Analisis Artikel “Drug Management”

F. Analisis Artikel “Drug Management”

1. Analisis Teks

Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Drug Management” :

a. Tematik Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai pengelolaan obat yang sudah kadaluarsa. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini adalah tentang bagaimana cara pengelolaan obat-obat yang sudah kadaluarsa. Berikut kutipan kalimatnya:

“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga- jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan-jangan pada nggak pernah merhatii n masa kadaluarsa obat?!” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)

commit to user

Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan.

Secara skematik, artikel “Drug Management” memiliki 12 paragraf, paragraf 1 berisi lead yang termasuk dalam golongan teras berita “bagaimana” (how lead), paragraf 2 sampai 6 berisi tentang beberapa cara meminimalisir sampah obat dengan pemakaian secara bijak, selanjutnya di paragraf ketujuh sampai paragraf keduabelas berisi tentang beberapa langkah pemanfaatan atau cara pembuangan obat yang sudah kadaluarsa tanpa mencemari lingkungan. Berikut kutipan paragrafnya:

“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga- jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan-jangan pada nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)

“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. Kita bisa

meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak. Caranya...” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2, GoGirl! Desember 2011)

“Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja, kira- kira buat persediaan 6 bulan. Pilih yang batas kadaluarsanya masih lama. Sebelum bel i, cek dulu persediaan di rumah, siapa tau masih.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 3, GoGirl! Desember 2011)

commit to user

“Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak berlaku habis segel dibuka. Batas pemakaiannya jadi lebih singkat dibandin g tanggal kemasan.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 4, GoGirl! Desember 2011)

“Obat simptomatik (diberikan sesuai keluhan penderita) bisa bertahan sampai batas kadaluarsanya habis, kira-kira 5 tahun, selama bungkus

nggak rusak.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 5, GoGirl! Desember 2011)

“Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk.” Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di lemari es, misalnya insulin. Ikuti aja petunjuk penyimpanan di kemasan.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 6, GoGirl! Desember 2011)

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan,

tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011)

“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau

bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8, GoGirl! Desember 2011)

“Kalau jumlah obatnya agak bahaya, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa. Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask .” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9, GoGirl! Desember 2011)

“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. Tapi kondisi obat harus

masih bagus dan bungkus belum dibuka.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10, GoGirl! Desember 2011)

“Kalau mau buang di tempat sampah, hancurin dulu obat-obatnya. Campur sama air, pasir atau bahan lain, trus masukin ke wadah tertutup.

commit to user

pihak yang nggak bertanggungjawab.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 11, GoGirl! Desember 2011)

“Ada lho beberapa obat yang justru dianjurkan buat diguyur di toilet, kayak medicated plasters koyo. Tapi kalau nggak ada petunjuknya, jangan dilakukan ya.  ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 12, GoGirl! Desember 2011)

c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut uraiannya:

i. Latar Latar dari artikel ini adalah obat yang ternyata berbahaya untuk lingkungan, terlebih lagi obat yang sudah lewat dari masa kadaluarsa, jika dibuang sembarangan, tentu akan merusak lingkungan. Berikut kutipan kalimatnya:

“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga-jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan- jangan pada nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!”

(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)

ii. Detil Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan komunikator. Jika informasi tersebut akan menguntungkan komunikator, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap

commit to user

jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Drug Management ”:

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang

sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hew an, tumbuhan dan kita sendiri.”

(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Kalimat di atas memberikan dukungan terhadap apa yang ingin disampaikan oleh komunikator yaitu bahwa obat yang sudah tidak layak pakai atau konsumsi jika dibuang sembarangan akan memberikan dampak yang berbahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl!

Desember 2011)

Jika pada paragraf-paragraf sebelumnya dijelaskan adanya bahaya yang akan ditimbulkan jika obat yang sudah kadaluarsa dibuang sembarangan. Namun kali ini, komunikator menambahkan informasi yang bisa mendukung pemikirannya. Ada cara pemanfaatan jika vitamin yang dikonsumsi sudah kadaluarsa, yaitu sebagai pupuk. Penjelasan tentang bagaimana vitamin bisa menjadi pupuk, akan dijelaskan pada analisis elemen maksud.

commit to user

Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan komunikator. Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan komunikator, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud:

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya

buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. Misalnya jenis obat

antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu

ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk .”

ke perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara.

(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 2-4, GoGirl! Desember 2011)

Jika pada analisis elemen detil sebelumnya dijelaskan bahwa jika obat yang sudah kadalauarsa dibuang sembarangan, akan menimbulkan bahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada analisis maksud ini, informasi tersebut lebih diperjelas dengan menyebutkan jenis-jenis obat yaitu antibiotik, antiseptik, antivirus, dan antijamur. Kalimat selanjutnya juga menjelaskan lebih mendetail apa yang akan terjadi jika obat-obat kadaluarsa tersebut sembarangan dibuang ke saluran air, tanah, maupun dibakar.

commit to user

“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau

bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke

tanaman. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl!

Desember 2011)

Pada analisis elemen detil, dijelaskan bahwa vitamin maupun mineral yang sudah kadaluarsa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Selanjutnya, pada analisis elemen maksud, dijelaskan lebih lagi mengenai bagaimana cara membuat vitamin dan mineral yang kadaluarsa menjadi pupuk bagi tanaman, yaitu jika vitamin atau mineral berwujud air, maka langsung dituang ke tanaman, namun jika masih berwujud tablet, maka dihancurkan terlebih dahulu kemudian ditaburkan ke tanaman.

iv. Praanggapan Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya:

“Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya?” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)

Kata “kalau” pada kalimat di atas, memberikan makna pengandaian pada kalimat tersebut. Kalimat di atas berbentuk sebagai kalimat

tanya, pertanyaan yang muncul diawali dengan pengandaian, apa yang harus dilakukan jika masa kadaluarsa obat sudah habis.

commit to user

“Misalnya jenis obat antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk ke perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya

bahan beracunnya bisa lepas ke udara. Trus, musti diapain dong?” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 2-4, GoGirl!

Desember 2011) Penggunaan kata “kalau” pada ketiga kalimat di atas sama-sama

memiliki makna pengandaian, meskipun belum diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Sampah obat yang dibuang di sembarang tempat bisa membahayakan, misal dibuang di tanah, maka dikhawatirkan bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat untuk tanah dan tumbuhan, kemudian jika dibuang di saluran air, maka akan air yang tercemari sampah obat akan mengalir ke laut dan mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan, selanjutnya pengandaian jika sampah obat tersebut dibakar, dikhawatirkan racun yang terkandung di dalamnya terlepas ke udara.

“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok

obat yang kadaluarsa.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Kata “kalau” pada kalimat di atas memberikan makna pengandaian yaitu jika obat yang sudah kadalauarsa berjumlah banyak, maka

pemusnahan akan lebih mudah apabila diserahkan kepada apotek

commit to user

obat yang sudah kadaluarsa secara massal.

“Kalau mau buang di tempat sampah, hancurin dulu obat-obatnya. Campur sama air, pasir atau bahan lain, trus masukin ke wadah

tertutup.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 11 kalimat 1, GoGirl!

Desember 2011)

Penggunaan kata “kalau” untuk memberikan makna pengandaian kembali terlihat pada kalimat di atas. Komunikator ingin memberikan gambaran bahwa jika obat-obat yang sudah kadaluarsa ini hendak dibuang ke tempat sampah, sebaiknya obat-obat tersebut dihancurkan kemudian dicampur dengan air, pasir, maupun bahan yang lainnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertutup. Kemudian label yang melekat pada obat sebaiknya dirusak atau disobek. Hal ini dilakukan agar obat-obat yang sudah dibuang tidak lagi dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang biasanya dijual kembali.

v. Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh komunikator. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:

“Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja, kira-kira buat persediaan 6 bulan .” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

commit to user

Penggunaan elemen nominalisasi “6 bulan” dalam kalimat di atas memiliki arti bahwa lebih baik membeli obat untuk persediaan tidak lebih dari 6 bulan, supaya persediaan obat tidak terlalu banyak menumpuk dan bisa terkontrol masa kadaluarsanya.

“Obat simptomatik (diberikan sesuai keluhan penderita) bisa bertahan sampai batas kadaluarsanya habis, kira-kira 5 tahun,

selama bungkus nggak rusak.”

(Artikel “Drug Management”: Paragraf 5 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Penggunaan elemen nominalisasi “5 tahun” mengandung maksud bahwa obat simptomatik atau obat yang diberikan sesuai keluhan penderita dapat bertahan sampai masa kadaluarsanya habis yaitu kurang lebih 5 tahun. Jenis obat ini bisa bertahan dalam jangka waktu yang tidak sebentar, namun juga tetap diperhatikan masa kadaluarsanya.

d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi, pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:

i. Bentuk kalimat Dalam artikel “Drug Management”, penulis menggunakan kalimat

aktif yang umumnya digunakan agar seseorang menjadi subyek dari tanggapannya dan kalimat pasif yang menempatkan seseorang atau sesuatu sebagai obyek.

commit to user

“Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)

Kalimat di atas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan subyek yaitu konsumen.

“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Kalimat di atas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan subyek yaitu rumah sakit maupun apotek yang biasa memusnahkan obat-obatan yang kedaluwarsa. Selanjutnya, beberapa kalimat di bawah ini ditulis dalam bentuk kalimat pasif yang menonjolkan obyek yaitu obat-obatan yang sudah kedaluwarsa. Berikut kutipannya:

“Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? ”

(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)

“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. ”

(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak berlaku habis segel dibuka. (Artikel “Drug Management”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

“Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di lemari es, misalnya insulin. ”

commit to user

(Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya

buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. Misalnya jenis obat antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk ke perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1-4, GoGirl!

Desember 2011)

“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman. ”

( Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl! Desember 2011)

“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya:

“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya s ama aja kayak kita membuang racun.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Kata “soalnya” merupakan bentuk bahasa tidak baku yang artinya kurang lebih seperti kata “karena” yang memberikan makna

commit to user

bahwa akibat yang bisa ditimbulkan dari membuang sembarangan sampah obat dapat membahayakan lingkungan karena sama saja dengan membuang racun.

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya

buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Koherensi “karena” pada kalimat di atas menunjukkan hubungan sebab-akibat. Obat yang mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk manusia, hewan, dan tumbuhan menjadi penyebab mengapa obat-obat yang sudah tidak layak konsumsi tidak boleh dibuang sembarangan.

“Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 4, GoGirl! Desember 2011)

Kata “soalnya” merupakan bentuk bahasa tidak baku yang artinya kurang lebih seperti kata “karena” yang memberikan makna

hubungan sebab-akibat di dalamnya. Bahan beracun yang terkandung dalam obat-obatan yang sudah kadaluarsa menjadi penyebab mengapa obat-obatan tersebut tidak boleh dibakar. Karena racun yang terkandung dalam obat-obatan yang sudah kadaluarsa dapat terlepas di udara ketika dibakar, tentu hal ini juga merugikan lingkungan.

commit to user

Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana komunikator menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan

dalam artikel “Drug Management” menggunakan kata “tapi”. Komunikator hendak menyampaikan sesuatu yang berseberangan.

Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di dalamnya:

“Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk.” Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di

lemari es, misalnya insulin.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011)

Elemen pengingkaran yang digunakan pada kalimat di atas adalah “tapi”. Komunikator ingin menjelaskan bahwa ada sesuatu yang berseberangan, yaitu banyak ditemukan tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk” pada kemasan obat, namun ada juga jenis obat

yang harus disimpan di dalam lemari es, seperti insulin. Disarankan untuk mengikuti petunjuk yang terdapat dalam kemasan obat agar tahu bagaimana dan dimana harus menyimpan obat tersebut.

“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi

kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl! Desember 2011)

Pada kalimat di atas, komunikator kembali ingin menyajikan sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat kedua dijelaskan bahwa vitamin

commit to user

digunakan menjadi pupuk dengan cara menyiramkannya ke tanaman. Hal yang berseberangan, jika wujud dari vitamin maupun mineral yang kadaluarsa adalah tablet, maka dilakukan terlebih dahulu penghancuran untuk kemudian ditaburkan pada tanaman.

“Kalau jumlah obatnya agak bahaya, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa. Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask .” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011)

Kata “but” jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti “tapi”. Komunikator memberikan pemahaman dengan memunculkan

pernyataan yang berseberangan namun tetap mendukung gagasannya. Apotek dan rumah sakit sudah terbiasa melakukan pemusnahan massal terhadap obat-obatan, mineral, maupun vitamin yang sudah kadaluarsa. Namun, tidak semua apotek mau menerima sumbangan obat-obat yang kadaluarsa dari kita untuk dimusnahkan bersama dengan persediaan obat-obatan apotek itu sendiri. Dengan bertanya dan meminta ijin terlebih dahulu, mungkin pihak apotek akan bersedia menerima sumbangan obat-obatan kadaluarsa dari konsumen untuk dimusnahkan secara massal.

“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. Tapi kondisi obat harus masih bagus dan bungkus belum dibuka. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011)

commit to user

Komunikator kembali menggunakan elemen pengingkaran “tapi” pada kalimat di atas untuk menjelaskan sesuatu yang berseberangan. Persediaan obat yang tersisa, kadang tidak diminum oleh konsumen, maka sisa obat yang ada namun belum melewati masa kadaluarsa serta kondisi yang masih bagus dan kemasan yang belum dibuka, dapat disumbangkan kepada yayasan amal yang mengadakan pengobatan gratis. Jadi obat-obatan yang sisa tersebut tidak dibuang begitu saja, namun bisa dimanfaatkan dengan cara disumbangkan.

“Ada lho beberapa obat yang justru dianjurkan buat diguyur di toilet, kayak medicated plasters koyo. Tapi kalau nggak ada petunjuknya, jangan dilakukan ya.  ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 12 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011)

Kata “tapi‟ digunakan komunikator pada kalimat di atas untuk menunjukkan sesuatu yang berseberangan. Beberapa jenis obat

seperti medicated plasters koyo dianjurkan dibuang setelah digunakan dengan cara diguyur di toilet. Namun, disarankan komunikator untuk tetap membaca dan mengikuti petunjuk yang tertera pada kemasan. Jika tidak ada anjuran untuk mengguyurnya di toilet setelah digunakan, maka lebih baik jangan dilakukan.

iv. Kata ganti Kata ganti digunakan komunikator untuk menunjukkan di mana

posisi seseorang dalam wacana. Dalam artikel “Drug Management”, komunikator sering menggunakan kata ganti “kita” untuk

commit to user

menulis artikel ini tidak hanya untuk dibaca, harapannya, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga komunuikator

menggunakan kata ganti “kita” agar tercipta suasana kebersamaan antara komunikator dengan para pembaca untuk mewujudkan apa

yang telah ditulis. Berikut kutipan kalimatnya:

“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga- jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. Kita

bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011)

“Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk.”” (Arti kel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

“Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang

nantinya masuk ke perut kita .” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl!

Desember 2011)

commit to user

“Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)

e. Stilistik Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya:

“Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)

“Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak berlaku habis segel dibuka. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Beberapa kalimat di atas menggunakan leksikon “kadaluarsa” “kadaluarsa” merupakan bentuk tidak baku, bentuk bakunya adalah “kedaluwarsa” yang digunakan untuk menjelaskan maksud sudah terlewat dari batas waktu yang telah ditentukan.

“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

commit to user

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Penulis menggunakan leksikon “bahaya” pada dua kalimat di atas untuk menjelaskan bahwa sesuatu dapat mendatangkan bahaya

maupun dapat mengancam keselamatan jika membuang obat yang sudah kedaluwarsa dengan sembarangan.

“Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)

Penulis menggunakan leksikon “meminimalkan” untuk menjelaskan keadaan untuk menekan serendah-rendahnya sampah obat-obatan dengan mengkonsumsinya secara bijaksana. Selanjutnya, penulis

menggunakan leksikon “memakainya” untuk menjelaskan cara penggunaan maupun konsumsi obat-obatan.

“Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja, kira-kira buat persediaan 6 bulan. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Penggunaan leksikon “persediaan” pada kalimat di atas untuk menjelaskan sesuatu yang dapat disimpan dalam jangka waktu dan jumlah tertentu untuk mengantisipasi kebutuhan yang akan datang.

commit to user

“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Penggunaan leksikon “mengandung” pada kalimat di atas untuk menjelaskan sebagian besar obat memuat bahan kimia yang

berbahaya bagi makhluk hidup.

“Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang

nantinya masuk ke perut kita. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl!

Desember 2011)

Penggunaan leksikon “mencemari” pada kalimat di atas untuk menjelaskan obat-obatan yang dibuang sembarangan ke saluran air, akan membuat kotor ekosistem perairan.

“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Penggunaan leksikon “dipakai” digunakan untuk menjelaskan vitamin dan mineral bekas dapat digunakan atau dimanfaatkan

sebagai pupuk.

“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Penggunaan leksikon “pemusnahan” untuk menjelaskan cara membuat hancur obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.

commit to user

“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011)

Penggunaan leksikon “disumbang” pada kalimat di atas menjelaskan makna obat yang tidak diminum dan belum habis masa kedaluwarsanya dapat diberikan dengan cuma-cuma kepada yayasan amal yang sedang mengadakan pengobatan gratis.

f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk artikel “Drug Management”, penekanan pada teks hanya melalui grafis. Layout artikel “Drug Management” begitu sederhana, hanya ditampilkan foto beberapa

tablet dan kapsul obat maupun vitamin. Foto tersebut sebesar seperempat halaman majalah yang kemudian menjadi background dari tulisan judul dan lead.

commit to user

Judul

Lead

Foto obat- obatan

Layout Artikel “Drug Management”

Sumber: Majalah GoGirl! Desember 2011 Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah bagaimana pengelolaan limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.

2. Analisis Kognisi Sosial

Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Desember 2011, dan dari proses wawancara

commit to user

diteliti. “Pas lagi browsing gitu, nemu aja artikel kalau obat itu ternyata bahaya buat lingkungan kalau dibuang gitu aja. Aku sendiri biasanya cenderung nggak peduli masalah obat, bahkan masa kedaluwarsa obat juga jarang kuperhatiin, jadi pas tahu tentang hal ini jadi tertarik pingin nulis. ” kata Starin Sani, penulis artikel “Drug Management” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu.

Berawal dari kurang pedulinya penulis terhadap obat dan masa kedaluwarsa obat, penulis terinspirasi untuk menulis tentang pemanfaatan obat yang sudah kedaluwarsa. Dalam tulisannya, penulis ingin memberikan pemahaman kepada pembaca tentang cara meminimalkan sampah obat dan apa yang harus dilakukan pada obat-obat yang sudah kedaluwarsa.

Menurut pandangan penulis, Pimpinan Redaksi setuju dengan adanya cara pemanfaatan obat-obatan yang sudah kedaluwarsa sehingga bisa meminimalisir sampah obat.

“Akan lebih baik jika drug management bisa dipraktekkan ke dalam hidup sehari-hari bukan hanya sekadar pemahaman. Aku mendukung cara pemusnahan obat kedaluwarsa dan sudah melakukan beberapa point dari drug management .” tambah Starin Sani.

Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai cara mengolah limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.

commit to user

Apa yang akan dilakukan jika persediaan obat-obatan tidak habis dikonsumsi? Dibuang begitu saja ke tempat sampah? Jangan! Bukan seperti itu yang harus dilakukan jika persediaan obat-obatan sudah kedaluwarsa. Jika dibuang begitu saja, obat-obatan ini justru membahayakan lingkungan karena saat dibuang, obat-batan tersebut terurai menjadi racun bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan klasifikasi limbah berbahaya yang berasal dari layanan kesehatan, limbah farmasi termasuk di dalamnya. Menurut WHO dalam artikel “Pengelolaan Limbah Aman Layanan Kesehatan ”, limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin dan serum yang sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat (WHO, 2005).

Beberapa jenis obat seperti antibiotik, antiseptik, antivirus, antijamur, anticacing, dll, jika sampai ke tanah akan menyebabkan ketidakseimbangan flora dan fauna mikro di dalam tanah, karena dapat membunuh mikroorganisme normal. Khusus untuk antibiotik, dapat menyebabkan kekebalan mikroorganisme yang berbahaya terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, obat-obatan bekas yang dibuang akan mencemari air tanah. Atau yang dibuang ke saluran air akhirnya

commit to user

masuk ke dalam perut kita. Pemerintah juga perlu untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengelolaan limbah farmasi ini agar masyarakat dibekali pengetahuan yang benar mengenai limbah farmasi. Selain itu, pemerintah juga seharusnya memfasilitasi agar pengelolaan limbah farmasi ini dapat berjalan dengan baik.

Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai bagaimana mengolah limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial,

dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Drug Management” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks,

menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

Dari keenam artikel yang sudah dianalisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial, dapat disimpulkan bahwa ketiga dimensi tersebut saling berkaitan, mampu mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Berikut uraiannya:

Gas sebagai bahan bakar alternatif.

“Go Gas!‟

Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam menganalisis teks artikel “Go Gas!‟ selain tematik yang

menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Bentuk kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam artikel ini.Nominalisasi juga sering

digunakan dalam penulisan artikel ini guna

menunjukkan harga dan keuntungan-keuntungan

mengkonsumsi gas sebagai bahan bakar gas alternatif mengkonsumsi gas sebagai bahan bakar gas alternatif

Keberadaan sekolah “hijau” di daerah “Green School: SDNP 12 Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam padat penduduk, Jakarta.

Bendungan Hilir”

menganalisis teks artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” selain tematik yang menjelaskan

mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Bentuk kalimat pasif

dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam

artikel ini.Dalam analisis, hanya empat elemen ini saja

yang menguatkan wacana. Elemen lainnya hanya

“Asia’s Most Polluted

kota paling polusi di dunia yang

menganalisis teks artikel “Asia’s Most Polluted Cities” terdapat di benua Asia.

Cities ”

selain tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Selain itu, nominalisasi juga digunakan untuk menguatkan wacana. Yaitu dengan memunculkan angka-angka yang berkaitan dengan dampak dari

polusi-polusi limbah di beberapa kota di Asia. Bentuk

kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak

digunakan dalam artikel ini.

menanam tanaman bermanfaat dengan Planting ” selain tematik yang menjelaskan mengenai mudah.

tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Selain itu, beberapa koherensi menjelaskan kalimat yang memiliki hubungan sebab- akibat yang mampu menguatkan wacana. Kemudian praanggapan juga digunakan dalam penulisan artikel ini

untuk memunculkan pengandaian dalam wacana.

Selanjutnya pengingkaran digunakan untuk

memunculkan sesuatu yang berbeda atau untuk memunculkan sesuatu yang berbeda atau untuk

Sejarah dan pengertian konsep zero- “Let’s Go Zero-Waste!” Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam waste fashion .

menganalisis teks artikel “Let’s Go Zero-Waste!” selain tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi- informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Tidak hanya itu saja, beberapa elemen lainnya

juga digunakan dalam penulisan artikel namun tidak

terlalu berpengaruh, hanya sebagai pendukung.

Pengelolaan obat-obat yang sudah “Drug Management”

Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam

adalah elemen detil yang menjelaskan informasi- informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Bentuk kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam artikel ini. Selain itu, praanggapan yang menjelaskan kalimat yang memiliki hubungan sebab-akibat serta pengingkaran yang digunakan untuk memunculkan sesuatu yang berbeda

atau untuk membandingkan digunakan dalam penulisan

artikel ini dan sangat mempengaruhi wacana.

Sumber: olahan penelit

commit to user

Dokumen yang terkait

PENGARUH NHT BERBANTUAN BOOKLET MIND MAP TERHADAP RESPON DAN HASIL BELAJAR MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

0 0 10

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA ISLAM HARUNIYAH PONTIANAK

1 1 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN MTS NEGERI SUNGAI PINYUH ARTIKEL PENELITIAN

0 0 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

1 PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

0 0 9

1 PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA

0 1 10

KELAYAKAN MAJALAH MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DARI BUAH BALADOK JEMPARI DAN TITIDAN ARTIKEL PENELITIAN

0 3 9

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49