2) Pendekatan kelompok, manakala penyuluh berkomunikasi dengan sekelompok sasaran pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di lapangan dan penyelenggaraan latihan, serta (3) Pendekatan massal, jika penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan sejumlah sasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, misalnya penyuluhan lewat TV dan penyebaran selebaran”. Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah pendekatan perorangan dan kelompok. Metode yang belum dapat dilaksanakan adalah pendekatan massal. Pendekatan massal yang belum dapat dilaksanakan ini berdampak pada perubahan sikap petani dalam merespon setiap materi yang disampaikan oleh penyuluh. Hal tersebut dikarenakan informasi yang diterima petani sebelum adanya kegiatan penyuluhan masih sedikit.

Metode perorangan digunakan oleh para penyuluh untuk melakukan peninjauan terhadap anggota kelompok tani yang telah dibantu. Merode ini dilakukan oleh para penyuluh dengan cara masuk ke rumah-rumah. Hal ini Metode perorangan digunakan oleh para penyuluh untuk melakukan peninjauan terhadap anggota kelompok tani yang telah dibantu. Merode ini dilakukan oleh para penyuluh dengan cara masuk ke rumah-rumah. Hal ini

Berdasarkan pernyataan Kartasapoetra (1991) bahwa “Materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran dengan demikian maka mereka akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk mempraktekkanya. Materi yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat hidupnya”. Di samping metode penyuluhan yang sesuai, materi penyuluhan pertanian juga sudah sesuai dengan kebutuhan petani. Disini terlihat materi yang disampaikan oleh penyuluh sudah jelas karena didukung dengan adanya kedekatan penyuluh dengan petani. Jenis materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan (lele), peternakan (ayam), penyilangan anggrek dan penggantian media tanam verikultur dan pelatihan verikultur (tanaman anggrek). Dasar penentuan materi penyuluhan pertanian adalah permintaan dari anggota kelompok tani kemudian Dinas Pertanian yang menjembatani terus melakukan pertemuan dan bulan depan langsung dipraktekkan. Materi penyuluhan yang dirasakan secara pokok sudah sesuai dengan dengan pernyataan Kartasapoetra (1991).

Sejalan dengan pernyataan Supanggyo (2007) bahwa “Kerjasama penyuluhan pertanian dapat dilakukan antara sesama lembaga penyuluh pertanian, maupun antara kelembagaan penyuluhan pertanian dengan Sejalan dengan pernyataan Supanggyo (2007) bahwa “Kerjasama penyuluhan pertanian dapat dilakukan antara sesama lembaga penyuluh pertanian, maupun antara kelembagaan penyuluhan pertanian dengan

Kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga menimbulkan beberapa jalinan kerjasama antara berbagai pihak sehingga tercipta keadaan yang saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerjasama. Jalinan kerjasama dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena Dinas Pertanian, Lurah dan kelompok tani merupakan satu kesatuan yang sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama dengan penyedia bibit anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman hias dan dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai sebagai penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh pertanian sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong kelompok tani, Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat pemasaran hasil pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai perencana, penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman Kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga menimbulkan beberapa jalinan kerjasama antara berbagai pihak sehingga tercipta keadaan yang saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerjasama. Jalinan kerjasama dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena Dinas Pertanian, Lurah dan kelompok tani merupakan satu kesatuan yang sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama dengan penyedia bibit anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman hias dan dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai sebagai penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh pertanian sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong kelompok tani, Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat pemasaran hasil pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai perencana, penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penyuluhan Pertanian

Sejalan dengan pernyataan Mardikanto (2009), “Tentang beberapa faktor atau kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan yang diupayakan melalui penyuluhan pertanian, dapat terjadi karena: keadaan pribadi penerima manfaat, keadaan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan budaya masyarakat dan macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia untuk menunjang kegiatan penyuluhan. Sedangkan faktor penghambat dapat terjadi karena: ketakutan atau trauma masa lampau, kekurangsiapan untuk melakukan perubahan, ketakutan terhadap berkurangnya kepuasan yang selama ini telah dirasakan, adanya sebagian kegiatan yang tidak diterima masyarakat dan adanya ancaman-ancaman dari pihak luar”. Penerima manfaat penyuluhan adalah manusia yang memiliki kebutuhan, keinginan, harapan serta perasaan-perasaan tentang tekanan-tekanan maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada seseorang dengan orang lainnya.

Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan, terdapat beberapa faktor pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan rutin, adanya simpan pinjam, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan studi banding. Selain faktor pendukung penyuluhan pertanian, ada juga faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet, sulit untuk menambah anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya.

4. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian

Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan dirasakan sudah sesuai dengan pernyataan Mardikanto (2009) bahwa “Efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku (petani) penerima manfaatnya, baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilannya”. Tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah terdapat perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan pengetahuan yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak tahu berubah menjadi tahu. Perubahan pengetahuan yang terlihat dalam sasaran yaitu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta olahan pangan.

Perubahan sikap yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak mau mejadi mau melaksanakan suatu teknologi. Perubahan sikap yang terlihat yaitu petani mau mencoba dan mempraktekkan cara penyilangan anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta membuat berbagai macam olahan pangan. Adanya perubahan pengetahuan dan sikap akan membawa perubahan keterampilan pada petani yang terlihat dengan timbulnya keterampilan. Perubahan ketrampilan yang terlihat yaitu petani mampu untuk mengembangkan tanaman anggrek. Selain adanya perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan, kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga terdapat tindak lanjutnya yaitu dengan memberikan inovasi baru kepada kelompok tani seperti olahan pangan dan penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran dan obor blarak.