Analisis Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”

B. Analisis Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”

1. Analisis Teks

Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir ”:

commit to user

Elemen tematik merupakan gambaran umum pada teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya.

Tema yang ingin dikembangkan dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” yang dimuat dalam rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi Agustus 2011 lalu adalah sekolah “hijau”. Tema tersebut kemudian diturunkan

menjadi dua subtopik, yaitu peduli terhadap lingkungan dan revolusi sekolah tersebut hingga mendapatkan penghargaan Adiwiyata selama 4 tahun berturut- turut. Kemudian u ntuk wacana dari artikel ini adalah keberadaan sekolah “hijau” di tengah kawasan padat penduduk Jakarta Pusat. Berikut kutipannya:

“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang hari pun tetep nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 Bendungan Hilir (Benhil).” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 1, GoGirl! Agustus 2011)

b. Skematik Secara skematik, artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” memiliki enam paragraf. Paragraf pertama berisi lead yang tergolong dalam teras

berita “siapa” (who lead), paragraf kedua dan ketiga berisi tentang bentuk kepedulian sekolah terhadap lingkungan, di paragraf empat hingga enam memuat

commit to user

empat tahun berturut-turut. Berikut kutipannya: “Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah

yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang hari pun tetep nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 Bendungan Hilir (Benhil).” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1, GoGirl! Agustus 2011)

“Selain sejuk, SDNP 12 Benhil juga bersih banget! Murid-muridnya emang udah dibiasain p eduli lingkungan...” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2, GoGirl!

Agustus 2011)

“Oh iya, jangan coba-coba buang sampah sembarangan di lingkungan sekolah seluas 2.664 m2 ini ya. Soalnya, ada denda buat semua warga

sekolah yang ketauan buang sampah sembarangan!...” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3, GoGirl! Agustus 2011)

“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status

itu...” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4, GoGirl! Agustus 2011)

“Ibu Murliati pun ngajuin proposal ke perusahaan-perusahaan yang punya program CSR (Corporate Social Responsibility). Akhirnya,

General Electric menyetujui propsal SDNP 12 Benhil.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 5, GoGirl! Agustus 2011)

“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. Adiwiyata adalah penghargaan dari pemerintah buat sekolah-sekolah yang berhasil

mendidik siswanya peduli terhadap lingkungan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6, GoGirl!

Agustus 2011)

commit to user

verbal dari narasumber yaitu Kepala Sekolah SDNP 12 Benhil, Ibu Murliati.

““Mungkin sebenernya ada banyak sekolah yang punya lingkungan bersih, tapi kuncinya adalah kesadaran dari hati. SDNP 12 Benhil berhasil meraih penghargaan karena kesadaran lingkungan para

warganya,” ujar Ibu Murliati.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6, GoGirl! Agustus 2011)

c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana disebut dengan semantik yang merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen detil, latar, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”, penulis hanya memuat 4 elemen yaitu elemen latar,

detil, maksud, dan nominalisasi. Berikut kutipannya:

i. Latar Latar penulisan artikel ini adalah mengenai keberadaan sekolah “hijau” yang masih ada di tengah padatnya Jakarta. Jakarta dikenal dengan kota padat penduduk, keadaan lingkungan juga kurang diperhatikan oleh penduduknya. Keberadaan sekolah “hijau” di

daerah Bendungan Hilir (Benhil) menggambarkan bahwa masih ada sekolah yang sejuk dan bersih di tengah keadaan Jakarta yang panas dan kotor. Berikut kutipan kalimatnya:

“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang

hari pun tetep nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 Bendungan Hilir (Benhil).”

commit to user

GoGirl! Agustus 2011)

ii. Detil Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Elemen detil dalam artikel ini disajikan dengan Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”:

“Selain sejuk, SDNP 12 Benhil juga bersih banget! Murid- muridnya emang udah dibiasain peduli lingkungan .” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam paragraf kedua, elemen detil yang mendukung informasi yang menguntungkan penulis, ditulis dengan jelas. Kutipan di atas menjelaskan bahwa SDNP 12 Benhil memang mendidik murid- muridnya untuk terbiasa menjaga lingkungan sekolahnya. Untuk penjelasan bagaiman cara sekolah ini mendidik murid-muridnya akan diuraikan pada analisis elemen maksud.

“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa apa yang telah dilakukan SDNP 12 Benhil beserta warga sekolahnya dalam hal

commit to user

menguntungkan penulis karena kalimat tersebut menggambarkan bahwa usaha SDNP 12 Benhil dalam menjaga lingkungan mendapatkan penghargaan.

“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. Walaupun

statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! Agustus 2011)

Sebaliknya, jika beberapa kutipan sebelumnya menguntungkan penulis, maka kutipan ini dianggap kurang menguntungkan penulis. Informasi yang disampaikan dalam kalimat tersebut kurang dijelaskan secara mendetail. Keadaan SDNP 12 Benhil sebelumnya hanya disebutkan kurang layak tanpa disertai penjelasan seperti apa keadaan sekolah tersebut secara detail, informasi ini hanya ditulis dalam 2 kalimat saja.

iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis. Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud:

commit to user

“Murid-muridnya emang udah dibiasain peduli lingkungan. Mulai

dari buang sampah di tempatnya, selalu ngabisin makanan dan

minuman, sampai menanam pohon.. .” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kutipan tersebut digambarkan bahwa murid-murid SDNP 12 Benhil memang sudah dibiasakan untuk peduli lingkungan. Kalimat selanjutnya ditulis untuk menggambarkan secara detail apa saja yang dilakukan oleh murid-murid dan warga sekolah lainnya dalam upaya peduli lingkungan. Informasi ini dianggap menguntungkan penulis, sehingga kalimat yang lebih mendetail ini ditulis hampir satu paragraf.

“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. Adiwiyata adalah penghargaan dari pemerintah buat sekolah-sekolah yang berhasil mendidik siswanya peduli terhadap lingkungan. Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut-turut !” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1-3 GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kutipan kalimat di atas dijelaskan informasi yang menguntungkan bagi penulis karena memuat pernyataan bahwa sekolah tersebut mendapatkan penghargaan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan. Tidak hanya itu saja, penulis menambahkan penjelasan bahwa sekolah tersebut bisa mempertahankan penghargaan selama 4 tahun berturut-turut.

commit to user

Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:

“Tiap minggu, ternyata anak-anak dapet pelajaran Pendidikan Lingkungan selama 2 jam, yang penilaiannya 70% dilihat dari

praktek lapangan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2

kalimat 4, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kutipan kalimat di atas, penulis ingin menyampaikan bahwa sekolah ini memiliki pelajaran Pendidikan Lingkungan yang diberikan 2 jam tiap minggunya. Penilaian dari pelajaran ini berdasarkan dari 70% praktek di lapangan. Jadi pelajaran Pendidikan Lingkungan ini tidak hanya sekedar pelajaran yang mengedepankan teori saja namun penilaian juga didasarkan pada praktek siswa di lapangan.

“Nggak cuma itu aja, sekolah ini juga punya 11 kelompok Pandu Lingkungan. Tiap kelompok terdiri dari 10-12 murid kelas 4-6. Ke-

11 Pandu Lingkungan itu masing-masing bertanggungjawab terhadap kompos, biopori, toga, kantin, energi, sampah, taman, kolam ikan, taman lalu lintas, jumantik, dan UKS.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3 kalimat 3-4, GoGirl! Agustus 2011)

Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat ini juga ingin mendukung informasi yang hendak disampaikan penulis. Dijelaskan bahwa sekolah ini memang benar-benar peduli terhadap lingkungan, terlihat ketika sekolah ini memiliki 11 kelompok Pandu Lingkungan

commit to user

bertanggungjawab terhadap kompos, biopori, toga, kantin, energi, sampah, dan lain-lain. Kelompok-kelompok tersebut akan di-rolling tugasnya setiap bulan sehingga semua merasakan bagaimana mengurus kesebelas bidang tersebut.

“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut- turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011) Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat di atas

menunjukkan bahwa sekolah ini mampu mempertahankan penghargaan Adiwiyata yaitu penghargaan yang diberikan pemerintah kepada sekolah-sekolah yang mampu mendidik siswa- siswanya untuk peduli lingkungan. Penghargaan ini mampu dipertahankan selama 4 tahun berturut-turut.

d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi, pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:

i. Bentuk kalimat Dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”, penulis menggunakan kalimat aktif yang umumnya digunakan agar seseorang menjadi subyek dari tanggapannya dan kalimat pasif yang menempatkan seseorang sebagai obyek. Berikut beberapa kutipan

commit to user

SDNP 12 Bendungan Hilir”:

“Masih ada lagi, SD ini punya program Satu Murid Satu Pohon yang mewajibkan murid baru bawa satu tanaman.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2 kalimat 13, GoGirl! Agustus 2011)

“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 3 kalimat 8, GoGirl! Agustus 2011)

“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut- turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 3 kalimat 10, GoGirl! Agustus 2011

Dalam kutipan ketiga kalimat di atas, penulis menulisnya kedalam kalimat aktif, yang memposisikan seseorang menjadi subyek, dalam hal ini, SDNP 12 Benhil diposisikan sebagai subyek dari tanggapan. Selanjutnya, terdapat kalimat pasif dalam penulisan artikel “Green School : SDNP 12 Bendungan Hilir”:

“Pada hari itu, murid-murid harus bawa barang bekas apapun dari rumah buat nantinya didaur ulang.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2 kalimat 7, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kutipan kalimat pasif di atas, penulis memposisikan barang

bekas sebagai obyek dari tanggapannya. Barang-barang bekas tersebut nantinya akan didaur ulang agar bisa dimanfaatkan.

commit to user

“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 5 kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kutipan kalimat pasif di atas, penulis memposisikan bidang- bidang yang ada di dalam SDNP 12 Benhil sebagai obyek dari tanggapannya. Bidang-bidang tersebut diperbaiki agar menjadi lebih baik.

ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya:

“Ibu Murliati pun ngajuin proposal ke perusahaan-perusahaan yang punya program CSR (Corporate Social Responsibility). Akhirnya,

General Electric menyetujui proposal SDNP 12 Benhil. Sekitar 300 volunteer diturunkan buat bersihin lingkungan SDNP 12 Benhil. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)

Kalimat di atas menggunakan kata “akhirnya” yang menunjukkan koherensi sebab-akibat yaitu keadaan bahwa perusahaan dimana Kepala Sekolah memasukkan proposal, menyetujuinya.

“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 5 kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011)

Kalimat di atas menggunakan kata “supaya” yang menunjukkan koherensi sebab-akibat akibat yaitu dengan memasukkan proposal ke

commit to user

dapat diperbaiki.

“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)

Penulis menggunakan kata “berkat” dalam kalimat di atas yang memiliki arti yang kurang lebih sama dengan konjungsi “karena” yang menunjukkan adanya koherensi sebab-akibat. Usaha dari SDNP 12 Benhil dalam menjaga lingkungannya mendapatkan penghargaan Adiwiyata.

iii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Berikut kutipan kalimatnya:

“Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata

kondisinya kura ng layak buat menyandang status itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)

Bentuk pengingkaran dalam kalimat ini menggunakan kata “walaupun”, “tapi”, dan “ternyata”. Penulis hendak menyampaikan

sesuatu yang berseberangan. Kalimat di atas menjelaskan bahwa SDNP 12 Benhil adalah SD percontohan yang seharusnya bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain baik secara pengelolaan lingkungan hingga SDMnya. Namun pada kenyataannya, kondisi

commit to user

percontohan.

““Mungkin sebenernya ada banyak sekolah yang punya lingkungan bersih, tapi kuncinya adalah kesadaran dari hati. SDNP 12 Benhil berhasil meraih penghargaan karena kesadaran lingkungan para

warganya,” ujar Ibu Murliati.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6

kalimat 4-5, GoGirl! Agustus 2011)

Kata “tapi” sebagai penghubung pada kalimat di atas, digunakan penulis untuk menyampaikan sesuatu yang berseberangan. Pada

kalimat pertama ibu Murliati mengemukakan bahwa ada beberapa sekolah yang mempunyai lingkungan bersih, meskipun memiliki lingkungan yang bersih, itu belum cukup menjadikan sekolah itu layak mendapat penghargaan karena segala sesuatunya didasari dari kesadaran diri setiap warganya.

iv. Kata ganti Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dakam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:

“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)

Kata ganti “mereka” yang terkandung dalam kalimat di atas dipilih penulis untuk menyampaikan bahwa yang dimaksud adalah SDNP

12 Benhil. Jika pada kalimat-kalimat sebelumnya, penulis

commit to user

menggunakan istilah “sekolah” untuk menyebut SDNP 12 Benhil, di kalimat in i, penulis menggunakan kata ganti “mereka”.

e. Stilistik Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya:

“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1

kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penuli s menggunakan leksikon “padatnya”. Penggunaan kata “padatnya” menunjukkan keadaan yang penuh dengan pemukiman penduduk di kawasan Jakarta Pusat.

Selain itu, SDNP 12 Benhil juga punya beberapa program pembiasaan buat siswa-siswinya. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2 kalimat 8, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “pembiasaan” yang menunjukkan keadaan membuat program tersebut sebagai sebuah rutinitas

bagi warga SDNP 12 Benhil.

“Jadi semuanya ngerasain gimana mengurus ke-11 bidang itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3 kalimat 6, GoGirl! Agustus 2011)

commit to user

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “mengurus” yang menjelaskan keadaan kelompok-kelompok Pandu Lingkungan yang mengatur segala sesuatunya dan bertanggungjawab atas hal tersebut.

“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “memprihatinkan” untuk menunjukkan keadaan sekolah pada waktu itu memang sangat

menyedihkan.

“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)

“Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “kondisi” untuk menjelaskan suatu keadaan.

“Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “menyandang status” untuk menjelaskan bahwa sekolah tersebut membawa predikat percontohan.

commit to user

“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 5 kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “dibenahi” untuk menjelaskan bahwa keadaan yang perlu diperbaiki.

“Berkat keseriusan semua warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1,

GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas digunakan leksikon “meraih” untuk menjelaskan bahwa mendapatkan sesuatu dengan usaha yang keras.

“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut-turut! ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “mempertahankan” untuk menjelaskan keadaan yang dijaga seperti semula tidak mengalami perubahan.

f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Berikut uraiannya:

commit to user

Penulis menggambarkan ekspresinya dengan kata-kata yang sesuai dengan apa yang dirasakannya. Berikut kutipannya:

“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut- turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan kata “hebatnya” untuk mengekspresikan kekagumannya akan prestasi yang telah diraih

SDNP 12 Benhil yaitu mampu mempertahankan penghargaan Adiwiyata selama 4 tahun berturut-turut.

ii. Grafis Dalam layout artikel ini tidak terlalu banyak ilustrasi namun ditampilkan beberapa foto dari SDNP 12 Benhil sendiri. Ada foto gedung utama beserta halamannya, tempat sampah yang dibagi sesuai kategori sampah, yaitu sampah basah dan sampah kering, taman lalu lintas, dan penghargaan Adiwiyata yang pernah diraih. Nuansa hijau juga dipilih penulis untuk menjadi layout dalam artikel ini.

commit to user

Layout artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”

Sumber : Majalah GoGirl! Agustus 2011

iii. Metafora Ornamen dari suatu berita yaitu kiasan, ungkapan, metafora digunakan penulis dalam menyampaikan pesan. Pemakaian metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk memaknai suatu teks. Berikut kutipan kalimatnya:

“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 1 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011)

Judul

Lead

Foto Green school : SDNP 12 Benhil

Gambar penghargaan Adiwiyata

Fototempat sampah

Foto Taman Lalu Lintas di SDNP 12 Benhil

commit to user

Metafora “hijau” digunakan penulis untuk menjelaskan keadaan sekolah yang rindang, sejuk, penuh dengan pepohonan.

“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. ” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)

Metafora “berdiri” digunakan penulis untuk menjelaskan bahwa SDNP 12 Benhil sudah ada sejak tahun 1974.

Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai sekolah dengan konsep “hijau” dengan berbagai programnya.

2. Analisis Kognisi Sosial

Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Agustus 2011, dan dari proses wawancara

tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti.

“Tema Gogirl! bulan Agustus tentang Ekskul Issue, jadi aku langsung kepikiran tentang sekolah-sekolah, termasuk buat artikel “Green Page”.

Kebetulan, waktu itu penghargaan Adiwiyata 2011 sudah berlangsung. Dari situ aku nyari sekolah di Jakarta yg berprestasi memperoleh Adiwiyata. ” kata Starin

commit to user

wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Menurut pandangan penulis, setiap murid seharusnya memiliki kesadaran untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terlebih lagi lingkungan sekolah mereka, jika hal ini konsisten dilakukan, maka akan banya green school di Indonesia dan juga dunia. Melalui artikel ini, penulis ingin mengingatkan bahwa kita harus selalu peduli lingkungan di sekitar, termasuk di sekolah. Oleh karena itu artikel ini menampilkan profil sekolah yang sudah diakui kepeduliannya terhadap lingkungan serta apa saja kegiatan sekolah ini supaya dapat menginspirasi dan menjadi teladan untuk siswa sekolah lain.

Penulis awalnya mendapatkan informasi dari internet, setelah mengetahui sekolah yang menerima penghargaan Adiwiyata, penulis mendatangi sekolah tersebut dan mencari informasi dengan melakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan juga guru koordiantor.

Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai sekolah dengan konsep “hijau”. Diharapkan mampu menginspirasi dan memotivasi sekolah-sekolah lain

untuk lebih peduli lingkungan.

3. Analisis Konteks Sosial

Belum banyak s ekolah dengan konsep “hijau” di Indonesia, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran warga sekolah dengan lingkungan. Sikap peduli lingkungan seharusnya ditanamkan sejak dini agar pribadi dapat terbentuk dengan baik. Meskipun banyak sekolah yang memiliki lingkungan yang bersih namun itu

commit to user

semua belum cukup untuk menjadikannya sebagai sekolah “hijau”. Karena untuk menjadi sekolah “hijau” diperlukan kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan.

Sekolah-sekolah dapat menambahkan pelajaran maupun kegiatan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan peduli lingkungan agar para muridnya lebih peduli lingkungan.

Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai sekolah “hijau” yang memulai aksi peduli lingkungan dari kesadaran hati. Dengan

program maupun kegiatan yang berhubungan dengan peduli lingkungan, sekolah ini mampu membentuk kesadaran peduli lingkungan pada murid-murid hingga seluruh warga sekolah.

Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

commit to user

1. Analisis Teks

Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, si ntaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Asia’s Most Polluted Cities”:

a. Tematik Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai beberapa kota di benua Asia yang sangat berpolusi menurut www.ouramazingplanet.com pada April 2011 lalu. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini adalah tentang permasalahan lingkungan di beberapa kota yang ada di benua Asia. Berikut kutipan kalimatnya:

“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih? ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September 2011)

commit to user

Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan.

Secara skematik, artikel “Asia’s Most Polluted Cities” memiliki 6 paragraf. Paragraf pertama berisi lead yang tergolong dalam teras berita “apa” (what lead),

paragraf kedua berisi tentang masalah polusi udara di Linfen, China, pada paragraf berikutnya berisi tentang pencemaran sungai di Kyrgyztan akibat limbah uranium. Di paragraf keempat berisi tentang permasalahan lingkungan karena tambang bijih krom di India, selanjutnya permasalahan pembuangan emisi berbahaya di Azerbaijan yang dimuat di paragraf 5 dan di paragraf terakhir memuat tentang pencemaran lingkungan akibat tambang timbal di China. Berikut kutipan paragrafnya:

“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya

ternyata di Asia! Kota mana aja sih?” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September

2011)

“Kota di Provinsi Shanxi ini adalah pusatnya industri batu bara di China. That makes this city has the worst air quality in China . Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 1-3, GoGirl! September 2011)

“Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada tambang uraniumnya. Di sana ada 23 tempat pembuangan limbah dan 13

commit to user

limbah...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl!

September 2011)

“Sukinda adalah kota penghasil bijih krom terbesar di dunia, 97% cadangan bijih krom India ada di sini. Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011)

“Kota di Asia Barat ini dulunya adalah pusat industri Uni Soviet. Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu-120 ribu ton

emisi berbahaya...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011)

“Tianying adalah salah satu kota penghasil timbal terbesar. Tapi karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama lingkungan,

banyak kasus keracunan timbal...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl!

September 2011)

c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut uraiannya:

i. Latar Latar pada teks ini adalah mengenai kota-kota yang sangat berpolusi di dunia, sebagian ada di Asia. Pencemaran lingkungan yang merugikan manusia maupun hewan yang tinggal di sekitarnya sedang marak terjadi. Pada April 2011 lalu, sebuah situs yang mengeksplorasi keindahan dunia melalui berita, foto, maupun video,

commit to user

terpolusi di dunia. Yang lebih mengejutkan lagi, dari 10 tempat terpolusi di dunia tersebut, 5 diantaranya berada di Asia. Berikut kutipannya:

daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget

soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih? ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl!

September 2011)

ii. Detil Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Asia’s Most Polluted Cities”:

“Kota di Provinsi Shanxi ini adalah pusatnya industri batu bara di China. That makes this city has the worst air quality in China. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011)

Dalam kalimat di atas, disebutkan bahwa Linfen yang merupakan kota di Provinsi Shanxi, China adalah pusat industri batu bara, sehingga udara di sana mengalami pencemaran akibat pembakaran batu bara. Hal ini merugikan warga di sekitar daerah industri tersebut sering mengalami gangguan pernafasan. Penulis memberikan

commit to user

terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud.

“Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada tambang uraniumnya .”. (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! September 2011)

Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa kota Mailuu-Suu di Kyrgyztan sangat tercemari akibat tambang uranium. Pencemaran air yang terjadi merupakan akibat dari pembuangan limbah tambang uranium ke sungai. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud.

“Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan. ..” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! September 2011)

Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa tambang bijih krom di Sukinda, India tidak mempunyai perencanaan dalam mengelola lingkungan di sekitarnya. Akibat yang ditimbulkan, selain mencemari udara, juga mencemari air bersih yang dikonsumsi warga sekitar. Sehingga timbul banyak penyakit akibat kejadian ini. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud.

commit to user

“Kota di Asia Barat ini dulunya adalah pusat industri Uni Soviet.

Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu-

120 ribu ton emisi berbahaya. ..” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011)

Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa sebanyak 40 pabrik mengeluarkan limbah berupa emisi berbahaya seberat 70ribu-140 ribu ton tiap tahunnya. Selain penyakit yang ditimbulkan akibat pembuangan limbah ini, kecacatan pada bayi juga merupakan akibat dari kejadian ini. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud.

“Tapi karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama lingkungan, banyak kasus keracunan timbal. ..” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl! September 2011)

Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa salah satu kota di China yaitu Tianying yang merupakan penghasil timbal terbesar, belum memiliki teknologi yang canggih dan kurang peduli terhadap lingkungan, akibatnya banyak kasus keracunan timbal yang terjadi. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud.

iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis.

commit to user

penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud:

“Jadi nggak heran kalau warga kota Linfen mengaku sering batuk

gara-gara debu di malam hari. Warga juga bilang, mereka nggak

bisa jemur cucian di luar rumah. Soalnya pakaian bisa berubah jadi hitam! Bahkan menurut catatan di klinik-klinik daerah itu,

banyak warga yang kena bronkitis, pneumonia, dan kanker

paru-paru. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 4-7,

GoGirl! September 2011)

Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa Linfen yang merupakan kota di Provinsi Shanxi, China adalah pusat industri batu bara, sehingga udara di sana mengalami pencemaran akibat pembakaran batu bara. Di elemen maksud ini, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas yaitu dengan menjelaskan bahwa warga sekitar daerah industri sering batuk-batuk di malam hari dan banyak penyakit yang ditimbulkan akibat kejadian ini.

“Yang bikin bahaya, di Mailuu-Suu sering ada gempa yang bisa membuat limbah-limbah itu jatuh ke sungai. Contohnya habis

gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-

Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai. ”. (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 3-4,

GoGirl! September 2011)

Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa kota Mailuu-Suu di Kyrgyztan sangat tercemari akibat tambang uranium. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas seperti kejadian gempa yang sering terjadi dan

commit to user

terlebih lagi peristiwa gempa yang terjadi pada tahun 2005 lalu membuat 300.000 m3 limbah jatuh ke sungai. Jatuhnya limbah ke sungai sangat mengganggu bahkan mengancam kelangsungan hidup warga dan biota sungai.

“Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium, logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan.

Approximately 70% of the surface water and 60% of the drinking water contains hexavalent chromium. Para pekerja tambang yang

terus kena debu da nair itu banyak yang kena TBC dan asma. Bahkan, sebanyak 84,7% kematian berada di wilayah tambang. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 4-7, GoGirl! September 2011)

Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa pertambangan bijih krom di kota Sukinda, India tidak mempunyai perencanaan dalam mengelola lingkungan di sekitarnya. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas seperti pencemaran udara dan air yang mengandung hexavalent chromium yang sangat berbahaya bagi kesehatan warga. Selain itu, ditambahkan beberapa fakta untuk mendukung pernyataan akibat yang ditimbulkan dari pencemaran limbah bijih krom yaitu penambang yang terkena penyakit pernafasan seperti bronkitis dan asma ketika menghirup maupun mengkonsumsi air dan udara yang ada. Ditambahkan juga informasi mengenai angka kematian sebesar 84,7% berada di wilayah tambang. Dampak yang ditimbulkan akibat

commit to user

lingkungan.

“Banyak warganya yang kena kanker, banyak juga bayi yang lahir prematur atau cacat. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 4, GoGirl! September 2011)

Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa sebanyak 40 pabrik mengeluarkan limbah berupa emisi berbahaya seberat 70 ribu-140 ribu ton tiap tahunnya di Sumqayit, Azerbaijan. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas seperti akibat yang ditimbulkan dari pembuangan puluhan hingga ratusan ribu ton emisi berbahaya, yaitu selain penyakit kanker, kecacatan pada bayi juga merupakan akibat dari kejadian ini.

“Udara dan tanah di sana punya kadar timbal yang cukup

tinggi, tanaman para petani juga tercemar debu timbal. Anak- anak pun banyak yang punya masalah pendengaran dan

penglihatan, IQ-nya menurun, mengalami kerusakan otak. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2,

GoGirl! September 2011)

Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa salah satu kota di China yaitu Tianying yang merupakan penghasil timbal terbesar, namun belum memiliki teknologi yang canggih dan kurang peduli terhadap lingkungan. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan menjelaskan beberapa akibat yang ditimbulkan karena keracunan timbal yang terjadi yaitu pencemaran udara dan tanah karena mengandung kadar timbal yang

commit to user

hingga anak-anak di sekitar tambang memiliki masalah dengan pendengaran, penglihatan, penurunan IQ, dan kerusakan otak.

iv. Praangapan Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya:

“Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium, logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 4, GoGirl! September 2011)

Kata penghubung “kalo” merupakan bahasa tidak baku, dalam bahasa baku, kata penghubung “kalo” berubah menjadi “kalau”.

Kata ini membawa kalimat kepada sebuah pengandaian, meskipun belum diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Kalimat di atas menjelaskan jika air yang terkontaminasi dengan hexavalent chromium akan sangat berbahaya bagi kesehatan warga, terlebih jika dihirup atau dikonsumsi.

v. Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:

commit to user

“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar

10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5

diantaranya ternyata di Asia ! Kota mana aja sih?” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September 2011)

Melalui kalimat ini, penulis ingin menyampaikan bahwa melalui situs www.ouramazingplanet.com yang dirilis pada April 2011 lalu disebutkan daftar 10 tempat terpolusi di dunia, dan 5 diantaranya berada di Asia. 5 kota yang disebutkan berada di wilayah Asia, ini menandakan bahwa kurangnya kesadaran untuk lebih peduli lingkungan. Dari kota-kota yang disebutkan, semuanya adalah kota industri maupun tambang, namun karena pengolahan limbah yang tidak pada tempatnya atau karena kurang canggihnya teknologi yang ada, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang terjadi pun tidak hanya udara, namun juga air dan udara bahkan banyak penyakit hingga kematian ditimbulkan akibat permasalahan ini.

“Di sana ada 23 tempat pembuangan limbah dan 13 pembuangan batuan yang menyimpan sekitar 2 juta meter kubik limbah. Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 2;4, GoGirl! September 2011)

Penggunaan elemen nominalisasi pada kalimat di atas ingin menggambarkan bahwa jumlah pembuangan limbah dan batuan sebanyak belasan hingga puluhan dan limbah yang dihasilkan pun tidak sedikit, yaitu sebanyak 2 juta m3. Kemudian saat terjadi gempa

commit to user

Suu. Dengan jumlah limbah yang begitu banyak, hingga mencemari sungai maka sangat membahayakan bagi warga dan biota sungai.

“Sukinda adalah kota penghasil bijih krom terbesar di dunia, 97%

cadangan bijih krom India ada di sini. Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan. Lebih dari 30 juta ton limbah batuan tersebar di sekitar tambang. Approximately 70% of the surface water and 60% of the drinking water contains hexavalent chromium. Bahkan, sebanyak 84,7% kematian berada di

wilayah tambang. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 1;2;3;5;7,

GoGirl! September 2011)

Penggunaan elemen nominalisasi dalam kalimat-kalimat di atas bertujuan untuk mendukung informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Dalam kalimat pertama dijelaskan bahwa sebesar 97% cadangan bijih krom India ada di Sukinda, hal ini menggambarkan cadangan bijih krom India dihasilkan dan disimpan di Sukinda. Kemudian di kalimat selanjutnya digambarkan bahwa sebanyak 12 tambang di kota ini tidak mempunyai perencanaan pengelolaan lingkungan, sehingga limbah-limbah yang dihasilkan sebanyak 30 juta ton hanya tersebar begitu saja di sekitar tambang. Di kalimat kelima, dijelaskan bahwa hampir 70% permukaan air dan 60% air minum mengandung hexavalent chromium. Pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah sangat merugikan warga dan banyak penyakit pernafasan diderita warga hingga angka kematian sebesar 84,7% berada di wilayah tambang.

commit to user

“Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu-

120 ribu ton emisi berbahaya. Sekarang sih kira-kira tinggal 20%

aja pabrik yang masih jalan. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 2;5, GoGirl! September 2011)

Elemen nominalisasi kembali digunakan pada kalimat ke 2 dan 5 di paragraf kelima.Pada kalimat kedua dijelaskan bahwa sebanyak 40 pabrik mengeluarkan 70 ribu-120 ribu ton emisi berbahaya tiap tahunnya. Hal ini sangat mengganggu kelangsungan hidup warganya, banyak penyakit yang menjangkiti warga hingga bayi yang lahir prematur maupun cacat akibat dari pembuangan limbah berbahaya ini. Selanjutnya di kalimat kelima dijelaskan bahwa meskipun kurang lebih 20% dari jumlah pabrik yang ada atau sekitar

8 pabrik masih beroperasi, namun bukan hal yang mudah untuk membersihkan kota dari pencemaran yang sudah ada puluhan tahun sebelumnya.

d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi, pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:

i. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya:

commit to user

“Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara. Jadi nggak heran kalau warga kota Linfen mengaku sering batuk gara-gara debu di malam hari. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3-4, GoGirl! September 2011)

Kata penghubung “jadi” menggabungkan 2 kalimat yang mempunyai hubungan sebab-akibat. Di kalimat pertama yang menjelaskan

keadaan udara di kota tersebut yang tercemari polusi akibat pembakaran batu bara dianggap sebagai penyebab kesehatan warga yang terganggu karena debu di malam hari dan timbulnya berbagai penyakit pernafasan sebagai akibat dari pencemaran udara tersebut.

“Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada tambang uraniumnya. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! September 2011)

Kalimat di atas menggunakan kata “karena” yang menunjukkan koherensi sebab-akibat yang menjelaskan bahwa kota Mailuu-Suu

terpolusi akibat pencemaran lingkungan dari tambang uranium.

“Para pekerja tambang yang terus kena debu dan air itu jadi banyak yang kena TBC dan asma. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 6, GoGirl! September 2011)

Seperti kalimat sebelumnya yang menggunakan kata penghubung “jadi” yang menggabungkan kalimat satu dengan lainnya sehingga

membentuk makna hubungan sebab-akibat. Dalam kalimat ini, menjelaskan bahwa akibat yang akan dirasakan oleh para pekerja tambang jika terus menerus terkena debu dan air yang sudah

commit to user

TBC dan asma.

“That’s why, Sumqayit had one of the highest mortality rates in the world during the Soviet era . ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 3, GoGirl! September 2011)

Kalimat di atas menggunakan kata “that’s why” yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “itulah sebabnya” yang menunjukkan

koherensi sebab-akibat. 40 pabrik di Uni Soviet mengeluarkan 70- 120 ribu ton emisi berbahaya yang menjadikan salah satu angka kematian tertinggi di era Uni Soviet.

ii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan dalam artikel “Asia’s Most Polluted Cities” menggunakan kata “tapi”. Penulis

hendak menyampaikan sesuatu yang bersebarangan. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di dalamnya:

“Sekarang sih kira-kira tinggal 20% aja pabrik yang masih jalan. Tapi tetep aja nggak gampang buat bersihin kota dari pencemaran

puluhan tahun. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 5-6,

GoGirl! September 2011)

Pada kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata “tapi” untuk menggambarkan sesuatu yang berseberangan. Meskipun sekarang

commit to user

jumlah pabrik di beberapa waktu yang lalu yaitu 40 pabrik, namun tetap saja pencemaran yang sudah dilakukan puluhan tahun yang lalu sulit untuk dibersihkan.

“Tianying adalah salah satu kota penghasil timbal terbesar. Tapi karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama

lingkungan, banyak kasus keracunan timbal. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2,

GoGirl! September 2011)

Sama seperti kutipan kalimat sebelumnya, penulis kembali menggunakan kata “tapi” untuk menggambarkan sesuatu yang

berseberangan. Meskipun Tianying merupakan kota penghasil timbal terbesar di dunia yang seharusnya didukung dengan kecanggihan teknologi serta peduli dengan lingkungan di sekitarnya, namun pada kenyataannya, kurang canggihnya teknologi yang ada serta kurang pedulinya terhadap lingkungan di sekitar, menyebabkan berbagai masalah akibat keracunan timbal terjadi. Gangguan pendengaran dan penglihatan, penurunan IQ, serta kerusakan otak merupakan akibat dari keracunan timbal yang sudah mencemari udara dan tanah.

iii. Kata ganti Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dakam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:

“Warga juga bilang, mereka nggak bisa jemur cucian di luar rumah. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 5, GoGirl! September 2011)

commit to user

Kata ganti “mereka” yang terkandung dalam kalimat di atas dipilih penulis untuk menyampaikan bahwa yang dimaksud adalah warga kota Linfen itu sendiri. Jika pada kalimat-kalimat sebelumnya,

penulis menggunakan istilah “warga” untuk menyebut penduduk kota, maka di kalimat ini penuli s menggunakan kata ganti “mereka”.

Posisi warga kota Linfen dalam kalimat di atas seperti mereka mengungkapkan sesuatu.

e. Stilistik Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya:

“Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3, GoGirl! September 2011)

Penulis menggunakan leksikon “polusi” untuk menjelaskan untuk menjelaskan pencemaran lingkungan yang dilakukan melalui udara. Sehingga mengganggu saluran pernafasan warga sekitar.

“Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl! September 2011)

Penulis menggunakan leksikon “membahayakan” untuk menjelaskan ancaman keselamatan atau mendatangkan bahaya bagi warga Mailuu-Suu.

commit to user

“Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl! September 2011)

Penulis menggunakan leksikon “biota” digunakan untuk menjelaskan seluruh flora dan fauna yang hidup dalam suatu ekosistem, dalam hal ini adalah sungai.

“Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium, logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3, GoGirl! September 2011)

Penulis menggunakan leksikon “tercemar” untuk menjelaskan keadaan air bersih di Sukinda yang kurang layak konsumsi karena mengandung

hexavalent chromium yang sangat berbahaya bagi tubuh. Leksikon “bahaya” digunakan untuk menjelaskan ancaman keselamatan jika air

bersih yang ada di aliran di sungai mengandung hexavalent chromium. Leksikon lain yang digunakan adalah “terhirup” untuk menjelaskan

sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja, dalam hal ini adalah mengambil udara . Selanjutnya, leksikon yang digunakan penulis adalah “tertelan” untuk menjelaskan sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja

memakan atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang sudah dicemari oleh hexavalent chromium.

f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa

commit to user

uraiannya:

i. Ekspresi Ekspresi merupakan cara penulis menyampaikan apa yang ia rasakan. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen ekspresi di dalamnya:

“Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia!” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl!

September 2011)

“Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan. ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! September 2011)

“Anak-anak pun banyak yang punya masalah pendengaran dan penglihatan, IQ-nya menurun, mengalami kerusakan otak. Duh sedihnya... ” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 5, GoGirl! September 2011)

Dalam kutipan kalimat di atas, penulis ingin mengungkapkan apa yang ia rasakan, seperti bentuk simpati atau prihatin atas kejadian yang ditimbulkan akibat pencemaran timbal di lingkungan industri tersebut.

ii. Grafis Layout teks ini sederhana hanya menampilkan foto masing-masing kota yang dibahas. Foto tersebut diletakkan di atas teks sehingga membantu pembaca untuk memahami teks yang ditulis. Foto

commit to user

lingkungannya masing-masing. Gambar 3.3

Layout Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”

Sumber: Majalah GoGirl! September 2011 Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai kota-kota terpolusi di Asia dengan segala permasalahannya.

Judul Lead

Foto kota-kota terpolusi di Asia

commit to user

Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam rubrik “Green Page” majalah GoGirl! September 2011, dan dari proses wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti. Awalnya sesuai dengan tema besar untuk bulan September adalah segala sesuatu tentang Asia, maka penulis menyampaikan pendapatnya untuk memuat artikel tentang kota-kota bersih yang ada di Asia. Pendapat tersebut disetujui oleh pemimpin redaksi, namun pemimpin redaksi menghendaki untuk memuat tentang kota-kota kotor di Asia.

“Tujuan penulisan artikel ini cuma sekedar ngasih tau aja ke pembaca, kota- kota mana yang paling polusi di Asia dan alasannya. ” kata Starin Sani, penulis

artikel “Asia’s Most Polluted Cities” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Disamping itu, penulis menyampaikan keprihatinannya terhadap

kota-kota yang terpolusi di dunia, ada di Asia. Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca tentang kota terpolusi di dunia, sebagian terdapat di Asia.

3. Analisis Konteks Sosial

Permasalahan lingkungan bukan lagi menjadi hal yang baru. Jika permasalahan lingkungan yang sedang marak diperbincangkan adalah mengenai dampak pemanasan global berupa naiknya suhu udara secara signifikan serta terjadinya beberapa bencana alam di berbagai belahan bumi. Bencana alam yang terjadi bukan murni akibat bumi yang semakin tua usianya, namun sikap manusia

commit to user

alam. Dari daftar 10 kota terpolusi di dunia, 5 diantaranya terdapat di Asia. Beberapa kota tersebut merupakan kota tambang dan industri. Sebenarnya bukan permasalahan kota terpolusi itu merupakan kota tambang dan industri, namun karena kurang canggihnya teknologi yang ada serta rendahnya kesadaran para warga untuk peduli lingkungan, membuat lingkungan mereka terpolusi.

Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan bahwa penyebab terpolusinya kota-kota tersebut adalah kurang canggihnya teknologi yang digunakan industri maupun tambang dan juga rendahnya kesadaran para warga untuk peduli lingkungan.

Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Asia’s Most Polluted Cities” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

commit to user

1. Analisis Teks

Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Green Eating; Simple Planting ”:

a. Tematik Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai cara makan yang

“go green” dan menanam tanaman dengan mudah. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini adalah tentang bagaimana seseorang bisa makan dengan cara yang sehat dan bagaimana menanam tanaman yang bermanfaat untuk kehidupan dengan mudah. Berikut kutipan kalimatnya:

“Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung mikir reduce-reuse-recycle , bersepeda, menanam pohon, dsb. Padahal,

dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green

living lho! ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1, GoGirl! Oktober

2011)

commit to user

“Mungkin banyak yang nganggap kalau gardening itu ribet, susah dan cuma bikin kotor. Eits, jangan salah. Ada juga lho beberapa tanaman

yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake ribet dan

pastinya bermanfaat! Apa aja sih? Habis baca ini langsung tanam rame- rame yuk!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl! Oktober

2011)

b. Skematik Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead, serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan.

Secara skematik, artikel “Green Eating; Simple Planting” memiliki 13 paragraf, paragraf 1 berisi lead yang tergolong dalam teras berita “bagaimana”

(how lead), kemudian pada paragraf 2-7 membahas mengenai cara makan namun tetap mempertahankan gaya hidup “hijau”, dan di paragraf 8-13 dibahas mengenai

tanaman yang bermanfaat serta cara menanamnya. Berikut kutipan paragrafnya:

“... Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1, GoGirl! Oktober 2011)

“...Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh dikurangi dikit-dikit makan dagingnya. Nggak perlu sampai jadi vegetarian kok, minimal satu

atau dua hari aja dalam seminggu kita nggak makan daging sama sekali...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2, GoGirl! Oktober

2011)

commit to user

“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng, atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak sehat buat

tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan bumi...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3, GoGirl! Oktober

2011)

“Konsumsi dari daerah sendiri yuk! Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4, GoGirl! Oktober 2011) “Green eating nggak cuma berkaitan sama apa yang kita makan aja lho. Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5, GoGirl! Oktober

2011)

“Butuh proses sampai akhirnya makanan ada di piring kita. Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia- sia?...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6, GoGirl! Oktober 2011)

“Sekarang ini emang makanan organik makin banyak dicari. Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat, karena nggak

mengandung pestisieda dan bahan kimia lain...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7, GoGirl! Oktober 2011)

“... Ada juga lho beberapa tanaman yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake ribet dan pastinya bermanfaat!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl! Oktober

2011)

“Buah strawberry yang cantik dan punya banyak manfaat ini ternyata gampang juga lho buat ditanam!...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9, GoGirl! Oktober

2011)

“Menanam tomat juga nggak kalah gampang lho. Sebar aja bijinya di tanah di dalam pot...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10, GoGirl! Oktober 2011)

commit to user

“Selain sering dipake jadi bumbu dapur jahe juga punya banyak manfaat lho buat kesehatan.. .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11, GoGirl! Oktober 2011)

“Nah, kalau tanaman yang satu ini bagus banget buat mengatasi polusi udara. Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rok ok!...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12, GoGirl! Oktober 2011)

“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit, padahal it’s really easy to plant it...”

(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13, GoGirl! Oktober 2011)

c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut kutipannya:

i. Latar Latar pada teks “Green Eating; Simple Planting” adalah mengenai pemikiran orang tentang green living yang tidak harus dengan reduce -reuse-recycle, namun dengan menerapkan pemilihan menu makanan yang tepat serta menanam tanaman yang bermanfaat, itu merupakan bagian dari green living. Berikut kutipan kalimatnya:

“Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung mikir reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam pohon, dsb.

Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah

mempraktekkan green living lho! ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13, GoGirl! Oktober 2011)

commit to user

“Mungkin banyak yang nganggap kalau gardening itu ribet, susah dan cuma bikin kotor. Eits, jangan salah. Ada juga lho beberapa

tanaman yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake

ribet dan pastinya bermanfaat! Apa aja sih? Habis baca ini langsung tanam rame- rame yuk!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl!

Oktober 2011)

ii. Detil Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artik el “Green Eating; Simple Planting”:

“Producing meat requires huge amounts of water and land. Belum

lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan

mengolah daging .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 1-2,

GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kalimat ini dijelaskan bahwa untuk menghasilkan sebuah daging dibutuhkan banyak energi. Informasi ini ditulis oleh penulis untuk mendukung sesuatu yang ingin disampaikan yaitu mendorong pembaca untuk mengurangi konsumsi daging.

commit to user

atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan

bumi .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 1-2,

GoGirl! Oktober 2011)

Informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis terlihat dalam kalimat di atas. Kalimat di atas ingin memberikan pemahaman bahwa makanan yang dikemas dalam kemasan apapun kurang sehat bagi tubuh dan juga kurang baik untuk kesehatan bumi.

“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan,

makin dikit energi buat memroses, menyimpan, dan

mengirimnya .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 1-2,

GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis ingin menampilkan informasi bahwa semakin dekat jarak sumber makanan, maka semakin sedikit energi untuk memproses, menyimpan, dan mengirimnya. Informasi ini dianggap penulis mampu mendukung maksud yang ingin disampaikannya yaitu untuk mengurangi mengkonsumsi makanan yang dikemas.

“Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin. Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terb uat dari kertas.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011)

Masalah packaging makanan yang hendak dikonsumsi juga harus diperhatikan. Penulis menambahkan informasi yang mendukung

commit to user

makan yang bisa diurai dengan mudah.

“Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia- sia? Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin sampah .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011)

Informasi yang mendukung gagasan penulis dengan menulis pernyataan bahwa dengan menghabiskan makanan yang ada, maka sudah berpartisipasi dalam mengurangi sampah. Hal ini juga mendukung gaya hidup “hijau”.

“Selain sehat buat tubuh, organic food juga sehat buat lingkungan lho.”

(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis ingin menambahkan informasi bahwa ada beberapa keuntungan dengan mengkonsumsi makanan organik yaitu sehat untuk tubuh dan juga sehat untuk lingkungan.

“Buah strawberry yang cantik dan punya banyak manfaat ini ternyata gampang juga lho buat ditanam !” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi tambahan mengenai keunggulan buah strawberry yang selain bentuknya cantik, juga bisa ditanam dan menghasilkan manfaat yang baik.

commit to user

“Menanam tomat juga nggak kalah gampang lho. Sebar aja bijinya di tanah di dalam pot .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011)

Penulis menuliskan informasi untuk mendukung gagasan yang ingin disampaikannya. Informasi tersebut menjelaskan bahwa tomat sangat mudah untuk ditanam, dengan menyebar bijinya di atas tanah, tanaman tomatpun bisa tumbuh.

“Selain sering dipake jadi bumbu dapur jahe juga punya banyak manfaat lho buat kesehatan .”

(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menambahkan informasi yang mendukung gagasannya, yaitu dengan menambahkan fakta bahwa selain digunakan menjadi bumbu dapur, jahe mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan.

“Nah, kalau tanaman yang satu ini bagus banget buat mengatasi polusi udara. Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di

daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011)

Informasi berupa penjelasan keuntungan dari tanaman lidah mertua sebagai penyerap polusi udara, juga mudah untuk ditanam. Informasi seperti ini ditulis penulis untuk mendukung gagasan yang ingin disampaikannya.

commit to user

“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit, padahal it’s really easy to plant it.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1, GoGirl! Oktober 2011)

Penulis menambahkan informasi berupa cara menanam tanaman cabai yang begitu mudah, sehingga pembaca bisa menanamnya di rumah. Meskipun di luar, harga cabai terus melambung, namun dengan menanamnya di rumah, itu menjadi suatu keuntungan tersendiri.

iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis. Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud:

“Producing meat requires huge amounts of water and land. Belum

lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan

mengolah daging .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 1-2,

GoGirl! Oktober 2011)

Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa untuk menghasilkan sebuah daging dibutuhkan banyak energi. Di elemen maksud ini, informasi yang mendukung ditulis dengan lebih mendetail yaitu dengan menjelaskan bahwa untuk memproses daging dibutuhkan banyak air dan tenaga listrik untuk menyimpan dan mengolahnya.

commit to user

“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng,

atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan

bumi .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 1-2,

GoGirl! Oktober 2011)

Pada elemen detil, dijelaskan bahwa makanan yang dikemas dalam kemasan apapun kurang sehat bagi tubuh dan juga kurang baik untuk kesehatan bumi. Di elemen maksud, informasi tersebut lebih dijelaskan dengan menguraikan macam-macam bentuk kemasan pembungkus makanan yaitu kotak, kaleng, siap saji, maupun mengandung zat pengawet yang tidak baik untuk kesehatan tubuh.

“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan,

makin dikit energi buat memroses, menyimpan, dan

mengirimnya .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011)

Semakin dekat jarak sumber makanan, maka semakin sedikit energi untuk memproses, menyimpan, dan mengirimnya, hal ini dijelaskan pada analisis elemen detil. Informasi ini dianggap penulis mampu mendukung maksud yang ingin disampaikannya yaitu untuk mengurangi mengkonsumsi makanan yang dikemas. Pada analisis elemen maksud, lebih diuraikan kembali alasan mengapa lebih baik membeli dan mengkonsumsi produk lokal, karena semakin dekat dengan sumber makanan, maka energi yang diperlukan untuk memproses, menyimpan, bahkan mengirimnya lebih sedikit.

commit to user

“Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin. Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari kertas.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011)

Masalah packaging makanan yang hendak dikonsumsi juga harus diperhatikan. Penulis menambahkan informasi yang mendukung gagasannya untuk menganjurkan pembaca menggunakan tempat makan yang bisa diurai dengan mudah. Pada analisis elemen maksud ini, penulis menjelaskan macam-macam bahan packaging makanan yang tidak aman dan susah diurai seperti plastik dan styrofoam.

“Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia- sia? Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin sampah .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011)

Informasi yang mendukung gagasan penulis dengan menulis pernyataan bahwa dengan menghabiskan makanan yang ada, maka sudah berpartisipasi dalam mengurangi sampah.

“Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat,

karena nggak mengandung pestisieda dan bahan kimia lain. Selain sehat buat tubuh, organic food juga sehat buat lingkungan lho. Buah, sayuran, air, udara, ulat, dan hewan lain jadi bebas

dari bahan-bahan berbahaya. ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 2-4,

GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kalimat di atas, penulis menambahkan informasi bahwa ada beberapa keuntungan dengan mengkonsumsi makanan organik yaitu sehat untuk tubuh dan juga sehat untuk lingkungan. Dan pada

commit to user

tentang apa saja keuntungan yang didapat jika mengkonsumsi makanan organik. Makanan organik tidak mengandung pestisida dan bahan kimia lainnya sehingga sehat bagi tubuh. Selain itu, buah, sayuran, air, udara ulat, dan hewan lainnya bebas dari bahan-bahan berbahaya.

“Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan

disiram 1 kali aja. Buat yang tinggal di daerah panas, kita bisa taruh pot strawberry di teras rumah atau tempat yang nggak kena sinar matahari langsung. Kalau daunnya mengering,

semprot pakai sprayer berisi air dingin .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2-4,

GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan buah strawberry yang selain bentuknya cantik, juga bisa ditanam dan menghasilkan manfaat yang baik. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam strawberry.

“Sebar aja bijinya di tanah di dalam pot. Biji-biji ini nantinya

bakal kering, terus jadi bibit tomat yang siap tumbuh dan

berbuah. Kalau pingin lebih gampang, beli aja bibit yang udah jadi.

Bibit tomat paling ideal ditanam pas masa peralihan dari musim hujan ke musim panas. Enaknya, tomat nggak butuh banyak

cahaya matahari, cuma perlu disiram aja secara teratur .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 2-6,

GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan tomat yang mudah ditanam. Pada analisis

commit to user

langkah-langkah dan tips menanam tomat.

“Tinggal tanam aja bibit jahe dengan posisi direbahin ke tanah

yang cukup kering, nggak lembab. Kebetulan, tanaman ini

emang nggak butuh banyak air. Jadi nggak perlu sering-sering disiram deh.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 3-5,

GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan jahe selain sebagai bumbu dapur yang mudah ditanam. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam jahe.

“Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok! Makanya, tanaman ini

bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali. How to

plant it then? Ambil potongan lidah mertua beserta akarnya,

terus ditanam aja di pot. Nyiramnya cukup sekali aja ya sehari !” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2-7, GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan lidah mertua yang bisa menyerap polusi udara. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai kemampuan tanaman lidah mertua menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Selain itu, juga dijelaskan bagaimana penempatan tanaman ini yang begitu

commit to user

membutuhkan siraman air satu kali dalam sehari.

“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya

selangit, padahal it’s really easy to plant it. Sebar biji-biji cabai ke pot yang udah diisi tanah subur. Siram secukupnya secara

teratur. Beberapa hari berikutnya bakal mulai kelihatan tunas kecil. Kalau udah begini, tinggal dirawat biasa sampai berbuah. Simple

kan? Kalau aja semua keluarga di negara kita mau menanam cabai, nggak bakal deh cabai jadi barang langka .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1-7, GoGirl! Oktober 2011)

Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai tanaman cabai yang mudah untuk ditanam. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam cabai.

iv. Praanggapan Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya:

“Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia- sia?” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl! Oktober 2011)

Kata “kalo” digunakan penulis untuk mengungkapkan sebuah pengandaian yang meskipun belum diketahui kebenarannya, namun

dijadikan dasar untuk mendukung apa yang hendak disampaikan. Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa ketika makanan yang ada di

commit to user

membuang banyak energi saat memproses makanan tersebut.

“Kalau daunnya mengering, semprot pakai sprayer berisi air dingin.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 4, GoGirl! Oktober 2011)

Kata “kalau” digunakan penulis untuk memberikan gambaran jika daun tanaman strawberry mengering, maka yang harus dilakukan adalah menyemprot daun yang mengering tersebut dengan sprayer berisi air dingin.

“Kalau pingin lebih gampang, beli aja bibit yang udah jadi.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 4,

GoGirl! Oktober 2011)

Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis, membawa kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum

diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna bahwa ada cara mudah untuk menanam tomat yaitu dengan membeli bibit yang sudah jadi, tinggal ditanam kemudian ditunggu hingga tumbuh dan berbuah.

“Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 4, GoGirl! Oktober 2011)

Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis, membawa kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum

commit to user

pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna bahwa tanaman lidah mertua yang bisa bertahan hidup diberbagai suhu dan cahaya, bisa diletakkan dimana saja, namun jika memang ingin meletakkan tanaman ini di dalam ruangan, disarankan untuk mengeluarkan tanaman ini seminggu sekali.

“Kalau aja semua keluarga di negara kita mau menanam cabai, nggak bakal deh cabai jadi barang langka.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 7 GoGirl! Oktober 2011)

Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis, membawa kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum

diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna pengandaian jika semua keluarga di Indonesia beramai-ramai menanam cabai, maka cabai bukan lagi menjadi barang langka yang harganya tinggi.

v. Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:

“Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan disiram

1 kali aja .” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2

GoGirl! Oktober 2011)

commit to user

mampu mempengaruhi makna adalah “1”. Tanaman strawberry tidak terlalu membutuhkan banyak air, karena hanya disiram satu kali

sehari.

“Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011)

Elemen nominalisasi yang ditulis dalam kalimat ini adalah “107 jenis polutan”. Kalimat ini menginformasikan bahwa tanaman lidah mertua mampu menyerap 107 jenis polutan yang ada di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Meskipun tanaman ini tampak seperti tanaman hias, namun manfaat yang diberikan tanaman ini cukup memberikan dampak positif bagi manusia.

d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi, pengingkaran, dan kata ganti. Berikut uraiannya:

i. Bentuk kalimat Penulis menggunakan beberapa bentuk kalimat yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif dalam penulisan artikel “Green Eating; Simple Planting ”. Berikut kutipan kalimatnya:

“Sekarang ini emang makanan organik makin banyak dicari.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 1

GoGirl! Oktober 2011)

commit to user

yaitu makanan organik.

“Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan disiram

1 kali aja. ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2

GoGirl! Oktober 2011)

Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman strawberry.

“Bibit tomat paling ideal ditanam pas masa peralihan dari musim hujan ke musim panas. Enaknya, tomat nggak butuh banyak cahaya matahari, cuma perlu disiram aja secara teratur. ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 5-6 GoGirl! Oktober 2011)

Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman tomat.

“Tinggal tanam aja bibit jahe dengan posisi direbahin ke tanah yang cukup kering, nggak lembab. ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11kalimat 3 GoGirl! Oktober 2011)

Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman tomat.

“Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau

ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali. How to plant it then? Ambil potongan lidah mertua beserta akarnya, terus ditanam aja di pot. ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 3

GoGirl! Oktober 2011)

commit to user

obyek, yaitu tanaman jahe.

“Kalau udah begini, tinggal dirawat biasa sampai berbuah.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 5 GoGirl! Oktober 2011)

Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman cabai.

ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya:

“Belum lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan mengolah daging. Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh

dikurangi dikit- dikit makan dagingnya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2

GoGirl! Oktober 2011)

Koherensi yang digunakan dalam kalimat di atas adalah “jadi”. Kedua kalimat di atas saling berkesinambungan, pada kalimat

pertama dijelaskan bahwa untuk mengolah daging, diperlukan energi listrik untuk menyimpan dan mengolahnya. Selanjutnya pada kalimat kedua, penulis menulis kalimat penjelas dari kalimat pertama. Tidak perlu menjadi vegetarian atau tidak mengkonsumsi daging sama sekali, namun berusaha untuk mengurangi konsumsi daging sedikit demi sedikit.

commit to user

“Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan bumi. Soalnya, butuh proses produksi yang lebih rumit

buat mengemas makanan ini.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 2-3

GoGirl! Oktober 2011)

Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua

merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Pada kalimat pertama dijelaskan mengenai dampak buruk dari makanan yang dikemas dan pada kalimat kedua, dijelaskan bahwa selain memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan, makanan kemasan membutuhkan proses produksi yang begitu rumit, membutuhkan energi yang banyak, serta menghasilkan limbah.

“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan, makin

dikit energi buat memroses, menyimpan, dan mengirimnya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 2-3 GoGirl! Oktober 2011)

Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua

merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Pada kalimat pertama dijelaskan mengenai konsumsi makanan lokal yang mendukung petani lokal serta mengurangi efek buruk bagi lingkungan. Selanjutnya pada kalimat kedua, dijelaskan alasan mengapa harus mengkonsumsi makanan lokal. Kedua kalimat

tersebut dihubungkan dengan koherensi “soalnya”.

commit to user

“Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat, karena nggak mengandung pestisieda dan bahan ki mia lain.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011)

Koherensi yang digunakan penulis untuk menggabungkan kalimat di atas adalah “karena” yang menjelaskan adanya hubungan sebab-

akibat. Pada kalimat pertama dijelaskan bahwa makanan organik merupakan jenis makanan sehat, dan anak kalimat menjelaskan bahwa makanan organik dikatakan sehat karena tidak mengandung pestisieda maupun bahan kimia lainnya yang dapat berbahaya untuk tubuh.

“Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 3 GoGirl! Oktober 2011)

Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Kalimat pertama menjelaskan bahwa tanaman lidah mertua bagus jika diletakkan di dalam ruangan, pada anak kalimat dijelaskan alasan mengapa tanaman lidah mertua bagus jika diletakkan di dalam ruangan, karena tanaman tersebut mampu bertahan hidup di berbagai suhu dan cahaya.

commit to user

Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit.

“Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung mikir reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam

pohon, dsb. Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” ( Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1 kalimat

2 GoGirl! Oktober 2011)

Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah “padahal”. Penggunaan koherensi tersebut untuk menggabungkan

kalimat sehingga membentuk makna yang kuat. Koherensi “padahal” menunjukkan adanya sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat

pertama dijelaskan bahwa untuk mengikuti cara hidup “hijau” tidak selalu dengan 3R, bersepeda, menanam pohon, dan kegiatan “hijau” lainnya. Dengan memilih makanan yang tepat untuk tubuh, itu termasuk dalam cara hidu p “hijau”.

“Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari

kertas.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 3 GoGirl! Oktober 2011)

Koherensi yang digunakan pada kalimat di atas adalah “daripada” dan “mending”. Kata “mending” merupakan bentuk kata tidak baku, bentuk bakunya adalah lebih baik. Penulis menggunakan koherensi tersebut untuk membedakan atau membandingkan peristiwa satu

commit to user

dengan kemasan yang sulit diurai seperti styrofoam atau plastik, maka lebih baik membeli makanan yang dibungkus dengan kertas.

“Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali. ” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1 GoGirl! Oktober 2011)

Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah “tapi” menunjukkan pengingkaran yang menjelaskan bahwa tanaman lidah mertua biasanya diletakkan di luar ruangan untuk menyerap polusi udara, namun juga bisa diletakkan di dalam ruangan.

“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit, padahal it ’s really easy to plant it.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1 GoGirl! Oktober 2011)

Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah “padahal”. Penggunaan koherensi tersebut untuk menggabungkan

kalimat sehingga membentuk makna yang kuat. Koherensi “padahal” menunjukkan adanya sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat pertama, dijelaskan bahwa harga cabai yang terus merangkak naik. Namun pada anak kalimat dijelaskan bahwa tanaman cabai ini merupkana tanaman yang mudah untuk ditanam dan dirawat. Untuk menggabungkan kalimat tersebut, penulis menggunakan kata “padahal”.

commit to user

Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:

“Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011)

“Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh dikurangi dikit- dikit makan dagingnya. Nggak perlu sampai jadi vegetarian kok,

minimal satu atau dua hari aja dalam seminggu kita nggak makan daging sama sekali. We can do that, right? (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 3-5 GoGirl! Oktober 2011)

“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 2

GoGirl! Oktober 2011)

“Green eating nggak cuma berkaitan sama apa yang kita makan aja lho. Atau, kita juga bisa selalu bawa wadah, tas, plastik, atau tempat

minum sendiri.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 1;3 GoGirl! Oktober 2011)

“Butuh proses sampai akhirnya makanan ada di piring kita. Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-sia?

Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin sampah. Jadi, pas ngambil nasi di meja, ambil sesuai porsi yang sanggup kita makan.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 1-4

GoGirl! Oktober 2011)

Dalam beberapa kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata ganti “kita” untuk memposisikan dirinya sama dengan pembaca.

commit to user

Kata ganti “kita” menimbulkan keintiman penulis dengan pembacanya.

e. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk artikel “Green Eating; Simple Planting”, penekanan pada teks hanya melalui

grafis. Layout artikel ini selain teks, ditampilkan juga foto-foto yang mendukung teks.

Gambar 3.4 Layout artikel “Green Eating; Simple Planting”

Sumber: Majalah GoGirl! Oktober 2011

Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan

Judul

Lead Lead

Foto daging

Judul

Foto paper bag

Foto makanan dalam kemasan

Foto buah lokal

Foto piring makan Foto cabai

Foto buah dan sayur organik

Foto strawberry

Foto jahe

Foto tomat

Foto tanaman lidah mertua

commit to user

wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah green living yang bisa dilakukan dengan cara memilih makanan dan juga mananm serta merawat tanaman.

2. Analisis Kognisi Sosial

Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Oktober 2011, dan dari proses wawancara

tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti.

“Sesuai dengan tema Gogirl! bulan Oktober tentang Culinary Issue. Jadi ya nyari tema yang berkaitan dengan makanan. Pas aku browsing, ternyata pemilihan makanan juga bisa jadi salah satu tindakan green living. Pas aku usulin di rapat tema, disetujui Pimpinan Redaksi yang juga pingin ada tulisan tentang simple planting . Jadi akhirnya karena dua-duanya dianggap menarik, ada 2 artikel green page di edisi ini. ” kata Starin Sani, penulis artikel “Green Eating; Simple Planting ” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu.

Pesan yang hendak disampaikan penulis melalui artikel ini adalah memberitahu pembaca dan tentunya dipraktekkan oleh pembaca bahwa tindakan go green dapat diakukan dalam hal sederhana, yaitu pemilihan makanan. Selain itu, juga disampaikan bahwa menanam tanaman itu tidak susah, ada beberapa tanaman bermanfaat yang mudah ditanam.

“Walaupun cuma langkah kecil, tapi dengan mempraktekkannya secara rutin kita sudah turut berperan dalam menjaga kelestarian bumi.” tambah Starin.

commit to user

ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai gaya hidup go green yang dapat dilakukan dengan hal yang sederhana yaitu memilih makanan dan menanam tanaman yang bermanfaat.

3. Analisis Konteks Sosial

Banyak yang masih berpikir bahwa cara hidup “go green” dilakukan dengan reduce-reuse-recycle , dan juga kegiatan seperti menanam pohon, bersepeda, dan lainnya. Namun dengan memilih makanan, juga merupakan salah satu cara hidup

“go green” yaitu dengan mengurangi konsumsi daging, mengurangi konsumsi makanan dalam kemasan, membeli dan mengkonsumsi makanan lokal, memilih

kemasan makanan yang aman, menghabiskan makanan yang kita makan, dan menncari makanan organik. Hal yang terlihat kecil namun ternyata memberikan dampak yang begitu besar.

Selain itu, menanam tanaman juga merupakan salah satu cara hidup “go green ”. Namun masih banyak yang belum melakukan kegiatan ini karena

menanam tanaman dianggap susah dan terlalu banyak aturannya. Dalam artikel ini dijelaskan tanaman apa saja yang dapat ditanam dengan mudah, cara menanam dan merawatnya ,serta manfaat yang diberikan dari tanaman tersebut.

Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan bahwa dengan memulai sesuatu tindakan kecil, mampu memberikan perubahan yang besar. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Green Eating; Simple Planting” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam

commit to user

digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

Dokumen yang terkait

PENGARUH NHT BERBANTUAN BOOKLET MIND MAP TERHADAP RESPON DAN HASIL BELAJAR MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

0 0 10

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA ISLAM HARUNIYAH PONTIANAK

1 1 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN MTS NEGERI SUNGAI PINYUH ARTIKEL PENELITIAN

0 0 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

1 PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

0 0 9

1 PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA

0 1 10

KELAYAKAN MAJALAH MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DARI BUAH BALADOK JEMPARI DAN TITIDAN ARTIKEL PENELITIAN

0 3 9

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49